Sleep apnea yang terjemahan langsungnya adalah tidak ada nafas saat tidur atau singkatnya “henti nafas saat tidur,” merupakan sebuah sleep disorder (kelainan tidur), masalah medis yang ternyata dapat diderita sejak berusia dua tahun dan lebih dari tiga perempatnya tidak terdiagnosis, bahkan tidak sadar memiliki masalah ini. Padahal kejadian berhen-tinya nafas ketika tidur ini memberikan implikasi yang sangat besar terhadap kesehatan manusia. Bila terlambat atau tidak ditangani, dapat sampai mencetus penyakit berat. American Sleep Apnea Association (ASSA) bahkan mengestimasi 38 ribu orang di AS meninggal per tahun karena penyakit jantung berfaktor komplikasi sleep apnea.
- Diderita oleh 1-4% anak berusia 2-8 tahun
- Diderita oleh 1-10% anak berusia 8-18 tahun
- Diderita oleh 20% orang berusia 18-30 tahun
- Diderita oleh 26% orang berusia >30 tahun
- Diderita lebih banyak oleh pria dibandingkan wanita
- Wanita menopause meningkat risiko untuk terkena
- 25% tidak menimbulkan gejala
- 75% tidak terdiagnosis
Jangan tidak peduli terhadap apa yang terjadi saat kita tidur, salah satunya adalah adanya episode ketika nafas berhenti untuk beberapa waktu saat tidur. Udara seharusnya secara lancar masuk dan keluar paru-paru melalui mulut atau hidung, termasuk ketika tidur. Bila tidak, maka terjadi kondisi yang menyebabkan hypoxia atau rendahnya kadar oksigen di tubuh, terutama otak, yang menyebabkan tubuh berada dalam stress mode lalu beraksi dengan respon fight-or-flight, membuat jantung berdegup lebih kencang dan arteri menyempit. Seperti statistik di atas, 75% penderita-nya tidak pernah terdiagnosis memiliki kelainan ini. Kejadian henti nafas (apneic episode) ini dapat terjadi berulang kali bahkan sampai puluhan kali sepanjang malam selama tidur.
Tiga Jenis Sleep Apnea
Ada 3 jenis utama dari sleep apnea:
- Central sleep apnea (CSA) yang terjadi ketika otak atau tepatnya batang otak “lupa” atau tidak mengirimkan sinyal agar otot pernafasan terus bekerja. CSA meme-gang porsi 20% dari semua kasus sleep apnea.
- Obstructive sleep apnea (OSA) yang merupakan jenis yang paling sering diderita, yaitu saat saluran pernafasan menyempit atau tersumbat saat tidur.
- Complex sleep apnea syndrome (SAS) yaitu kombinasi dari CSA dan OSA.
Penyebab Sleep Apnea
- CSA disebabkan oleh berbagai kondisi medis yang dapat mengganggu sinyal syaraf dari batang otak ke otot-otot pernafasan, seperti: stroke, serangan jantung, conges-tive heart failure (jantung gagal memompa darah), encephalitis (radang otak), arthritis (radang sendi) tulang punggung, penyakit Parkinson’s, paska operasi atau terapi radiasi tulang punggung, dan penggunaan obat-obat psikotropika.
- OSA terjadi karena organ pernafasan bagian atas collapse atau runtuh/terjatuh ke belakang karena otot penopang jaringan lunak di dalam tenggorokan menga-lami relaksasi, menyebabkan saluran nafas tertutup.
- SAS terjadi bila kedua penyebab di atas ada, dan mencetus apneic episode karena sinyal batang otak berhenti, dan juga karena saluran nafas tersumbat.
Faktor Risiko Obstructive Sleep Apnea
- Kelebihan berat badan atau obesitas, merupakan faktor risiko utama terjadinya OSA. 20% penderita obesitas mengalami OSA, berbanding hanya 3% saja pada orang yang tidak dengan kelebihan berat badan.
- Berjenis kelamin laki-laki, karena beresiko 2-3 kali lebih besar dibandingkan wanita. Tapi ketika wanita sudah memasuki menopause, risikonya sama dengan pria.
- Berusia >60 tahun, karena risikonya terus meningkat seiring usia karena kelemahan otot di sekitar pharynx.
- OSA lebih sering terjadi pada perokok dan peminum alkohol.
- Memiliki riwayat keluarga yang juga mengalami OSA.
- Retrognathia yaitu rahang bawah lebih pendek diban-dingkan dengan rahang atas.
- Memiliki lidah yang besar.
- Amandel yang besar.
- Memiliki penyakit terkait hormon seperti hipotiroid, polycystic ovary syndrome (PCOS).
- Ada penyakit paru kronis seperti asma, bronkhitis, dan fibrosis paru.
- Memiliki penyakit chronic nasal congestion. Hidung sering tersumbat.
Tanda dan Gejala Sleep Apnea
Semua tipe sleep apnea memiliki gejala yang mirip, yaitu:
- Berhenti menarik nafas ketika tidur
- Mengorok yang keras
- Snorting (mendengus), chocking (tersedak), gasping (termegap-megap)
- Mudah terjaga, dan sulit untuk tertidur kembali sehingga terjadi insomnia
- Hanya bisa tertidur bila kepala ditinggikan
- Saat bangun tidur mulut terasa kering
- Sakit tenggorokan atau batuk setelah bangun tidur
- Sering sakit kepala saat bangun tidur
- Merasa lelah dan·mengantuk di siang hari
- Mood changes, mudah tersinggung, dan mudah depresi
- Memiliki masalah dengan daya ingat
Tanda dan Gejala Sleep Apnea pada Anak
Pada anak ada tanda yang juga harus diperhatikan sebagai kemungkinan adanya sleep apnea, yaitu:
- Mengorok
- Bernafas dari mulut ketika tidur lalu terjaga karenanya
- Batuk dan tersedak ketika tidur
- Berkeringat banyak saat tidur, saat hari tidak panas
- Mengompol
- Mengantuk dan merasa sangat letih di siang hari
- Tertidur pada saat yang tidak tepat, seperti sedang naik motor, dll.
- Kesulitan dalam mengikuti pelajaran, sulit berkonsen-trasi, dan sulit memperhatikan
- Sering merengek, mudah marah
- Amandel yang besar
- Tumbuh kembang yang terganggu.
Komplikasi Sleep Apnea
Sleep apnea meningkatkan risiko penderitanya memiliki masalah kardiovaskular sampai dua atau tiga kali lipat. Semakin seiring kejadiannya dan/atau semakin lama episode henti nafas tersebut, maka semakin rendah kualitas tidur penderitanya dan semakin besar risikonya untuk terkena penyakit kardiovaskular, metabolisme, dan penyakit paru-paru. Atau semakin memperberat penyakit yang sudah diderita sebelumnya, seperti: hipertensi, penyakit jantung, henti jantung tiba-tiba (sudden cardiac death), stroke, kencing manis, asma, bronkhitis, dan penyakit terkait inflamasi lainnya. Sebuah penilitian tahun 2007 di Yale School of Medicine, melaporkan sleep apnea meningkatkan serangan jantung atau kematian sebesar 30% pada periode 4-5 tahun, bila tidak ditangani. Terutama bila berusia >60 tahun, kejadian sleep apnea >20 kali setiap tidur malam, dan saturasi oksigen <78% selama tidur.
Pemeriksaan Sleep Apnea
Walaupun bisa dilihat dari gejalanya, namun penegakan diagnosis pasti dari sleep apnea harus melalui pemeriksaan, sekaligus untuk menentukan keparahannya. Caranya adalah dengan menjalani sleep study test atau yang disebut dengan polysomnography (PSG). Yaitu tes yang dilakukan sepanjang malam pada sebuah lokasi disebut sleep center. Di Indonesia biasanya ada di rumah-rumah sakit yang besar. Selama tidur pasien akan dipasangkan beberapa elektroda di kepala dan badannya untuk mengukur aktivitas otak, pola pernafasan, EKG, denyut jantung, saturasi oksigen, dan fungsi paru-paru. Hasilnya akan dapat membantu menen-tukan penyebab dari sleep apnea. Juga dapat dilakukan MRI kepala dan syaraf tulang punggung bila dicurigai suatu CSA.
Penanganan Sleep Apnea
Penanganan sleep apnea terdiri dari menjauhi dan menangani faktor risiko serta penyebab, serta membuat nafas tidak berhenti lagi saat tidur.
- Menangani faktor risiko dan penyebab, seperti: menu-runkan kelebihan berat badan, berhenti merokok, menghindari alkohol, menghindari penggunaan obat tidur, menggunakan nasal decongestants bagi yang memiliki penyakit chronic nasal congestion, dan meng-angkat amandel yang membesar.
- Merubah kebiasaan, seperti: lebih rajin berolahraga, merubah posisi tidur pada posisi yang lebih tidak terjadi apnea episode (biasanya miring kiri atau kanan).
- Menggunakan alat bantu, seperti:
- Menggunakan alat CPAP (continuous positive airway pressure), yaitu alat yang dipasangkan menutup hidung dan mulut menggunakan masker silicon selama tidur. Alat ini akan membantu memberikan tekanan positif (lebih besar dari paru-paru) agar nafas tidak berhenti.
- Menggunakan alat BIPAP (bilevel positive airway pres-sure). Sama seperti CPAP, namun memiliki kelebihan dapat memberikan dua tekanan berbeda antara tarik nafas (tekanan lebih besar) / keluar nafas (lebih kecil).
- Menggunakan alat ASV (adaptive servo-ventilation) yang memonitor pernafasan sepanjang tidur, lalu komputer akan mengingat pola pernafasan yang dihu-bungkan dengan sistem tekanan udara pada pernafas-an untuk mencegah episode apnea.
- Menggunakan bracket pada mulut (oral device) yang digunakan ketika tidur untuk menahan agar rahang bawah tidak mundur lebih rendah dari rahang atas.
- Menjalani operasi. Pada kasus OSA tertentu dokter dapat menyarankan operasi, terutama bila usaha yang diuraikan di atas tidak memberikan hasil yang memuas-kan. Tujuan operasi adalah melonggarkan saluran nafas, dengan jenis operasi:
- UPPP (uvulopalatopharyngoplasty) yaitu mengangkat jaringan lunak di sekitar faring agar lebih lapang.
- Jaw surgery (operasi rahang).
- Memasang implants pada faring untuk menahan dan mencegah menutupnya saluran nafas.
- Tracheostomy (melubangi trakhea), bila sleep apnea sampai bersifat mengancam nyawa.
Periksakan ke Dokter
Sleep apnea sangat berpengaruh pada kesehatan. Pada anak dapat menghambat pertumbuhan mereka dan dapat memperbesar risiko terkena penyakit metabolisme di usia muda. Sementara pada orang dewasa dapat mencetus penyakit seperti yang diuraikan di atas. Karena 75% penderita tidak mengetahui bahwa dirinya menderita sleep apnea, maka periksakan diri ke dokter bila mengalami gejala seperti di bawah. Walaupun belum tentu gejala tersebut pasti karena sleep apnea, tapi lebih baik dokter yang memutuskannya. Tanda dan gejala tersebut adalah:
- Diceritakan oleh pasangan/orang tua/keluarga bahwa tidur mengorok.
- Apa lagi yang mengoroknya keras, atau disertai dengan mendengus, tersedak, dan termegap-megap.
- Atau pasangan/keluarga memang sudah pernah me-nyaksikan ada episode nafas berhenti ketika tidur.
- Sering terbangun di malam hari terutama bila disebab-kan oleh kondisi tersedak, termegap-megap, atau nafas yang memburu seperti berlari.
- Sangat sakit kepala kepala ketika bangun tidur.
- Hampir selalu merasa mengantuk di siang hari, walau-pun tidur malam cukup waktunya
©IKM 204-06