Susu Ikan sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Bahan dasar pembuatan susu ikan yang merupakan hasil hidrolisis protein ikan atau fish protein hydrolysate ini sudah sejak lama digunakan untuk membuat suplemen pelengkap yang dijual bebas. Namun karena presiden terpilih Indonesia untuk periode 2024-2029 merencanakan mengganti susu sapi menjadi susu ikan untuk program “makan siang gratis”-nya, membuat pemberitaan tentang susu ikan menjadi viral dan banyak diberitakan. Susu ikan sendiri juga bukan susu yang berasal dari satu jenis ikan, karena mamalia yang hidup di laut itu hanya jenis paus, jenis lumba-lumba, anjing laut, singa laut, dan gajah laut. Dan susu ikan yang dibahas di sini bukan berasal dari semua mamalia di atas.
Para ahli gizi di banyak negara memang di beberapa tahun terakhir ini berusaha mencari pengganti sumber protein hewani untuk konsumsi 8 milyar manusia di dunia. Pertam-bahan populasi manusia tidak seimbang dengan kemam-puan suplai protein hewani yang biasa kita konsumsi seperti dari hewan ternak dan seafood. Beberapa ahli menyaran-kan untuk beralih ke protein nabati seperti dari kedelai. Ada juga yang menyarankan beralih ke protein dari serangga. Karena protein nabati dan serangga lebih mudah untuk diperbesar supply-nya guna mencukupi demand yang terus meningkat. Lalu ada juga para ahli yang menyarankan me-manfaatkan bagian dari ikan dan seafood lainnya yang tidak termakan untuk diolah menjadi fish protein hydrolysate sebagai pengganti sumber protein yang kita bahas di sini.
Fish protein hydrolysate dapat dibuat menjadi berbagai macam produk mulai pakan hewan sampai untuk konsumsi manusia. Yang merupakan tepung food grade konsumsi manusia dikenal dengan nama fish protein powder (FPP) atau tepung protein ikan, yang berbeda dengan peruntukan pakan hewan. Sejarah FPP bermula dari banyaknya sisa pro-duksi industri makanan yang menyuplai ikan utuh, ikan beku, ikan asap, ikan yang dikeringkan (ikan asin), dan ikan dalam kaleng. Insang, tulang, dan jeroan yang biasanya dibuang lalu dimanfaatkan memproduksi pakan hewan ternak, hewan peliharaan, tambak ikan, dan ikan hias. Dengan perkembangan teknologi dan evolusi proses pemurnian, serta maraknya penilitian tentang kandungan gizi dalam protein dan peptida ikan, industri ini berkem-bang dapat memproduksi FPP untuk konsumsi manusia.
Produk dari FPP dan Produksi FPP
FPP diproses lebih teliti melalui proses sanitasi, pemurnian, dan karakteristik fungsional. Pabrik terbesar produsen FPP dunia berada di Peru dan Prancis. FPP kini digunakan seba-gai bahan dasar berbagai produk konsumsi seperti suple-men nutrisi olahraga, suplemen dan bahan tambahan ma-kanan olahan, dan sekarang dibuat sebagai bubuk seperti susu dan dapat dikonsumsi seperti minum susu biasa. Nama hydrolysate (hidrolisat) berasal dari enzymatic hydrolysis process (proses hidrolisis enzimatik) di pabrik, yang mirip dengan proses alamiah di dalam pencernaan manusia saat secara efisien memecah protein menjadi bagian lebih kecil yang dikenal sebagai peptides (peptida); memisahkannya dari minyak dan protein yang tidak dapat dicerna. FPP juga melalui proses eliminasi lemak dan minyak dari protein yang berguna untuk mengurangi bau amis khas dari ikan.
Dua Jenis FPP
Hasil produksi menghasilkan FPP dibedakan dari kandung-an protein, lemak, mineral, dan karbohidratnya. Kandungan mineral berupa kompleks magnesium, kalsium, dan fosfor bersumber secara alami dari bahan dasarnya. Untuk mineral dan karbohidrat biasa ditambahkan saat menjalani proses pengeringan spray drying. 2 jenis hasil FPP, sbb.:
- Fish protein concentrate (FPC) adalah konsentrat tepung dengan kandungan protein 50-70% dan lemak/minyak 10-20%. Sisanya bahan tambahan.
- Fish protein isolate (FPI) produk dengan protein >90% dan lemak/minyak <1%.
Menggantikan Susu Sapi dengan Susu Ikan
Dari uraian di atas, FPP memang dapat menjadi substitusi sumber protein hewani di masa depan selama proses pro-duksinya dapat dipastikan aman. Namun dalam hal menjadi pengganti susu sapi, apa lagi diperuntukkan bagi anak yang masih dalam pertumbuhan, dan lebih khusus lagi untuk anak gizi buruk dan berisiko tinggi stunting, merupakan hal yang kontroversi dan menuai banyak perdebatan. Karena protein bukan satu-satunya kandungan di dalam susu sapi yang dapat digantikan oleh susu ikan. Salah satu kandungan susu sapi yang paling penting adalah kalsium. Seperti yang pernah dibahas dalam artikel lainnya tentang susu sapi, kebutuhan asupan kalsium harian adalah sekitar 1.200 mg, sementara rata-rata asupan kalsium penduduk Indonesia hanya sekitar 250 mg saja atau defisit sekitar 1 gram sehari!
Kelebihan Susu Sapi vs. Susu Ikan
- Susu sapi. Asupan kalsium dianjurkan didapatkan dari sumber alami karena bila mengandalkan suplemen dalam dosis tinggi dapat berdampak tidak baik bagi tubuh. Dan sumber tertinggi kalsium secara alami adalah susu sapi. Selain kalsium, susu sapi juga tinggi kandungan Vitamin D yang dibutuhkan secara esensial dalam mengefisiensikan penyerapan kalsium dari makanan, serta bersama kalsium dapat menjaga kesehatan tulang dan memaksimalkan pertumbuhan tulang pada anak dalam masa pertumbuhan.
- Susu Ikan. Sementara kelebihan susu ikan adalah lebih tinggi kandungan asam lemak omega-3-nya yang berguna untuk pertumbuhan dan perbaikan otot.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
- Protein: Susu sapi dan susu ikan keduanya merupakan sumber protein yang sangat baik, tapi komposisi kan-dungan proteinnya berbeda. Susu sapi mengandung 34 gram protein per liter yang sebagian besar dalam bentuk casein dan whey. Sementara susu ikan memiliki kandungan protein lebih tinggi dalam porsi lebih kecil.
- Asam lemak esensial. Kelebihan terbesar susu ikan dibandingkan susu sapi adalah kandungan asam lemak omega-3-nya, dibandingkan susu sapi yang lebih rendah; walaupun tergantung dengan diet sapinya saat di peternakan.
- Vitamin dan mineral. Jelas susu sapi mengandung sangat banyak kalsium dan Vitamin D dibandingkan kandungan yang sedikit di dalam susu ikan. Untuk vitamin B12 keduanya dapat dikatakan setara, semen-tara iodine lebih banyak di dalam susu ikan.
Alergi & Intoleransi Susu Sapi vs. Susu Ikan
Baik susu sapi dan susu ikan memiliki issue terhadap alergi dan intoleransi. Banyak orang yang pencernaannya intole-ransi terhadap laktosa di dalam susu sapi yang dikenal dengan istilah lactose intolerant, terutama yang bukan ke-turunan ras Eropa. Penderitanya akan mengalami mencret setelah mengkonsumsi laktosa, sementara susu ikan sudah pasti bebas laktosa. Untuk mengatasinya diproduksi susu sapi rendah laktosa yang dikenal dengan low lactose milk (susu LLM). Di lain pihak susu ikan mengandung protein yang sering menyebabkan alergi pada banyak orang, termasuk di Indonesia. Manifestasi dari alergi protein ikan mulai dari sesak, gatal dan bengkak di kulit dan di saluran pencernaan, sampai bisa berisiko terjadi shock anafilaktik bagi penderita alergi yang berat. Dalam hal alergi ini sulit untuk mengatasinya karena dibutuhkan usaha luar biasa untuk memisahkan satu jenis protein sementara protein yang menyebabkan seseorang alergi sangat beragam.
Rasa, Aroma dan Tekstur Susu Sapi vs. Susu Ikan
Rasa dan aroma pada makanan atau minuman sangat krusial menentukan pilihan konsumsi, terlebih lagi bila menjadi konsumsi rutin setiap hari. Rasa dari tekstur creamy sedikit manis serta aroma khas susu sapi sudah umum dikenal oleh masyarakat termasuk di Indonesia yang rutin dikonsumsi sejak kecil. Belum lagi dengan tambahan rasa seperti coklat dan stroberi yang banyak digemari. Sementara susu ikan memiliki rasa dan aroma khas ikan dan tekstur lebih encer, berpotensi tidak disukai oleh banyak orang. Sebagian mengatakan berasa “umami.” Jangankan susu ikan, memakan ikan saja banyak orang terutama anak-anak tidak menyukainya. Walaupun ada usaha di dalam proses produksinya, namun tetap tidak dapat meng-hilangkan secara sempurna rasa dan aroma khas dari ikan.
Susu Sapi vs. Susu Ikan untuk Anak & Dewasa
- Untuk anak. Walaupun keduanya dapat memberikan nutrisi yang berguna, namun kebutuhan tinggi kalsium dan Vitamin D pada anak membuat pilihan susu sapi menjadi lebih baik. Ikatan dokter anak di AS bahkan menyarankan mengenalkan susu sapi sejak usia 1 tahun, karena berperan besar memenuhi kebutuhan nutrisi anak dalam pertum-buhan. Kekurangan asam lemak omega-3 dapat dikejar dengan konsumsi ikan secara konvensional atau dari suple-men “minyak ikan” yang aman dikonsumsi untuk jangka panjang. Sementara asupan kalsium dosis tinggi hanya dapat dipenuhi dari susu sapi karena suplemen kalsium dosis tinggi untuk jangka panjang lebih tidak dianjurkan.
- Untuk dewasa. Orang dewasa lebih dapat menerima rasa, aroma, dan tekstur susu ikan, membuatnya menjadi pilihan yang lebih baik. Khususnya untuk yang tidak memili-ki alergi ikan, dan terutama yang memiliki kolesterol darah tinggi. Tapi orang dewasa yang beralih ke susu ikan, harus mencari pengganti asupan kalsiumnya dari sumber lain.
Produksi Susu Sapi vs. Susu Ikan di Indonesia
Produksi susu sapi di Indonesia hanya dapat memenuhi ke-butuhan 22,7% saja, sementara sisanya harus diimpor. Na-mun ternyata produksi susu sapi dan susu ikan di Indonesia akan sama sulitnya, karena hanya dapat menghemat prog-ram “makan siang gratis” 23 milyar dari 71 triliun rupiah yang dianggarkan untuk 1 tahun, atau sekitar 0,032% saja. Susu ikan akan diproduksi dalam skala besar oleh ID Food, anak perusahaan Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) milik BUMN. Rencana ini sudah ada sejak tahun 2023 saat dikembangkannya produksi susu ikan oleh perusahaan Beri Protein (PT. Berikan Bahari Indonesia) di Indramayu.
Mengembangkan produksi susu ikan menjadi pilihan diban-dingkan meningkatkan produksi susu sapi karena sumber bahan baku ikan di Indonesia sangat berlimpah dan berpo-tensi meningkatkan pendapatan nelayan, sebab ikan yang akan digunakan merupakan ikan yang bernilai ekonomis rendah dan biasanya hanya dibuat menjadi ikan asin seperti ikan Petek, Kurisi, dan Kapas-kapas. Menurut Beri Protein, pertama ikan dipisahkan dari jeroannya sebelum diolah. Setelah dibersihkan seluruhnya digiling menjadi bubur ikan, lalu diproses dalam mesin hidrolisat selama 2-3 jam. Hasilnya berupa cairan yang selanjutnya diproses dalam mesin spray dryer selama 12 jam untuk merubahnya menja-di bubuk. Satu pabrik HPI dikatakan dalam 1 bulan dapat menghasilkan 30 ton FFP dari 90 ton bahan baku ikan.
Kontroversi Susu Sapi vs. Susu Ikan
Dari uraian di atas, susu sapi dan susu ikan sangat baik dan tinggi kandungan nutrisinya. Namun keduanya memiliki fungsi dasar yang berbeda. Kalau niatnya memenuhi kebu-tuhan protein hewani masyarakat substitusi protein hewan ternak yang mahal, jelas FPP menjadi pilihan yang baik. Tapi jangan dijadikan minuman susu. Karena FPP dapat diguna-kan untuk berbagai macam produk makanan bergizi tinggi lain seperti cilok ikan, donat ikan, kueh-kueh, dll. Atau bahkan ditambahkan dalam makanan jajanan pasar seperti serabi, getuk, bubur, bolu kukus, dll. Susu sapi tetap dibu-tuhkan oleh masyarakat terutama anak-anak dalam masa pertumbuhan, untuk menjamin kecukupan asupan kalsium harian mereka yang paling baik bersumber dari susu sapi. Belum lagi potensi mubazir karena rasa, aroma, dan tekstur susu ikan yang berpotensi tidak disukai oleh banyak anak.
©IKM 2024-09