Mengigau dan berjalan saat sedang tidur, merupakan dua kelainan yang termasuk di dalam kelompok kelainan tidur (sleep disorder) parasomnia. Sebenarnya banyak prilaku dan tindakan tidak normal lainnya yang terjadi saat seseorang sedang tertidur termasuk ke dalam parasomnia (di bahas di bawah). Perilaku tersebut dapat terjadi pada seluruh tahapan (stage) tidur, termasuk pada masa transisi dari sadar ke jatuh tertidur atau sesaat sebelum terjaga. Seorang penderita parasomnia dapat mengigau, berbicara, berjalan, dan melakukan hal-hal lain yang biasa dilakukan orang yang sedang tidak tidur. Orang lain sampai dapat menganggap ia sedang terjaga, padahal semua hal yang dilakukan tidak disadari, dan hampir seluruh penderita tidak mengingat kejadiannya.
Parasomnia yang diperkirakan diderita oleh 10% orang di AS ini, dapat menjadi berbahaya karena penderitanya akan sulit mendapatkan tidur yang berkualitas. Prilakunya juga dapat mengganggu tidur orang yang ada di sekitar terutama pasangannya. Penderita juga sangat berpotensi untuk secara tidak sengaja mencelakai dirinya sendiri dan orang lain akibat tidak sadar dan tidak waspada dengan lingkungan ketika terjadi episode parasomnianya. Misalnya pada kasus berjalan saat tertidur, maka penderita dapat berpindah tempat, turut tangga, memegang benda tajam, terjatuh, sampai keluar rumah; yang berpotensi dapat mencelakai dirinya sendiri dan orang lain. Belum lagi penderita parasomnia berisiko untuk mengalami stres psikologis.
REM sleep dan NREM sleep adalah dua stage dari tidur yaitu rapid eye movement sleep dan non-rapid eye movement sleep. Baca lebih jauh tentang stage tidur ini pada artikel tentang tidur. Dari stage tidur tersebut parasomnia juga terbagi dua. Parasomnia yang terjadi pada tidur REM terasosiasikan atau terkait dengan kejadian mimpi. Sementara parasomnia yang terjadi pada tidur NREM tidak terkait dengan kejadian mimpi dan perilaku tidak normalnya terjadi ketika otak berada dalam gelombang delta dalam tahap kesadaran diri yang sangat rendah. Sehingga parasomnia pada tidur NREM, tidak dapat diingat kejadiannya oleh penderita. Contohnya pada sleepwalking (tidur berjalan), bagian otak yang mengontrol gerakan menjadi aktif, sementara otak yang mengontrol fungsi lebih tinggi seperti rasionalitas dan daya ingat tetap tidak aktif.
Jenis-Jenis Parasomnia
Parasomnia banyak sekali jenisnya, seperti berikut ini:
1. Sleepwalking atau “tidur berjalan.” Dalam istilah medis disebut somnambulism yaitu saat penderitanya duduk atau berjalan saat tidur. Biasa juga disertai dengan sleeptalking atau melakukan aktivitas normal lainnya di seputar rumah. Merupakan tipe parasomnia yang umum terjadi dan seringnya terjadi pada stage 3 tidur NREM beberapa jam pertama awal tidur. Sebagian besar sleepwalking terjadi pada saat tidur malam, tapi dapat pula terjadi pada saat tidur siang.
2. Sleeptalking atau “berbicara sambil tidur.” Merupakan tipe parasomnia yang juga umum terjadi, dan dalam istilah medis disebut somniloquy. Mulai dari menggumam, mengucapkan satu atau beberapa kata, sampai berbicara dalam kalimat penuh yang dapat dimengerti. Walaupun dapat terjadi pada seluruh stage tidur, tapi ucapannya lebih dapat dimengerti pada saat awal-awal tidur dan stage tidur yang rendah.
3. Sleep-related groaning, atau “mengerang saat tidur.” Dalam bahasa medis disebut cataphrenia, yaitu saat penderitanya mengarang dengan cukup keras saat tidur terutama terjadi saat mengeluarkan nafas dalam secara perlahan. Mengerangnya dapat berupa rintihan, menggumam keras, meracau dengan nada tinggi, sampai seperti hampir berteriak. Kelainan ini terkadang dianggap sebagai mengorok. Tapi tidak seperti mengorok, sleep-related groaning tidak terkait dengan pernafasan.
4. Nightmares atau mimpi buruk yang dapat terjadi beberapa kali dalam sekali tidur malam. Merupakan mimpi ekstrim yang dapat menyebabkan rasa marah, cemas, atau takut. Penderitanya akan sulit untuk dapat kembali tertidur. Bila terjadi secara rutin dikatakan sebagai nightmares disorder. Seperti mimpi lainnya, mimpi buruk biasa terjadi pada tahap tidur REM.
5. Night terrors (teror malam) disebut juga sleep terror (teror tidur), yang dapat terjadi dari 30 detik sampai 5 menit. Penderita akan tiba-tiba terbangun dengan perasaan takut yang sangat kuat, seringkali disertai dengan teriakan, menangis, berkeringat, jantung berdebar, kulit memerah, serta ketidakmampuan untuk berbicara. Penderita akan tampak bingung dan tidak sadar, dan tidak ingat peristiwa tersebut ketika sudah bangun sepenuhnya. Teror malam biasanya terjadi dalam fase tidur NREM beberapa jam pertama awal tidur, dan tidak terkait dengan adanya mimpi.
6. Confusional arousal atau “bangun kebingungan.” Penderitanya terjaga dari tidur dalam kondisi yang sangat kebingungan. Sampai ia tidak bisa mengerti apa yang ia lakukan dan mengapa ia terjaga di tempat itu. Kejadiannya biasa diikuti dengan menangis, bicara terbata-bata, dan lambat merespon sekitarnya. Biasa terjadi ketika seseorang terjaga secara tiba-tiba pada tidur NREM. Di Indonesia disebut dengan ngelindur.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
8. Teeth grinding atau “menggeretakkan gigi” yang dalam istilah medis disebut bruxism terjadi pada tidur NREM. Penderitanya dapat mengalami keluhan lanjutan seperti gigi sensitif dan sakit gigi, sakit telinga, sakit pada wajah, rahang dan leher, sampai dapat terjadi TMJ (tempo-romandibular joint) disorder / gangguan sendi rahang.
9. Bedwetting atau mengompol yang dalam istilah medis disebut nocturnal enuresis. Penderitanya akan mengeluarkan urin saat tidur dan terutama terjadi pada anak-anak di bawah 6 tahun. Terjadi ketika kantung kencing penuh sehingga tidak dapat menampung lagi. Dapat pula terjadi karena kondisi infeksi saluran kemih.
10. Sleep-related eating disorder atau kelainan makan saat sedang tidur yang terjadi pada tidur NREM. Penderitanya akan melakukan aktivitas makan dan minum saat ia sedang tidur dalam kondisi tidak sadar dan tidak akan mengingat apa yang dilakukannya.
11. Sleep texting yaitu mengetik menggunakan gadget saat tidur. Seiring dengan perkembangan teknologi, laporan kejadian sleep texting juga meningkat. Seringnya terjadi pada orang yang tidur dalam kondisi gadget tidak di-mode silent dan berada dalam jangkauan. Ketika ada notifikasi pesan masuk, maka otak secara tidak sadar meresponnya seperti saat terjaga. Namun dapat pula terjadi tanpa ada notifikasi dan menjadi bagian dari mimpi. Biasanya pesan yang ditulis tidak dapat terbaca.
12. Sexomnia atau sleep sex, yaitu melakukan gerakan atau tindakan aktivitas seksual saat tidur. Mulai dari melakukan gerakannya saja, sampai benar-benar melakukan hubungan seks dengan pasangan sambil tertidur. Penderitanya juga tidak akan mengingat apa yang dilakukannya.
13. Parasomnia lain yang lebih jarang terjadi dibandingkan dengan 10 jenis di atas. Yang pernah diketahui sbb.:
- Exploding head syndrome, yaitu ketika akan mulai tertidur penderitanya tiba-tiba membayangkan/ mendengar suara keras dalam kepalanya.
- Sleep-related hallucinations, yaitu saat seseorang berhalusinasi seperti melihat, mendengar, merasa, mencium sesuatu yang tidak nyata saat tidur. Berbeda dengan mimpi, yang dirasakan penderita sangat jelas.
- Sleep-related scratching, yaitu saat seseorang sering menggaruk kulitnya saat tidur sampai tergores, luka, dan berdarah.
- Sleep driving. Walaupun jarang terjadi, tapi pernah dilaporkan penderitanya mengendarai kendaraan bermotor saat tidur. Sleep driving termasuk ke dalam sleepwalking dan sangat berbahaya.
Faktor Risiko dan Penyebab Parasomnia
Ada banyak kemungkinan dan para ahli tidak begitu yakin penyebab parasomnia. Faktor risiko dan penyebab yang diduga kuat menjadi latar belakangnya adalah stres, cemas, depresi, PTSD, penggunaan alkohol dan narkoba, jadwal tidur tidak teratur, perubahan jam tidur, insomnia, sleep deprivation (kurang tidur), sleep apnea syndrome, narcolepsy, penyakit Parkinson, sedang sakit atau demam, dll.; terutama yang pada keluarganya juga ada yang menderitanya. Parasomnia juga dapat terjadi karena adanya gangguan ketika tidur pada tidur NREM seperti ada suara keras, sentuhan, atau gerakan tubuh saat tidur. Parasomnia lebih banyak terjadi pada anak-anak dibandingkan dewasa, terutama pada anak yang memiliki gangguan neurologis atau psikis seperti epilepsi, ADHD, dll. Pada anak parasomnia sampai dapat membuat penderitanya takut untuk tidur sendiri.
Tanda dan Gejala Parasomnia
Tanda dan gejala parasomnia biasanya diketahui oleh orang terdekat, terutama yang tidur bersama. Namun bila tidur sendiri waspadai hal-hal berikut ini yang dapat menjadi tanda terjadinya parasomnia ketika tidur:
- Bingung dan disorientasi saat bangun dari tidur
- Memiliki gangguan tidur seperti insomnia dan gangguan tidur lainnya.
- Sering lemas dan mengantuk dan pada siang hari.
- Menemukan biru-biru atau luka di tubuh yang tidak diketahui penyebabnya.
Menegakkan Diagnosis Parasomnia
Dokter akan memeriksa seluruh riwayat kesehatan penderita termasuk gaya hidup dan riwayat keluarganya. Lalu akan mengenali tentang kebiasaan tidur penderita dengan meminta penderita membuat sleep diary, termasuk bertanya kepada orang dekat dan yang menemani tidurnya. Untuk mendapatkan gambaran lebih jelas, dapat dilakukan perekaman polysomnogram (PSG) yang dilakukan pada sebuah sleep center. Penderita akan tidur pada malam hari di tempat tersebut dan dilakukan perekaman gelombang otak, pernafasan, denyut jantung, dan gerakan yang dilakukannya selama tidur.
Penanganan Parasomnia
Penanganan parasomnia tergantung dengan jenis dan keparahannya, sbb.:
- Dokter dapat memberikan obat-obatan seperti melatonin, anti-depressants, dopamine antagonists¸ benzodiazepines, levodopa, dll.
- Cognitive behavioral therapy (CBT) merupakan cara paling sering dilakukan untuk mengatasi parasomnia, karena seringnya terjadi akibat adanya kaitan dengan kesehatan mental seperti stres dan kecemasan. CBT yang dapat dilakukan antara lain psikoterapi, terapi relaksasi, dan hipnotis.
- Memperbaiki pola hidup buruk yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya parasomnia dengan cara: menjalankan pola tidur sehat (sleep hygiene) dan menciptakan lingkungan tidur yang nyaman. Selain itu harus mengatasi masalah kesehatan yang juga berpotensi menjadi faktor risiko parasomnia seperti: sleep apnea, kecemasan, depresi, PTSD, dll.
Penutup
Parasomnia merupakan kelompok untuk perilaku tidak normal yang dapat terjadi pada tidur REM dan NREM. Yang paling sering adalah pada NREM yaitu sleepwalking dan night terrors, terutama banyak terjadi pada anak-anak. Karena diduga 10% orang dewasa juga mengalaminya, maka parasomnia akan dapat secara signifikan mengurangi kualitas tidur dan kehidupan sehari-hari penderitanya.
©IKM 2024-10