Multitasking adalah istilah dalam Bahasa Inggris yang menggambarkan dua atau lebih pekerjaan atau aktivitas dilakukan secara simultan, beralih silih berganti dari aktivi-tas satu ke aktivitas lainnya. Istilah multitasking ini berawal dari menjelaskan kemampuan komputer untuk melakukan milyaran hitungan dalam satu waktu. Dalam hal komputer tampaknya saja dilakukan dalam satu waktu karena proses hitungannya sangat cepat. Namun sebenarnya yang dilaku-kan komputer adalah melakukan hitungan secara satu-persatu namun saling bergantian, sampai semua hitungan selesai. Begitu pulalah yang terjadi pada manusia ketika melakukan multitasking. Sebenarnya bukan melakukan banyak hal dalam waktu bersamaan, melainkan melakukan banyak hal secara bergantian, silih berganti, terus menerus, sampai semua pekerjaan atau aktivitasnya selesai.
Dalam kesehariannya orang sangat sering melakukan multi-tasking tanpa ia menyadarinya. Bahkan dapat dipastikan semua orang di seluruh dunia tanpa terkecuali pernah, bahkan sering melakukan multitasking dalam keseharian-nya. Contoh paling sederhana dan sangat sering dilakukan banyak sekali orang adalah mendengarkan radio di mobil sambil berkendara, atau menelpon menggunakan hands-free sambil berkendara. Tidak sedikit pula yang sering menelpon sambil mengetik di komputer atau laptop. Lalu mendengarkan musik sambil jogging, menonton TV sambil membalas email, scrolling media sosial sambil ngobrol atau meeting, dan lain sebagainya. Bahkan ada orang yang melakukan 3 aktivitas, contohnya ketika memasak. Satu panci sedang merebus, lalu ada yang sedang dipanaskan di dalam microwave, sambil menggoreng di atas wajan. Bahkan menjadi empat bila dilakukan sambil menonton TV.
Dari contoh-contoh di atas, ada multitasking yang baik, artinya tidak berbahaya bila dilakukan, namun ada yang justru dapat mengundang bencana. Dikatakan baik bila aktivitas salah satu aktivitas multitasking yang sedang dilakukan sudah bersifat otomatis seperti jogging sambil mendengarkan musik, menonton TV sambil melipat baju, dll. Namun bila saat multitasking tidak ada aktivitas bersifat otomatis dan semua membutuhkan perhatian yang sama besarnya, maka itulah yang dikategorikan sebagai buruk. Seperti menggunakan HP saat berkendara, membaca dan membalas email sambil melakukan meeting, apa lagi bila melakukan lebih dari dua hal seperti menelpon yang dilaku-kan sambil mengetik dan menghadiri zoom meeting.
Multitasking vs. Waktu
Bila dilihat dari penjelasan di atas, sepertinya multitasking dapat menyelesaikan banyak hal dalam satu waktu. Tapi apakah benar secara waktu menjadi lebih efisien? Bagaima-na bila pekerjaan atau aktivitas justru dilakukan satu persa-tu sampai setiap aktivitas selesai terlebih dahulu sebelum melakukan aktivitas lainnya? Bukankah secara waktu bila ditotal sebenarnya sama saja? Atau bila berbeda, apakah perbedaannya signifikan? Penelitian telah menunjukkan bahwa otak manusia ternyata tidak bagus dalam mena-ngani aktivitas multitasking seperti dugaan banyak orang. Bahkan penelitian justru melaporkan bahwa multitasking secara keseluruhan dapat menghambat produktivitas karena mengurangi pemahaman, perhatian, dan kinerja seseorang. Pada akhirnya justru membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan bila aktivitas dilakukan satu persatu sampai selesai sebelum beranjak ke aktivitas berikutnya.
Pengaruh Multitasking pada Otak
Banyak orang yang salah menyangka bahwa multitasking menggambarkan kemampuan kognitif pada otak yang tinggi, lalu anggapan bahwa seseorang harus melakukan multitasking untuk menjaga kesehatan otak. Nyatanya otak manusia tidak didisain untuk melakukan multitasking, melainkan harus fokus pada satu pekerjaan sebelum melakukan pekerjaan selanjutnya. Ketika seseorang mela-kukan multitasking, maka terjadi pergantian konstan di dalam otak yang membuatnya lekas letih sehingga kurang efisien dalam bekerja. Terutama otak akan kehilangan kemampuan untuk memfokuskan perhatian. Membuat pelakunya mudah terganggu dan rentan berbuat kesalahan.
Cara Multitasking Pengganggu Produktivitas
Yang sebenarnya dilakukan seseorang saat melakukan multitasking adalah secara simultan mengganti fokus dan perhatian dari satu hal pada hal berikutnya. Hal ini akan menyebabkan kesulitan untuk menghindari gangguan sampai dapat menciptakan mental blocks yang justru jadi memperlambat pekerjaan. Berikut dampak negatif dari multitasking:
1. Multitasking mengganggu fokus. Para multitaskers yaitu orang yg melakukan multitasking, akan lebih merasa mudah terganggu fokusnya dibandingkan monotaskers (orang yang melakukan pekerjaan satu-persatu). Dapat dimengerti karena multitaskers secara konstan harus memfokuskan ulang perhatiannya pada setiap pergantian aktivitas, walaupun gangguan fokus ini berbeda pada setiap orang.
2. Multitasking memperlambat pekerjaan. Berbanding terbalik dengan dugaan orang, sebenarnya justru multi-taskers cendrung bekerja lebih lambat dan kurang efisien dibandingkan monotaskers. Menurut ahli psiko-logi hal ini dikarenakan terjadinya kelelahan mental saat harus terus berganti-ganti aktivitas. Seorang monotaskers justru dapat melakukan aktivitasnya secara “autopilot” terhindar dari kelelahan mental.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
4. Multitaskers cendrung membuat banyak kesalahan. Penelitian menunjukkan bahwa seorang pelajar yang sering melakukan multitasking di dalam kelas cendrung memiliki nilai lebih rendah. Bila aktivitas multitasking berlanjut di rumah, tugas-tugas sering terlambat diselesaikan. Penelitian lain di tahun 2018 melaporkan pengendara lebih sering berbuat kesalahan saat multi-tasking sambil berkendara.
Media Multitasking
Karena hidup di zaman modern ini tidak terlepas dari gadget, kini tambah sering kita dengar istilah media multi-tasking, yaitu menggunakan gadget sambil melakukan dua atua lebih hal sekaligus. Contohnya mendengarkan musik sambil membaca email atau scrolling media sosial. Walau-pun terlihat sepele, efeknya pada otak kita tidak berbeda. Bila terlalu sering dilakukan, akan muncul efek jenuh dan kelelahan psikis. Penelitian melaporkan generasi muda sekarang sangat sering melakukan media multitasking yang membuat mereka menjadi individu yang lebih mudah terganggu perhatiannya, sulit untuk fokus pada satu kegi-atan, dan sering menurun prestasi kerja atau sekolahnya.
Multitasking dan Fokus
Agar berhasil dalam belajar atau bekerja, seseorang harus memiliki konsentrasi dan fokus yang tinggi. Seorang multi-taskers pada akhirnya memiliki kesulitan untuk fokus kare-na kebiasaan multitasking-nya. Akibatnya ia juga memiliki kesulitan untuk fokus dalam belajar dan bekerja. Semakin sering melakukan multitasking, seiring waktu akan semakin sedikit yang sebenarnya dapat diselesaikan, kerana lambat laun akan menurunkan kemampuan seseorang untuk konsentrasi dan menyelesaikan pekerjaannya. Salah satu efek negatifnya juga adalah ketika berusaha melakukan banyak hal secara bersamaan, akan membuat tambah sulit untuk sadar dan hadir pada waktu ketika melakukannya.
Efek Multitasking pada Kesehatan
Efek negatif dari multitasking pada otak dan gangguannya pada produktivitas seperti pada uraian di atas, kemungkin-an bersifat jangka pendek saja. Tapi memang belum ada penelitian yang meneliti efek jangka panjangnya. Yang jelas multitasking meningkatkan level stres yang dapat mence-tus kenaikan tekanan darah dan denyut jantung. Multi-tasking juga sudah diteliti dan dikaitkan dengan gejala dan kejadian kecemasan dan depresi. Bila multitasking sudah terbiasa dilakukan sejak usia remaja, saat otak sibuk dalam pertumbuhan jaringan syaraf yang penting, maka multi-tasking dapat sampai mengganggu fikiran para remaja. Kebiasaan multitasking dapat saja menjadi berkepanjangan yang berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan seperti penyakit tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan juga gangguan kognitif dan prilaku.
Salah Menilai Diri Seorang Multitaskers
Banyak orang yang salah menilai dirinya seorang multi-taskers yang handal. Dari bahasan di atas sudah jelas bahwa multitasking perlahan akan berdampak negatif pada pelakunya, karena akan menurunkan kemampuan kognitif, bahkan bagi mereka yang rutin melakukan multitasking dalam kesehariannya. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang salah menilai dirinya seorang multitaskers dan dengan bangga melakukannya setiap hari, malah seringnya memiliki kemampuan yang lebih rendah untuk dapat efektif dalam hal-hal yang dilakukannya tersebut. Lalu seorang multitaskers kronis cendrung menunjukkan tanda-tanda impulsif dalam lingkungan sosialnya dan cendrung lebih berani mengambil risiko yang dapat membahayakan jiwa karena terobsesi melakukan multitasking.
Menghentikan Kebiasaan Multitasking
Mengerjakan pekerjaan satu persatu dapat membuat diri lebih produktif dan dapat membuat setiap aktivitasnya lebih menyenangkan. Namun bila tetap terjebak dalam aktivitas multitasking lakukan assessment atau penilaian dari hal-hal yang harus diselesaikan tersebut, sbb.:
- Kurangi jumlah aktivitas yang dikerjakan secara bersa-maan, satu-persatu sampai hanya melakukan satu akti-vitas saja. Boleh mengkombinasikannya dengan satu aktivitas yang dapat dilakukan otomatis yang disebut sebagai multitasking baik seperti uraian sebelumnya.
- Gabungkan pekerjaan yang mirip, sehingga bila harus dikerjakan bersamaan, tidak akan terlalu membuat otak kelelahan. Misalnya, multitasking yang dilakukan di laptop, seperti browsing untuk bahan presentasi sambil juga mencari gambar untuk background mem-percantik slide presentasinya.
- Gunakan aturan “20 menit.” Dari pada mengerjakan dua atau lebih pekerjaan secara bersamaan, lebih baik untuk melakukannya bergantian, tapi diberi batasan waktu misalnya setiap 20 menit. Sehingga dua atau lebih pekerjaan tersebut dapat selesai semua tanpa terlalu membebani kerja otak.
- Miliki jadwal harian untuk pekerjaan yang rutin. Misal-nya membaca dan membalas email pada waktu terten-tu dibandingkan harus melakukannya sepanjang hari sambil harus melakukan pekerjaan lainnya. Atau menyi-apkan makanan di dapur dikerjakan pada waktu yang ditentukan tanpa harus mengerjakan pekerjaan lain.
- Batasi gangguan. Saat melakukan pekerjaan apa pun, coba batasi gangguan seperti matikan suara notifikasi di HP, bekerja di ruangan yang tenang, dll. Dengan demikian satu pekerjaan dapat selesai lebih cepat dan akan punya waktu lebih untuk pekerjaan berikutnya.
- Rapihkan ruangan/meja kerja. Ruangan atau meja kerja yang berantakan akan mengganggu kerja otak dan selalu akan terpancing untuk melakukan multitasking karena terlihat pekerjaan banyak menumpuk. Selain juga membuat stres menjadi lebih tinggi.
©IKM 2024-11