Dr. Indra K. Muhtadi - "dokter plus"
  • Home
    • My Curriculum Vitae
    • Dr. Indra on Media
  • What's New
  • Health & Wellness Influencer & Motivator
    • Retirement Preparation from Health Point of View
    • Stres untuk Hebat
    • Health Topic Seminars
    • The Secret of Healthy Life Style
    • Company Health Management
    • Stop Smoking Course
    • Quality Service Excellent
    • Change Leadership Training and Self Improvement
    • Smile in Assertive Communication
    • Assertive Communication Skills
    • Employee Counseling for Productivity
    • Managerial Skills and Self Leadership Skills
    • Motivation and Job Satisfaction
  • Dr. Indra's Books
    • Book: "SEHAT untuk HEBAT"
    • Book: "STRES untuk HEBAT"
    • Book: "Revolusi Mental"
  • Blog: Medical Articles
    • Blog Index (A to Z)
    • Blog Index (by category)
    • Blog Articles: 2025
    • Blog Articles: 2024
    • Blog Articles: 2023
    • Blog Articles: 2022
    • Blog Articles: 2021
    • Blog Articles: 2020
    • Blog Articles: 2019
    • Blog Articles: 2018
    • Blog Articles: 2017
    • Blog Articles: 2016
    • Blog Articles: 2015
    • Blog Articles: 2014
    • Blog Articles: 2013
    • Blog Articles: 2012
    • Blog Articles: 2011
    • Blog Articles: 2010
  • Health Consultant (Praktek)
    • Location
    • Adult Vaccination
  • Health Tips Video
  • Health Calculator
    • BMI Calculator
    • Advanced BMI Calculator
    • BMI Calculator for Children
    • Ideal Body Weight Calculator
    • Exercise Calorie Calculator
    • Daily Calorie Calculator
    • Liquid Calorie Calculator
  • Health Pictures
  • My Travel and Other Blog
  • ABN Group
  • References & Partners
  • Contact Me

Topik ke-541: Leptospirosis, Wabah “Kencing Tikus” yang Perlu Diwaspadai

4/7/2025

0 Comments

 
Picture
Pendahuluan
Pada musim kemarau di Indonesia pada tahun 2025 ini masih terdapat curah hujan yang cukup tinggi, khususnya di daerah Bandung Raya (Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat). Efek dari curah hujan yang tinggi ini memberikan ancaman serius terjadinya banjir. Kesadaran masyarakat terhadap berbagai penyakit menular terutama yang berkaitan erat dengan banjir harus ditingkatkan karena masih banyak infeksi yang kerap terabaikan karena gejalanya yang menyerupai penyakit ringan. Salah satunya adalah leptospirosis, yang meningkat insidensinya setiap ada musibah banjir. Di Indonesia walaupun leptospirosis bukanlah penyakit baru, namun sistem sanitasi yang belum optimal bila ditambah banjir membuat penyakit ini kembali menjadi ancaman.

Mengenal Leptospirosis
Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, yaitu penyakit infeksi yang ditularkan dari hewan ke manusia. Infeksi leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira, yang banyak ditemukan pada urin hewan terutama tikus, serta dapat mencemari tanah dan air di sekitarnya. Penularannya terjadi bila orang bersentuhan dengan air atau lumpur yang terkontaminasi, terutama jika kulit mengalami luka atau terkena langsung pada membran mukosa seperti mata dan  mulut. Di Indonesia penyakit ini populer dikenal sebagai “penyakit kencing tikus.” Leptospirosis sering kali menye-rang kelompok masyarakat yang terpapar lingkungan kotor atau lembap, seperti petani, tinggal di DAS (daerah aliran sungai) perkotaan, hingga warga yang beraktivitas di sekitar pasar tradisional; terutama bila terjadi musibah banjir.

Bakteri Leptospira
bakteri penyebab leptospirosis termasuk dari genus Leptospira yang berbentuk spiral halus, anggota ordo Spirochaetales dan famili Leptospiraceae. Leptospira bersifat Gram-negatif, memanjang antara 6-20 µm dan diameter hanya sekitar 0,1 µm, dengan tubuh yang sangat tipis dan berbentuk heliks, seringkali dengan ujung yang mengait menyerupai tanda tanya. Dua flagela periplasmik yang berada di tiap ujung sel memungkinkan Leptospira bergerak seperti gergaji, memudahkan bakteri menembus lapisan lendir dan sel inang. Genus Leptospira sendiri sangat heterogen, mencakup sekitar 66 jenis dan setidaknya ada 19 spesies, termasuk L. interrogans, L. borgpetersenii, dan L. noguchii, empat spesies yang diketahui menimbulkan infeksi pada manusia. Leptospira bersifat aerobik, tumbuh lambat pada suhu optimal 28-30 °C, serta membutuhkan kelembapan tinggi dan pH netral dalam lingkungan sekitar agar bertahan hidup. Ini menjelaskan mengapa penyakit leptospirosis banyak terjadi di daerah tropis yang lembap dan rawan genangan air.
 
Vektor Penyakit Leptospirosis
Tikus merupakan vektor utama sekaligus reservoir alami bagi bakteri Leptospira. Hewan ini menyimpan bakteri di ginjalnya dan menyebarkannya ke lingkungan melalui urin, bahkan tanpa menunjukkan gejala sakit. Urin yang terbuang ke saluran air, tanah, makanan, atau genangan air dapat menjadi sumber penularan bagi manusia maupun hewan lainnya. Oleh karena itu, pengendalian populasi tikus menjadi langkah penting dalam memutus mata rantai penyebaran penyakit ini.  Selain tikus, beberapa hewan peliharaan dan ternak seperti anjing dan sapi juga berpotensi menjadi pembawa Leptospira. Walaupun mereka tidak selalu menunjukkan gejala sakit, mereka bisa menyebarkan bakteri ke lingkungan sekitarnya. Untuk itu, tersedia vaksin leptospirosis khusus untuk hewan, yang direkomendasikan diberikan setiap tahun. Vaksinasi ini tidak hanya melindungi hewannya, tetapi juga mengurangi risiko penularan silang kepada manusia, terutama bagi mereka yang tinggal atau bekerja di sekitar hewan tersebut.
 
Faktor Risiko Leptospirosis
Leptospirosis dapat menyerang siapa saja, namun seperti yang disinggung di atas, terdapat kelompok masyarakat tertentu yang memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi, terutama karena sifat pekerjaan atau aktivitas harian mereka yang meningkatkan kemungkinan kontak dengan sumber kontaminasi, seperti:
  • Bekerja di sektor pertanian dan peternakan
  • Petugas kebersihan dan pengelola sampah
  • Pekerja pet shop atau pengelola hewan
  • Anggota militer yang kerap bertugas di lapangan atau daerah terpencil
  • Tinggal di DAS (daerah aliran sungai) perkotaan, karena sungai di perkotaan di Indonesia sering sekali kotor dan banyak sampah
  • Melakukan aktivitas berenang, berkemah, atau kayak di danau, sungai, atau area air terbuka lainnya, terutama setelah hujan lebat, apa lagi banjir
  • Bahkan, aktivitas sederhana seperti berjalan tanpa alas kaki di pasar tradisional, atau area lembap yang kurang terawat, terutama jika ada luka kecil pada kulit kaki.
 
Gejala dan Tahapan Klinis Leptospirosis
Leptospirosis memiliki spektrum gejala yang luas, tergantung pada tingkat keparahan infeksi dan respons imun tubuh penderita. Secara umum, penyakit ini berkembang dalam dua fase utama, yaitu fase anicteric (tanpa terjadi tubuh kuning) dan fase icteric (terjadi tubuh kuning) atau yang dikenal sebagai Weil’s disease (penyakit Weil). Fase anicteric syndrome mencakup sekitar 90% dari seluruh kasus leptospirosis:

Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
Picture
Fase 1: Anicteric syndrome (ringan)
  • Gejala mirip flu: demam mendadak, nyeri otot (terutama betis dan punggung bawah), sakit kepala, batuk, mual, diare, mata merah.
  • Durasi biasanya 1-2 minggu, namun bisa tak bergejala sama sekali.
Fase 2: Icteric syndrome atau Weil’s Disease
  • Terjadi setelah fase ringan membaik lalu memburuk kembali, atau pada saat tubuh tidak dapat mengatasi infeksinya.
  • Ditandai dengan terjadinya kuning (jaundice), hepatitis, perdarahan spontan, aritmia, dan kesulitan bernapas.
  • Komplikasi berat dapat terjadi rhabdomyolysis (kerusakan otot yang serius), gagal ginjal/paru/hati, meningitis (radang selaput otak), myocarditis (radang otot jantung), shock, sampai terjadi kematian.
 
Situasi Leptospirosis di Bandung Raya
Menurut data dan rilis resmi Kemenkes RI, terdapat tren peningkatan keprihatinan terhadap leptospirosis, terutama saat curah hujan tinggi di tahun 2025. Pada akhir tahun 2024 yang lalu, Kemenkes menerbitkan surat edaran antisipasi leptospirosis dan demam berdarah Dengue, yang melibatkan Bandung sebagai wilayah rawan. Lalu pada tgl. 26 Juni 2025, Dinkes Provinsi Jabar juga mengingatkan masyarakat terhadap peningkatan kasus, seiring aktivitas tikus meningkat saat genangan air muncul. Walaupun belum tersedia statistik angka pasti kasus leptospirosis di wilayah Bandung Raya, peringatan dan surat edaran tersebut menunjukkan bahwa kasus telah meningkat secara signifikan selama semester I tahun 2025. Imbauan di atas menandakan bahwa pemerintah pusat dan provinsi memfokuskan Bandung Area sebagai one of priority areas untuk antisipasi penyakit ini.
 
Penegakan Diagnosis Leptospirosis
Dalam menegakkan diagnosis leptospirosis diperlukan pendekatan klinis yang cermat dan wawasan epidemiologis yang kuat. Langkah pertama biasanya dimulai dari penelusuran riwayat paparan pasien, seperti apakah mereka pernah berkontak dengan air banjir, lumpur, urin hewan, atau tinggal di daerah dengan sanitasi buruk dan keberadaan tikus yang tinggi, terutama saat pasien datang dengan keluhan demam disertai nyeri otot dan mual. Pemeriksaan penunjang yang juga dapat dilakukan:
  • Hitung darah lengkap, pemeriksaan fungsi ginjal (kreatinin), dan pemeriksaan fungsi liver (bilirubin)
  • Pemeriksaan MAT (microscopic agglutination test) yang merupakan gold standard untuk leptospirosis, yaitu mendeteksi antibodi terhadap bakteri Leptospira dalam serum darah pasien
  • Pemeriksaan PCR untuk mendeteksi keberadaan DNA bakteri secara langsung
  • Bila diperlukan pemeriksaan IgM dengan metoda ELISA yang dapat membantu mengidentifikasi infeksi aktif.
 
Pengobatan Leptospirosis
Strategi pengobatan leptospirosis sangat bergantung pada tingkat keparahan gejala yang dialami pasien. Pada kasus yang tergolong ringan, yang umumnya hanya menunjukkan gejala seperti demam, nyeri otot, atau kelelahan, pengo-batan dapat dilakukan secara rawat jalan. Pasien dianjurkan untuk banyak beristirahat, menjaga kecukupan cairan tubuh, serta mengkonsumsi obat pereda nyeri dan penurun demam seperti ibuprofen atau paracetamol. Selain itu, dokter biasanya meresepkan antibiotik oral, yang terbukti efektif mengurangi durasi dan keparahan penyakit jika diberikan sejak dini.
 
Namun, pada kasus yang lebih berat, terutama yang telah berkembang menjadi Weil’s disease, penanganan harus dilakukan secara intensif di rumah sakit. Penderita membutuhkan perawatan lanjutan karena infeksi dapat menyebabkan kerusakan multi-organ. Antibiotik yang digunakan dalam kondisi ini umumnya diberikan secara intravena, untuk memastikan konsentrasi obat yang memadai dalam aliran darah. Perawatan suportif juga sangat penting untuk mendukung organ yang terdampak. Pasien dengan gagal ginjal mungkin memerlukan dialisis, sementara pasien dengan gangguan pernapasan dapat membutuhkan bantuan ventilator.
 
Pencegahan
Semua penyakit lebih baik dicegah dari pada mengobati, demikian pula halnya dengan infeksi leptospirosis, pencegahan merupakan langkah yang sangat penting, mengingat penyakit ini sering kali muncul akibat kontak dengan lingkungan yang terkontaminasi dan sulit terdeteksi secara kasat mata. Salah satu langkah paling dasar adalah menghindari kontak langsung dengan air atau lumpur yang kemungkinan tercemar urin hewan, terutama setelah terjadinya banjir atau genangan air akibat hujan deras. Kementerian Kesehatan RI secara khusus mengimbau masyarakat untuk tidak berenang, bermain, atau berjalan di air banjir tanpa perlindungan yang memadai, karena risiko penularannya sangat tinggi di situasi seperti itu.
 
Selain itu, penggunaan alas kaki dan alat pelindung diri lainnya seperti sarung tangan dan sepatu bot sangat dianjurkan, terutama bagi mereka yang bekerja di lingkungan berisiko tinggi seperti tempat pembuangan sampah, selokan, sungai, lahan pertanian, atau pasar tradisional. Luka kecil pada kulit, yang sering dianggap sepele, bisa menjadi pintu masuk bakteri Leptospira ke dalam tubuh. Lingkungan yang bersih, bebas dari tumpukan sampah, dan tidak lembap akan mengurangi daya tarik bagi tikus untuk berkembang biak. Strategi pengelolaan sampah yang baik, memperbaiki saluran air, serta menutup ma-kanan menjadi bagian integral pencegahan leptospirosis.
 
Penutup
Leptospirosis, walaupun terlihat ringan, menyembunyikan potensi komplikasi yang berat. Di Bandung dan sekitarnya, meningkatnya kasus dalam semester pertama 2025 menuntut sinergi antisipatif dan responsif dari masyarakat, tenaga kesehatan, dan pemerintah. Sayangnya, hingga saat ini vaksin leptospirosis hanya tersedia untuk hewan, dan belum tersedia vaksin leptospirosis yang dapat digunakan untuk manusia. Sudah ada penelitian di beberapa negara seperti Kuba dan Prancis yang telah menghasilkan vaksin untuk manusia. Namun sifatnya hanya terbatas dengan efektivitas pada beberapa strain saja. Aksi nyata seperti edukasi lingkungan, penggunaan alat pelindung diri, deteksi dini, serta respon medis cepat kunci melawan leptospirosis.

©IKM 2025-07
0 Comments

Robek Ligamen Lutut – ACL (Anterior Cruciate Ligament) Tear

27/6/2025

0 Comments

 
Picture
Pendahuluan
Robek Anterior Cruciate Ligament (ACL) adalah salah satu cedera lutut yang paling sering terjadi, terutama pada atlet atau individu yang aktif secara fisik. Di seluruh dunia, jutaan kasus robek ACL dilaporkan setiap tahunnya, dengan laporan tertinggi sekitar 200.000 kasus terjadi di AS. Cedera ini bisa sangat membatasi aktivitas, menimbulkan rasa sakit pada lutut, dan jika tidak ditangani dengan benar, dapat menimbulkan keterbatasan gerak yang berdampak jangka panjang terhadap kualitas hidup penderitanya.

Mengenal Anterior Cruciate Ligament
Ligamen adalah jaringan ikat kuat yang menghubungkan antara tulang. Anterior Cruciate Ligament (ACL) adalah salah satu dari empat ligamen utama yang menstabilkan sendi lutut. Ligamen ini terletak di bagian tengah lutut dan menghubungkan tulang paha (femur) dengan tulang kering (tibia). Fungsinya adalah untuk mencegah tulang kering bergeser terlalu jauh ke depan dan memberikan stabilitas saat lutut berputar. Empat ligamen utama lutut tsb. adalah:
  • ACL di bagian depan tengah lutut
  • PCL (Posterior Cruciate Ligament) di belakang ACL
  • MCL (Medial Collateral Ligament) di sisi dalam lutut
  • LCL (Lateral Collateral Ligament) di sisi luar lutut.


Read More
0 Comments

Topik ke-539: Stres Oksidatif: Musuh di Dalam Tubuh

21/6/2025

0 Comments

 
Picture
Pendahuluan
Oxidative stress, atau dalam Bahasa Indonesia disebut stres oksidatif, adalah istilah yang mungkin terdengar rumit atau teknis bagi sebagian orang. Namun kenyataannya, konsep ini sangat berkaitan dengan aktivitas dan kebiasaan kita sehari-hari. Stres oksidatif merupakan kondisi yang terjadi dalam tubuh ketika keseimbangan antara zat berbahaya yang disebut radikal bebas dan zat pelindung yang dikenal sebagai antioksidan terganggu. Ketidakseimbangan ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari dalam tubuh maupun dari luar.

Mengenal Stres Oksidatif
Tubuh manusia memproduksi molekul yang disebut radikal bebas (free radicals) sebagai hasil dari proses metabolisme normal. Radikal bebas ini adalah molekul yang kehilangan satu elektron sehingga menjadi tidak stabil dan sangat reaktif. Mereka bisa mencuri elektron dari molekul lain, menyebabkan kerusakan pada sel, protein, dan bahkan DNA. Dalam kondisi ideal, tubuh punya mekanisme perta-hanan alami berupa antioksidan, yaitu molekul yang dapat "menyumbangkan" elektron kepada radikal bebas tanpa menjadi tidak stabil. Inilah yang menjaga keseimbangan dan mencegah kerusakan lebih lanjut. Stres oksidatif terjadi ketika jumlah radikal bebas melebihi kemampuan tubuh untuk menetralkannya dengan antioksidan. Ketidak-seimbangan ini dapat merusak jaringan dan memicu peradangan, penuaan dini, serta berbagai penyakit serius.


Read More
0 Comments

Topik ke-538: Insulin & Ancaman Tersembunyi Resistensi Insulin

30/5/2025

0 Comments

 
Picture
Pendahuluan
Banyak orang hidup bertahun-tahun tanpa menyadari bahwa tubuh mereka sedang mengalami resistensi insulin. Tanpa gejala yang nyata, kondisi ini perlahan-lahan membuka jalan menuju berbagai penyakit kronis seperti diabetes tipe 2, sindroma metabolik, penyakit jantung, bahkan depresi. Karena itu, memahami peran hormon insulin dan bagaimana resistensi insulin dapat dicegah atau dikendalikan menjadi penting untuk menjaga kesehatan jangka panjang. Di sini akan dijelaskan tentang insulin, resistensi insulin, penyebab, gejala, risiko, hingga strategi efektif untuk mencegah atau membalikkan kondisi ini.

Insulin dan Fungsinya
Insulin adalah hormon penting yang diproduksi oleh pankreas. Peran utamanya adalah mengatur kadar glukosa (gula) dalam darah. Setiap kali kita mengkonsumsi makanan maka glukosa hasil dari metabolisme makanan akan masuk ke dalam aliran darah. Proses ini tidak terbatas hanya karbohidrat saja, melainkan semua jenis makanan. Dalam kondisi normal, pankreas akan melepaskan insulin yang bertugas "membuka pintu" sel-sel tubuh, terutama sel otot dan hati, agar dapat menyerap glukosa dari darah dan menggunakannya sebagai energi atau menyimpannya untuk digunakan kemudian. Satu hal tentang insulin yang jarang dipahami adalah insulin tidak hanya berperan dalam metabolisme gula. Hormon ini juga mempengaruhi metabolisme lemak dan protein. Maka dari itu, gangguan pada insulin berdampak luas pada sistem metabolisme tubuh.


Read More
0 Comments

Topik ke-537: Vaksin TBC untuk Dewasa, Harapan Baru Melawan Penyakit Lama

23/5/2025

0 Comments

 
Picture
Pendahuluan
Di tengah kemajuan dunia kedokteran, satu penyakit menular tetap menjadi “musuh lama” yang sulit ditaklukkan: Tuberculosis (TBC). Indonesia menempati peringkat kedua tertinggi di dunia dalam jumlah kasus TBC setelah India. Sebelumnya Indonesia ada di peringkat ketiga setelah China, namun China terlihat berhasil mengurangi insidensi TB di negaranya, membuat kita naik ke peringkat dua. Selama lebih dari 100 tahun, kita hanya mengenal satu vaksin TBC, yaitu BCG (Bacillus Calmette–Guérin). Vaksin ini diberikan saat bayi baru lahir, dan hanya efektif dalam mencegah TBC berat dan hanya pada anak, seperti meningitis tuberkulosa. Efektivitas BCG pada orang dewasa, terutama untuk TBC paru sangat rendah. Situasi ini melahirkan kebutuhan mendesak untuk mengembangkan vaksin TBC yang efektif untuk remaja dan dewasa, kelompok dengan tingkat penularan dan kematian yang tinggi.

Pentingnya Vaksin TBC untuk Dewasa
Kebutuhan vaksin TBC dewasa semakin mendesak karena sebagian besar kasus TB aktif terjadi pada usia produktif. Yaitu antara 15-45 tahun, kelompok usia yang aktif secara sosial dan ekonomi, sehingga memiliki risiko lebih tinggi menularkan penyakit kepada orang lain, termasuk keluarga dan lingkungan kerja. Sayangnya, vaksin BCG yang selama ini digunakan hanya memberikan perlindungan terhadap TBC berat pada anak-anak, sehingga menimbulkan celah besar dalam strategi pencegahan TBC selama beberapa dekade terakhir. Jika vaksin baru yang dirancang khusus untuk dewasa dan remaja ini terbukti mampu melindungi kelompok usia yang paling rentan terhadap penularan dan perkembangan penyakit, maka menjadi alat baru yang jauh lebih kuat dalam upaya eliminasi TBC, baik di Indonesia maupun secara global, mengubah arah epidemi TBC.


Read More
0 Comments

Topik ke-536: Ngemil Cerdas, Mitos dan Fakta Cemilan Sehat

16/5/2025

0 Comments

 
Picture
Pendahuluan
Ngemil sering kali dianggap sebagai kebiasaan buruk yang harus dihindari. Banyak orang merasa bersalah setelah ngemil, apalagi jika yang dikonsumsi adalah makanan manis atau gurih yang menggoda. Tidak jarang pula, ngemil menjadi "tersangka utama" dalam kenaikan berat badan, kolesterol tinggi, hingga gangguan gula darah. Akibatnya, tak sedikit orang yang berusaha menghindari cemilan sama sekali demi mencapai tubuh ideal dan gaya hidup sehat. Faktanya, ngemil bisa menjadi bagian dari pola makan sehat, asal dilakukan dengan bijak. Dalam dunia kesehatan dan gizi, ngemil tidak selalu identik dengan pola makan yang buruk. Bahkan, dalam beberapa kondisi, ngemil justru bisa membantu mengatur metabolisme tubuh dan mencegah makan berlebihan saat waktu makan utama tiba.

Cemilan
Cemilan adalah makanan atau minuman yang dikonsumsi di antara waktu makan utama, yaitu antara sarapan dan makan siang, atau antara makan siang dan makan malam. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai snacking behavior atau “kebiasaan mengemil.” Jenis cemilan yang dikonsumsi akan sangat menentukan dampaknya terhadap kesehatan. Cemilan tinggi gula, garam, dan lemak jenuh dapat menye-babkan berbagai masalah kesehatan, seperti: obesitas, kencing manis, dan tekanan darah tinggi. Sebaliknya, dalam konteks gizi, cemilan yang kaya serat, protein, dan vitamin justru dapat mendukung metabolisme tubuh dan menjaga energi tetap stabil, menjaga kadar gula darah tetap stabil, dan membantu mencegah rasa lapar berlebihan yang bisa berujung pada makan berlebihan saat makan utama.


Read More
0 Comments

Topik ke-535: Terapi Regeneratif Sendi, Harapan Baru untuk Sendi yang Rusak

2/5/2025

0 Comments

 
Picture
Pendahuluan
Sendi adalah bagian tubuh yang memungkinkan kita bergerak dengan leluasa seperti berjalan, berlari, duduk, atau sekedar menggerakkan jari. Namun, sendi juga rentan terhadap kerusakan, terutama karena penuaan, cedera, atau penyakit seperti osteoartritis. Bagi jutaan orang di seluruh dunia, nyeri sendi menjadi hambatan besar dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ketika pengobatan konvensional seperti obat pereda nyeri atau fisioterapi tidak lagi efektif, banyak pasien merasa tidak punya pilihan lain selain operasi besar seperti penggantian sendi (joint replacement surgery). Kini dunia medis menghadirkan harapan baru, yaitu joint regenerative therapy (terapi regeneratif sendi). Terapi ini bertujuan bukan hanya untuk mengurangi gejala, tetapi untuk memperbaiki atau bahkan meregenerasi jaringan sendi yang rusak.

Terapi Regeneratif
Terapi regeneratif adalah sebuah pendekatan medis yang bertujuan untuk memperbaiki, mengganti, atau meregenerasi jaringan dan organ tubuh yang rusak akibat cedera, penyakit, atau proses penuaan. Tidak hanya mengatasi gejala seperti nyeri atau peradangan, terapi ini berfokus pada penyembuhan akar masalah dengan merangsang mekanisme penyembuhan alami tubuh. Dalam dunia kedokteran modern, terapi regeneratif menjadi salah satu bidang paling menjanjikan karena berpotensi mengubah paradigma pengobatan dari “mengelola gejala” menjadi “memulihkan fungsi”.


Read More
0 Comments

Topik ke-534: MMPI, Tes Kejiwaan Pembuka Peta Kepribadian & Gangguan Mental

25/4/2025

0 Comments

 
Picture
Pendahuluan
Dalam dunia psikologi klinis modern dan dunia psikiatri atau ilmu jiwa, salah satu alat tes paling penting yang digunakan untuk memahami kepribadian dan kondisi psikologis seseorang adalah MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory) atau  Inventori Kepribadian Multifasik dari Minnesota. Hasil MMPI bersifat rahasia, tidak boleh digunakan untuk mendeskriminasi/mempermalukan responden. Selain itu, harus ada informed consent sebelum tes dilakukan. MMPI kini telah digunakan secara luas di berbagai negara, termasuk Indonesia. Bukan hanya dalam menangani pasien dengan gangguan kepribadian dan mental, tetapi juga untuk tujuan evaluasi psikologis bidang hukum, asesmen seleksi di dunia kerja, politik, bahkan militer.

Sejarah MMPI
Tes MMPI pertama kali dikembangkan pada tahun 1939 oleh Starke R. Hathaway, seorang psikolog klinis, dan J. C. McKinley, seorang psikiater di University of Minnesota. Tujuan mereka untuk menciptakan alat yang objektif mendeteksi gangguan psikologis, berdasarkan data empiris, bukan hanya interpretasi subjektif. Pendekatan ilmiah yang digunakan adalah empirical keying, yaitu mengembangkan item tes berdasarkan perbedaan nyata antara jawaban orang sehat dan orang dengan gangguan mental tertentu. Sehingga skala-skala MMPI memiliki dasar statistik yang kuat. Seiring waktu, MMPI telah mengalami revisi besar:
  • MMPI-2 (1989): memperbaiki item yang tidak relevan, menyesuaikan bahasa, dan memperluas populasi normatif.
  • MMPI-2-RF (2008): menyederhanakan struktur dan meningkatkan validitas skala.

Read More
0 Comments

Topik ke-533: Mitos vs. Fakta, Makan Malam Bikin Gemuk

18/4/2025

0 Comments

 
Picture
Pendahuluan
"Jangan makan malam terlalu larut, nanti kamu gemuk!" Ini adalah pernyataan yang sangat sering kita dengar termasuk di Indonesia. Makan malam sering kali menjadi kambing hitam dalam perdebatan tentang berat badan. Tapi benarkah makan malam adalah penyebab utama kenaikan berat badan? Atau ini hanya mitos yang sudah terlanjur dipercaya masyarakat? Artikel ini akan mengupas tuntas mitos dan fakta seputar makan malam dan hubungannya dengan kenaikan berat badan. Dengan pendekatan ilmiah yang mudah dipahami, kita akan membahas masalah penting ini agar masyarakat bisa mengambil keputusan makan yang lebih bijak dan sehat dan agar makan malam tidak lagi selalu dijadikan kambing hitam.

Asal-Usul Mitos Makan Malam Dituding Bikin Gemuk
Asal-usul mitos makan malam bikin gemuk bisa ditelusuri ke beberapa faktor budaya dan pemahaman fisiologi tubuh yang belum lengkap di masa lalu. Sejak lama, masyarakat mempercayai bahwa tubuh manusia memiliki “jam biologis” yang ideal untuk makan, dan jika kita melanggar jam tersebut (khususnya dengan makan larut malam), maka makanan yang dikonsumsi akan langsung disimpan sebagai lemak. Konsep ini diperkuat dengan pemikiran bahwa di malam hari, tubuh akan masuk ke mode istirahat dan tidak aktif secara fisik. Oleh karena itu, energi yang berasal dari makanan tidak digunakan dan justru disimpan. Mitos ini menjadi semakin kuat ketika tren diet dari negara-negara Barat pada tahun 80–90an menyarankan untuk menghindari makan malam sebagai bagian dari strategi penurunan berat badan. Sayangnya, banyak dari saran ini tidak didasarkan pada penelitian ilmiah yang kuat.


Read More
0 Comments

Topik ke-532: Gangguan Kepribadian Narsistik (NPD)

11/4/2025

0 Comments

 
Picture
Pendahuluan
Gangguan Kepribadian Narsistik, atau dalam istilah medis dikenal sebagai Narcissistic Personality Disorder (NPD), adalah salah satu bentuk gangguan kepribadian yang sangat kompleks. NPD sering kali menampilkan diri melalui kepercayaan diri yang berlebihan, kebutuhan terus-menerus akan pengakuan, serta ketidakmampuan dalam merasakan empati terhadap orang lain. Namun, di balik permukaan yang tampak kuat dan dominan, sering tersembunyi rasa tidak aman dan kekosongan batin yang mendalam. Prevalensinya diperkirakan sekitar 6,2% populasi, dan lebih umum ditemukan pada laki-laki.

Gambaran Umum Individu dengan NPD
Secara umum, individu dengan NPD memiliki pandangan yang sangat tinggi tentang diri. Mereka merasa lebih penting dari orang lain dan mengharapkan perlakuan khusus yang dianggap pantas mereka terima. Ketika pengakuan atau pujian yang mereka harapkan tidak datang, mereka bisa merespons dengan kemarahan, frustrasi, atau bahkan menarik diri secara emosional. Dalam relasi sosial, mereka kerap dianggap sombong, egois, dan sulit untuk diajak kerja sama. Gangguan ini dapat berdampak pada berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam hubungan personal, pekerjaan, pendidikan, bahkan pengelolaan keuangan.


Read More
0 Comments
<<Previous
    Home >> Medical Articles >> 2025

    Medical Articles 2025

    Picture
    Lihat daftar artikel lainnya, click pada gambar

    Picture
    Maknai stres, untuk membuat hidup menjadi lebih hebat. Baca di sini.

    Bila Anda suka dengan blog ini, silakan "like" artikelnya di bagian bawah setiap artikel dan silakan menikmati artikel lainnya pada blog tahun 2023. Click di sini.

    Picture

    Author

    Dr. Indra K. Muhtadi adalah seorang Health Influencer dan konsultan pada berbagai professional training di Indonesia.

    Sebagai dokter, ia sangat piawai memberikan konsultasi kesehatan dengan bahasa ringan sehingga membuat masalah medis menjadi sesuatu yang mudah untuk dipahami.

    Click di sini untuk berkonsultasi dengan Dr. Indra

    These Blogs are written in Bahasa Indonesia. I hope these blogs can help those who search the information about the topic discussed in the radio.  Feel free to give comments and if you need an English version of the content from these blogs, please don't hesitate to contact me.

    Instagram Follow Dr. Indra on Instagram
    Follow @indrakm

    Archives

    July 2025
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025

    Categories

    All
    Air Panas Vs. Air Dingin
    Brain Rot
    Filosofi Sehat & Sakit Dalam Perspektif Medis & Islam
    Gangguan Kepribadian Narsistik (NPD)
    Harapan Baru Melawan Penyakit Lama
    Human Metapneumovirus
    Insulin & Resistensi Insulin
    Keropos Tulang Pada Wanita Menyusui
    Kolesterol Gak Ikut Party
    Lebaran Happy
    Leptospirosis
    Makan Malam Bikin Gemuk
    Mengungkap Kekuatan Jahe
    Mitos Dan Fakta Cemilan Sehat
    Mitos Vs. Fakta
    MMPI
    Musuh Di Dalam Tubuh
    Myelodysplastic Syndrome
    Ngemil Cerdas
    Robek Ligamen Lutut - ACL (Anterior Cruciate Ligament) Tear
    Stem Cell Untuk Kecantikan
    Stres Oksidatif
    Terapi Regeneratif Sendi
    Tes Kejiwaan Pembuka Peta Kepribadian & Gangguan Mental
    Vaksin TBC Dewasa
    Wabah "Kencing Tikus"


    Saya tidak mencantumkan rujukan atau sumber dari artikel yang saya tulis, karena akan menambah panjang body dari posting-an blog-nya.
    Bila ada yang memerlukan silakan hubungi saya di contac me. Saya dengan senang hati akan menginfokannya.


    Disclaimer
    All data and statements in all articles in these blogs on this website were true at the time of writing. Some update may be required.

    The Content is not intended to be a substitute for professional medical advice, diagnosis, or treatment. Always seek the advice of your physician or other qualified health provider with any questions you may have regarding a medical condition.

    Picture
    Terima kasih untuk mendukung usaha saya dan berbagi informasi
    Thank you for supporting my effort and sharing my knowledge

    Picture

    Info graphic
    of the week

    Picture
    Leptospirosis: Wabah "Kencing Tikus" yang Perlu Diwaspadai

    Navigation:
    Back to Blog Main Page
    Back to Blog Index

Proudly powered by Weebly