Ngemil sering kali dianggap sebagai kebiasaan buruk yang harus dihindari. Banyak orang merasa bersalah setelah ngemil, apalagi jika yang dikonsumsi adalah makanan manis atau gurih yang menggoda. Tidak jarang pula, ngemil menjadi "tersangka utama" dalam kenaikan berat badan, kolesterol tinggi, hingga gangguan gula darah. Akibatnya, tak sedikit orang yang berusaha menghindari cemilan sama sekali demi mencapai tubuh ideal dan gaya hidup sehat. Faktanya, ngemil bisa menjadi bagian dari pola makan sehat, asal dilakukan dengan bijak. Dalam dunia kesehatan dan gizi, ngemil tidak selalu identik dengan pola makan yang buruk. Bahkan, dalam beberapa kondisi, ngemil justru bisa membantu mengatur metabolisme tubuh dan mencegah makan berlebihan saat waktu makan utama tiba.
Cemilan adalah makanan atau minuman yang dikonsumsi di antara waktu makan utama, yaitu antara sarapan dan makan siang, atau antara makan siang dan makan malam. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai snacking behavior atau “kebiasaan mengemil.” Jenis cemilan yang dikonsumsi akan sangat menentukan dampaknya terhadap kesehatan. Cemilan tinggi gula, garam, dan lemak jenuh dapat menye-babkan berbagai masalah kesehatan, seperti: obesitas, kencing manis, dan tekanan darah tinggi. Sebaliknya, dalam konteks gizi, cemilan yang kaya serat, protein, dan vitamin justru dapat mendukung metabolisme tubuh dan menjaga energi tetap stabil, menjaga kadar gula darah tetap stabil, dan membantu mencegah rasa lapar berlebihan yang bisa berujung pada makan berlebihan saat makan utama.