"Jangan makan malam terlalu larut, nanti kamu gemuk!" Ini adalah pernyataan yang sangat sering kita dengar termasuk di Indonesia. Makan malam sering kali menjadi kambing hitam dalam perdebatan tentang berat badan. Tapi benarkah makan malam adalah penyebab utama kenaikan berat badan? Atau ini hanya mitos yang sudah terlanjur dipercaya masyarakat? Artikel ini akan mengupas tuntas mitos dan fakta seputar makan malam dan hubungannya dengan kenaikan berat badan. Dengan pendekatan ilmiah yang mudah dipahami, kita akan membahas masalah penting ini agar masyarakat bisa mengambil keputusan makan yang lebih bijak dan sehat dan agar makan malam tidak lagi selalu dijadikan kambing hitam.
Asal-usul mitos makan malam bikin gemuk bisa ditelusuri ke beberapa faktor budaya dan pemahaman fisiologi tubuh yang belum lengkap di masa lalu. Sejak lama, masyarakat mempercayai bahwa tubuh manusia memiliki “jam biologis” yang ideal untuk makan, dan jika kita melanggar jam tersebut (khususnya dengan makan larut malam), maka makanan yang dikonsumsi akan langsung disimpan sebagai lemak. Konsep ini diperkuat dengan pemikiran bahwa di malam hari, tubuh akan masuk ke mode istirahat dan tidak aktif secara fisik. Oleh karena itu, energi yang berasal dari makanan tidak digunakan dan justru disimpan. Mitos ini menjadi semakin kuat ketika tren diet dari negara-negara Barat pada tahun 80–90an menyarankan untuk menghindari makan malam sebagai bagian dari strategi penurunan berat badan. Sayangnya, banyak dari saran ini tidak didasarkan pada penelitian ilmiah yang kuat.