Di tengah kemajuan dunia kedokteran, satu penyakit menular tetap menjadi “musuh lama” yang sulit ditaklukkan: Tuberculosis (TBC). Indonesia menempati peringkat kedua tertinggi di dunia dalam jumlah kasus TBC setelah India. Sebelumnya Indonesia ada di peringkat ketiga setelah China, namun China terlihat berhasil mengurangi insidensi TB di negaranya, membuat kita naik ke peringkat dua. Selama lebih dari 100 tahun, kita hanya mengenal satu vaksin TBC, yaitu BCG (Bacillus Calmette–Guérin). Vaksin ini diberikan saat bayi baru lahir, dan hanya efektif dalam mencegah TBC berat dan hanya pada anak, seperti meningitis tuberkulosa. Efektivitas BCG pada orang dewasa, terutama untuk TBC paru sangat rendah. Situasi ini melahirkan kebutuhan mendesak untuk mengembangkan vaksin TBC yang efektif untuk remaja dan dewasa, kelompok dengan tingkat penularan dan kematian yang tinggi.
Kebutuhan vaksin TBC dewasa semakin mendesak karena sebagian besar kasus TB aktif terjadi pada usia produktif. Yaitu antara 15-45 tahun, kelompok usia yang aktif secara sosial dan ekonomi, sehingga memiliki risiko lebih tinggi menularkan penyakit kepada orang lain, termasuk keluarga dan lingkungan kerja. Sayangnya, vaksin BCG yang selama ini digunakan hanya memberikan perlindungan terhadap TBC berat pada anak-anak, sehingga menimbulkan celah besar dalam strategi pencegahan TBC selama beberapa dekade terakhir. Jika vaksin baru yang dirancang khusus untuk dewasa dan remaja ini terbukti mampu melindungi kelompok usia yang paling rentan terhadap penularan dan perkembangan penyakit, maka menjadi alat baru yang jauh lebih kuat dalam upaya eliminasi TBC, baik di Indonesia maupun secara global, mengubah arah epidemi TBC.