Robek Anterior Cruciate Ligament (ACL) adalah salah satu cedera lutut yang paling sering terjadi, terutama pada atlet atau individu yang aktif secara fisik. Di seluruh dunia, jutaan kasus robek ACL dilaporkan setiap tahunnya, dengan laporan tertinggi sekitar 200.000 kasus terjadi di AS. Cedera ini bisa sangat membatasi aktivitas, menimbulkan rasa sakit pada lutut, dan jika tidak ditangani dengan benar, dapat menimbulkan keterbatasan gerak yang berdampak jangka panjang terhadap kualitas hidup penderitanya.
Ligamen adalah jaringan ikat kuat yang menghubungkan antara tulang. Anterior Cruciate Ligament (ACL) adalah salah satu dari empat ligamen utama yang menstabilkan sendi lutut. Ligamen ini terletak di bagian tengah lutut dan menghubungkan tulang paha (femur) dengan tulang kering (tibia). Fungsinya adalah untuk mencegah tulang kering bergeser terlalu jauh ke depan dan memberikan stabilitas saat lutut berputar. Empat ligamen utama lutut tsb. adalah:
- ACL di bagian depan tengah lutut
- PCL (Posterior Cruciate Ligament) di belakang ACL
- MCL (Medial Collateral Ligament) di sisi dalam lutut
- LCL (Lateral Collateral Ligament) di sisi luar lutut.
Robek ACL sering kali terjadi saat lutut mengalami tekanan atau pergerakan mendadak yang melampaui kapasitas ligamen. Dari seluruh kasus, kejadian tersering adalah ketika penderitanya sedang berolahraga, terutama sepak bola dan basket. Beberapa penyebab yang paling sering:
- Mendarat dari lompatan dengan posisi kaki datar
- Berhenti mendadak saat berlari
- Mengubah arah gerakan secara tiba-tiba (pivoting)
- Hiper-ekstensi lutut (meluruskan lutut secara berlebihan)
- Benturan langsung pada lutut.
Faktor Risiko Robek ACL
Risiko robek ACL paling tinggi terjadi pada mereka melaku-kan olahraga seperti sepak bola, basket, voli, ski, atau senam yang menuntut gerakan eksplosif seperti melompat, berputar, dan perubahan arah secara tiba-tiba sehingga memberikan tekanan besar pada lutut. Dapat juga karena teknik gerakan yang salah dan diperparah jika seseorang menggunakan peralatan olahraga yang tidak sesuai, menyebabkan perubahan stabilitas dan distribusi beban pada lutut. Secara statistik, perempuan memiliki risiko 2-10 kali lebih tinggi dibanding-kan laki-laki. Hal ini disebabkan oleh faktor anatomi panggul dan lutut, pengaruh hormonal terhadap elastisitas jaringan, serta perbedaan pola aktivasi otot saat melakukan manuver tertentu.
Gejala Robek ACL
Gejala robek ACL bisa muncul tiba-tiba dan cukup khas. Lokasi nyeri biasanya terasa di tengah lutut dan meningkat bila digunakan untuk berjalan, berdiri, atau menekuk. Gejala umum meliputi:
- Suara “pop” dari lutut saat cedera terjadi
- Nyeri hebat yang membuat aktivitas langsung terhenti
- Pembengkakan cepat, biasanya dalam 6 jam setelah cedera
- Ketidakstabilan lutut terasa seperti "akan roboh"
- Sulit berjalan/menahan berat badan di kaki yang cedera
- Penurunan rentang gerak (range of motion).
Tingkatan Cedera/Robek ACL
Cedera pada ligamen anterior cruciate (ACL) tidak selalu terjadi dengan tingkat keparahan yang sama.
- Grade I adalah cedera yang paling ringan. Pada kondisi ini, ligamen hanya mengalami peregangan atau tarikan mikro tanpa mengalami robekan. Lutut biasanya masih terasa stabil, penderita merasakan sedikit nyeri atau ketidaknyamanan saat beraktivitas, dan sering kali bisa pulih dengan istirahat, kompres es, dan fisioterapi ringan. Namun tetap harus ditangani dengan baik agar tidak berkembang menjadi cedera yang lebih parah.
- Grade II, atau disebut juga robekan sebagian (partial tear), merupakan kondisi sebagian serat ligamen ACL mengalami robekan. Akan terjadi kelemahan struktural yang membuat lutut terasa lebih longgar atau tidak stabil, terutama saat bergerak cepat atau melakukan manuver tajam. Pembengkakan dan nyeri biasanya lebih jelas dibanding Grade I. Grade II tergolong lebih jarang terjadi dan sulit dibedakan secara jelas dari Grade I atau Grade III hanya dengan pemeriksaan fisik.
- Grade III adalah tingkat cedera paling berat, di mana ACL mengalami robekan total. Ligamen putus sepenuh-nya dan tidak lagi mampu menjalankan fungsinya sebagai penstabil sendi lutut. Kondisi ini biasanya menimbulkan gejala yang sangat jelas seperti yang diuraikan di atas. Grade III merupakan jenis cedera yang paling umum terjadi dan dalam banyak kasus, cedera memerlukan tindakan operasi untuk mengembalikan stabilitas lutut sepenuhnya.
Penegakan Diagnosis Robek ACL
Diagnosis dilakukan oleh dokter melalui pemeriksaan fisik yaitu Lachmen test dengan menguji stabilitas anterior tungkai bawah, dan anterior drawer test dengan menilai kemampuan tungkai bawah untuk bergeser ke depan. Dokter juga akan melakukan pencitraan medis seperti X-ray untuk memastikan tidak ada tulang yang retak, MRI untuk melihat robekan ligamen dan struktur lutut lainnya, dan CT Scan bila dicurigai ada retakan kecil di tulang.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
Pilihan pengobatan tergantung pada tingkat keparahan cedera, usia, aktivitas sehari-hari, dan tujuan jangka panjang pasien.
Tanpa Operasi:
- Cocok untuk cedera ringan atau parsial (Grade I dan II)
- Cocok bagi mereka yang tidak aktif secara fisik atau bersedia menghindari aktivitas berat
- Pendekatannya mencakup: Istirahat dan kompres es, obat anti-nyeri, penggunaan penyangga lutut, dan fisioterapi untuk memperkuat otot sekitar lutut dan meningkatkan keseimbangan
- Direkomendasikan untuk cedera Grade III, terutama bagi atlet atau individu aktif
- Prosedur umum melibatkan penggantian ligamen yang rusak menggunakan jaringan tendon dari: tendon lutut (patella), tendon otot belakang paha (hamstring), tendon otot paha depan (quadriceps), atau jaringan donor dari jenazah (allograft).
BEAR Implant: Inovasi Baru Rekonstruksi ACL
Selama bertahun-tahun, pengobatan standar untuk cedera Grade III ACL adalah prosedur rekonstruksi ACL. Meskipun metode ini terbukti efektif dalam mengembalikan stabilitas lutut, tetap ada sejumlah tantangan, seperti risiko cedera pada area donor, pemulihan yang lama, dan kemung-kinan cedera ulang. Para peneliti dan ahli bedah orthopedi kini mengembangkan suatu pendekatan baru yang dikenal dengan BEAR Implant (Bridge-Enhanced ACL Restoration). Metode ini pertama kali disetujui oleh BPOM AS (FDA) pada tahun 2020 sebagai teknologi revolusioner tanpa perlu mengganti ligamen yang rusak dengan jaringan pengganti.
BEAR Implant menggunakan jembatan biologis berbasis protein kolagen, yaitu semacam spons khusus yang telah dirancang untuk mendukung proses penyembuhan alami ligamen. Prosedurnya melibatkan penempatan implan kecil ini di antara dua ujung ligamen ACL yang robek, kemudian disuntikkan darah pasien sendiri ke dalam implan tersebut.
Darah tersebut mengandung sel-sel penyembuh dan faktor pertumbuhan alami yang akan bekerja sama dengan kolagen dari implan untuk merangsang regenerasi jaringan ligamen baru. Dengan kata lain, BEAR Implant bukan mengganti ligamen, melainkan memfasilitasi proses penyambungan kembali ligamen asli milik pasien.
Metode BEAR menawarkan sejumlah potensi keuntungan, antara lain:
- Tidak perlu mengambil jaringan dari tubuh pasien sendiri, sehingga mengurangi nyeri dan risiko cedera pada area donor. Tidak perlu juga donor dari jenazah.
- Preservasi struktur anatomi asli lutut, karena ligamen lama tetap berada di tempatnya dan distimulasi untuk tumbuh kembali.
- Potensi pemulihan propriosepsi yang lebih baik, yaitu kemampuan tubuh untuk mengenali posisi sendi yang penting untuk keseimbangan dan koordinasi.
- Waktu pemulihan yang lebih cepat.
Meskipun hasil awal dari studi klinis terhadap BEAR Implant menunjukkan hasil yang menjanjikan, teknologi ini masih relatif baru dan belum digunakan secara luas di seluruh dunia. Studi-studi lanjutan masih diperlukan untuk membuktikan efektivitas jangka panjang, risiko cedera ulang, dan sejauh mana hasilnya bisa menyamai atau melampaui prosedur rekonstruksi ACL konvensional. Selain itu, BEAR Implant saat ini hanya diperuntukkan bagi pasien tertentu, yaitu mereka yang mengalami robekan total ACL tanpa kerusakan besar pada ligamen atau struktur lutut lainnya, sera masih dalam waktu tertentu setelah cedera, maksimal dalam waktu satu bulan.
Proses Pemulihan dan Rehabilitasi Robek ACL
Tanpa Operasi: Waktu pemulihan biasanya sekitar 3 bulan, tergantung konsistensi fisioterapi, dengan tetap adanya risiko ketidakstabilan atau risiko cedera berulang.
Setelah Operasi: Pemulihan bisa memakan waktu 9–12 bulan. Beraktivitas terlalu cepat bisa meningkatkan risiko cedera ulang hingga 50%. Oleh karena itu, penting untuk mendapatkan izin dari dokter sebelum kembali ke aktivitas berat. Program rehabilitasinya meliputi:
- Minggu 1-2: Manajemen nyeri dan pembengkakan, dan latihan gerakan ringan
- Minggu 3-6: Latihan kekuatan dasar dan keseimbangan
- Bulan 2-3: Mulai jogging ringan dan latihan fungsi dasar
- Bulan 3-9: Latihan spesifik; lompat dan gerakan lateral
- Setelah 9 bulan: Evaluasi untuk kembali berolahraga.
Dampak Neurologis dari Cedera ACL
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa cedera ACL tidak hanya mempengaruhi lutut, tetapi juga dapat mengubah struktur dan fungsi otak. Studi MRI menemukan atrofi (pengecilan) pada jalur saraf (corticospinal tract) yang menghubungkan otak ke otot-otot penggerak lutut. Hal ini menjelaskan mengapa beberapa pasien mengalami: kehilangan koordinasi otot tungkai sekitar lutut, kesulitan propriosepsi (kemampuan mengenali posisi dan gerakan tubuh) sekitar lutut, serta kecenderungan kembali cedera meski lutut sudah terasa baik. Karena itu, rehabilitasi pasca cedera sebaiknya tidak hanya berfokus pada kekuatan fisik, tetapi juga mencakup latihan motorik, koordinasi, biofeedback, dan teknik pembelajaran gerakan untuk "melatih ulang" otak.
Pencegahan Robek ACL
Beberapa cara dapat membantu mencegah cedera ACL:
- Latihan penguatan otot paha depan dan belakang
- Latihan keseimbangan dan stabilitas lutut
- Teknik pendaratan yang benar: mendarat di ujung kaki, bukan telapak penuh
- Pemanasan dan peregangan sebelum olahraga
- Menggunakan sepatu yang tepat untuk setiap jenis olahraga dan menghindari sepatu dengan sol yang licin
- Program pencegahan khusus untuk atlet wanita.
Penutup
Cedera ACL adalah masalah serius, terutama bagi mereka yang aktif secara fisik atau atlet yang tidak hanya menyebabkan nyeri dan pembatasan aktivitas, tapi juga dapat mempengaruhi stabilitas jangka panjang lutut dan bahkan fungsi otak. Mulailah dari sekarang untuk memperkuat lutut dan pahami tanda-tanda awal cedera.
©IKM 2025-06