Pendahuluan
Osteoporosis atau tulang keropos merupakan penyakit sistemik yang terjadi pada tulang-belulang di dalam tubuh. Karakteristiknya adalah berkurangnya massa tulang dan terjadi penurunan jumlah jaringan tulang yang akan berpotensi menyebabkan kerapuhan tulang dan meningkatkan risiko terjadinya patah tulang. Pada wanita kejadian osteoporosis sering dikaitkan pada wanita pasca menopause. Namun ternyata wanita yang masih subur juga dapat memiliki risiko tinggi terjadinya osteoporosis sejalan dengan tahapan fisiologis yang terjadi pada tubuhnya; seperti ketika saat hamil dan menyusui. Dalam artikel ini akan dibahas risiko keropos tulang pada wanita yang sedang menyusui atau lactation-induced osteoporosis. Walaupun kejadiannya sementara, namun dapat menjadi kekhawatiran bagi kesehatan ibu secara umum.
Osteoporosis atau tulang keropos merupakan penyakit sistemik yang terjadi pada tulang-belulang di dalam tubuh. Karakteristiknya adalah berkurangnya massa tulang dan terjadi penurunan jumlah jaringan tulang yang akan berpotensi menyebabkan kerapuhan tulang dan meningkatkan risiko terjadinya patah tulang. Pada wanita kejadian osteoporosis sering dikaitkan pada wanita pasca menopause. Namun ternyata wanita yang masih subur juga dapat memiliki risiko tinggi terjadinya osteoporosis sejalan dengan tahapan fisiologis yang terjadi pada tubuhnya; seperti ketika saat hamil dan menyusui. Dalam artikel ini akan dibahas risiko keropos tulang pada wanita yang sedang menyusui atau lactation-induced osteoporosis. Walaupun kejadiannya sementara, namun dapat menjadi kekhawatiran bagi kesehatan ibu secara umum.
Manfaat Menyusui bagi Ibu dan Bayi
Banyak sekali manfaat dari ibu yang memberikan ASI, apa lagi ASI eksklusif pada 6 bulan pertama usia bayinya. Manfaat tersebut tidak hanya untuk bayi namun juga untuk ibunya. Manfaat untuk bayinya adalah, sbb.:
Banyak sekali manfaat dari ibu yang memberikan ASI, apa lagi ASI eksklusif pada 6 bulan pertama usia bayinya. Manfaat tersebut tidak hanya untuk bayi namun juga untuk ibunya. Manfaat untuk bayinya adalah, sbb.:
- ASI menyediakan nutrisi ideal dan unik untuk setiap bayi sesuai dengan kondisinya masing-masing.
- ASI mengandung antibodi yang sangat penting bagi pertahanan tubuh bayi.
- ASI mengurangi risiko bayi terkena penyakit.
- ASI menjaga berat badan bayi yang sehat.
- ASI membuat anak memiliki kepintaran lebih tinggi.
Sementara untuk Ibu manfaatnya adalah sbb.:
Metabolisme Tulang pada Ibu Menyusui
Jadi walaupun ada risiko terjadi osteoporosis pada wanita menyusui, bukan berarti menjadi memilih menggantikannya dengan susu formula, karena risiko osteoporosis ini dapat dicegah. Untuk itu harus dimengerti dulu apa yang terjadi pada tulang wanita yang menyusui. Ibu yang menyusui memerlukan nutrisi dan mineral dalam jumlah tinggi untuk memproduksi ASI yang sempurna untuk bayinya. Dalam hal kebutuhan calcium, bila asupan dari makanan tidak mencukupi, maka cara yang paling mudah bagi tubuh Ibu untuk mencukupinya adalah mengambilnya dari tulang yang ada di badan Ibu. Berikut yang dapat terjadi pada tulang Ibu yang menyusui:
Faktor Risiko Osteoporosis pada Ibu Menyusui
Kejadian osteoporosis pada ibu menyusui ini lebih tinggi pada kelompok tertentu dibandingkan kelompok lainnya. Berikut adalah kelompok Ibu yang berisiko lebih tinggi terjadinya osteoporosis pada saat menyusui.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
- ASI membantu Ibu menurunkan berat badan yang sempat naik ketika hamil.
- ASI membantu kontraksi uterus untuk mempercepat recovery pasca melahirkan.
- Ibu yang menyusui memiliki risiko depresi lebih rendah.
- Menyusui juga menurunkan risiko Ibu terkena penyakit, seperti hipertensi, penyakit jantung, kencing manis, dll.
- Menyusui menjadi kontrasepsi alamiah sehingga Ibu yang menyusui tidak akan hamil.
- Dan sudah pasti lebih ekonomis dari pada susu formula.
Metabolisme Tulang pada Ibu Menyusui
Jadi walaupun ada risiko terjadi osteoporosis pada wanita menyusui, bukan berarti menjadi memilih menggantikannya dengan susu formula, karena risiko osteoporosis ini dapat dicegah. Untuk itu harus dimengerti dulu apa yang terjadi pada tulang wanita yang menyusui. Ibu yang menyusui memerlukan nutrisi dan mineral dalam jumlah tinggi untuk memproduksi ASI yang sempurna untuk bayinya. Dalam hal kebutuhan calcium, bila asupan dari makanan tidak mencukupi, maka cara yang paling mudah bagi tubuh Ibu untuk mencukupinya adalah mengambilnya dari tulang yang ada di badan Ibu. Berikut yang dapat terjadi pada tulang Ibu yang menyusui:
- Peningkatan resorption (peluruhan) tulang. Selama menyusui hormon estrogen terus tertekan karena hadirnya hormon prolactin (hormon menyusui). Rendahnya estrogen akan meningkatkan aktivitas osteoclast, meningkatkan peluruhan tulang. Penelitian melaporkan ibu menyusui dapat kehilangan 3-10% dari kepadatan tulangnya selama 6 bulan awal ASI eksklusif terutama pada tulang punggung lumbar dan panggul.
- Terjadi mobilisasi calcium. Calcium dimobilisasi dari kepentingannya untuk tulang pada saat tidak menyusui menjadi untuk produksi ASI agar menjaga kadar calcium yang tinggi di dalam ASI.
- Recovery (pemulihan) tulang Ibu. Setelah bulan keenam menyusui, mulai terjadi kembali peningkatan estrogen sehingga terjadi proses remodeling tulang Ibu. Namun proses pemulihan yang tidak sempurna, akan mencetus risiko osteoporosis jangka panjang bagi Ibu.
Faktor Risiko Osteoporosis pada Ibu Menyusui
Kejadian osteoporosis pada ibu menyusui ini lebih tinggi pada kelompok tertentu dibandingkan kelompok lainnya. Berikut adalah kelompok Ibu yang berisiko lebih tinggi terjadinya osteoporosis pada saat menyusui.
- Faktor gaya hidup
- Asupan calcium dan vitamin D yang rendah pada menu makanan atau diet keseharian Ibu. Bukan hanya saat hamil dan menyusui, namun kebiasaannya sejak kecil. Kebutuhan asupan calcium orang dewasa kurang lebih 1.2 gram sehari, sementara asupan rata-rata calcium orang dewasa Indonesia hanya sekitar 250 mg saja.
- Ibu dengan jumlah kehamilan yang banyak dan atau Ibu yang memberikan ASI pada anaknya lebih dari 2 tahun, akan menciptakan kondisi kehilangan calcium dari tulang yang tidak sempat dipulihkan.
- Ibu dengan BMI atau indeks masa tubuh yang rendah, yaitu memiliki badan di bawah normal, juga berisiko menurunnya kepadatan tulang dan meningkatkan risiko patah tulang.
- Ada kondisi medis yang dimiliki sebelumnya
- Ibu yang memang sudah memiliki kondisi osteoporosis dan osteopenia (massa tulang rendah) sejak sebelum hamil; yang sudah pasti menyebabkannya kondisinya bertambah buruk ketika menyusui.
- Memiliki penyakit autoimun, seperti rheumatoid arthritis atau SLE (systemic lupus erythematosus).
- Memiliki gangguan sistem hormonal seperti hipertiroid, hiperparatiroid, dll., yang tidak tertangani baik sebelum hamil dan menyusui.
- Karena pengaruh obat
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
Pencegahan Osteoporosis pada Wanita Menyusui
Sebagian besar kejadian osteoporosis pada wanita menyusui bersifat sementara dan dapat terkoreksi normal kembali setelah aktivitas menyusui selesai. Namun ada kasus berkurangnya kepadatan tulang pada wanita yang menyusui ini menetap bahkan setelah selesai menyusui. Terutama bagi yang memiliki faktor-faktor risiko seperti di atas. Karenanya lebih baik untuk mencegahnya, dan pencegahan tersebut harus dilakukan sebelum wanita menyusui, sejak sebelum hamil, bahkan sejak ia masih muda dan dalam masa pertumbuhan. Lalu ketika wanita sudah menikah dan berencana untuk hamil, maka ia juga harus melakukan tindakan pencegahan. Apa lagi bila sudah dalam kondisi hamil lalu masuk pada masa menyusui. Di bawah akan dibahas hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegahnya.
Asupan Ca-Mg-Zn dan Vitamin D
Sejak muda seorang anak perempuan harus tercukupkan asupan nutrisi untuk tulangnya agar ia memiliki kepadatan tulang yang baik dan jauh dari risiko terkena osteoporosis. Selain calcium, nutrisi tulang yang juga harus tercukupi adalah Mg dan Zn, karena dibutuhkan untuk membantu penyerapan calcium dari makanan. Berikut kebutuhan calcium anak perempuan hingga wanita dewasa:
Asupan nutrisi untuk tulang tersebut harusnya tercukupi dari sumber makanan. Sumber tertingginya adalah dari susu sapi, dairy products lainnya, protein hewani, kacang-kacangan, dll. Namun karena terutama asupan calcium orang di Indonesia sangat rendah dari angka-angka di atas, yaitu hanya sekitar 250 mg/hari saja, maka mau tidak mau suplemen yang berisi Ca-Mg-Zn + vitamin D menjadi sangat dibutuhkan sejak seorang anak perempuan dalam masa pertumbuhan hingga ia nantinya tumbuh menjadi wanita dewasa yang hamil dan menyusui. Kecuali bila benar-benar diyakinkan dari sumber makanan nutrisi tersebut tercukupi.
Modifikasi Gaya Hidup
Selain memastikan nutrisi-nutrisi tulang tercukupi sejak dalam masa pertumbuhan, modifikasi gaya hidup juga menjadi sesuatu yang krusial untuk mencegah agar ibu menyusui tidak mengalami osteoporosis. Tujuannya adalah untuk menjaga kekuatan tulang. Berikut yang harus dilakukan:
Proses Penyapihan yang Benar
Sudah dijelaskan di atas bahwa memberikan ASI sangat banyak manfaatnya, baik untuk Ibu apa lagi untuk bayinya. Namun pemberian ASI juga harus ada batasnya. Pemberian ASI yang melebihi 2 tahun sangat berpotensi membuat proses pengeroposan tulang Ibu menjadi sulit untuk mengalami recovery. Kesampingkan risiko terjadinya osteoporosis selama proses menyusui, karena manfaat dari memberikan ASI sangat besar; sambil dipastikan asupan nutrisi untuk tulang Ibu terjaga dengan baik. Berikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama, hindari semaksimal mungkin memberikan susu formula karena lebih banyak efek negatif dibandingkan positif bagi ibu dan bayi. Setelah 6 bulan, mulai diberikan makanan pengganti ASI sehingga bayi perlahan terbiasa dengan diet non ASI. Sampai nanti di usianya yang 2 tahun, penyapihan lebih mudah dilakukan.
Mengatur Jarak Kehamilan
Bahkan dengan usaha semaksimal mungkinpun, kejadian osteoporosis adalah sesuatu yang pasti terjadi pada wanita hamil dan menyusui. Setelah 2 tahun menyusui tulang pada tubuh wanita berusaha mengembalikan kepadatannya kembali, seiring dengan kadar hormon estrogen yang kembali normal sejak usia menyusui 6 bulan. Bila di ujung masa 2 tahun menyusui itu atau bahkan kurang, ia sudah hamil kembali; maka tidak ada waktu bagi tulangnya untuk mengalami recovery. Sampai pada titik sudah tidak dapat recovery kembali secara optimal. Karenanya sangat disarankan untuk setidaknya membatasi kelahiran selama 3 tahun antara anak yang satu ke anak berikutnya.
Penelitian dan Teknologi Masa Depan
Saat ini sangat banyak penelitian yang dilakukan terkait kejadian osteoporosis pada wanita menyusui untuk dapat lebih mengerti faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi reversibility atau dapat dibalikkannya kejadian pengeroposan tulang setelah masa menyusui selesai. Ada kecurigaan terkait pula dengan predisposisi genetik Ibu dan metabolisme hormonal di tubuh wanita. Dari sisi teknologi sangat berkembang alat bantu pemantauan yang bersifat wearable atau digunakan seperti jam oleh Ibu hamil dan menyusui yang merevolusi cara seorang wanita memantau kesehatan tulangnya secara real-time. Alat ini akan memberikan informasi dan warning sehingga wanita hamil dan menyusui dapat melakukan intervensi segera bila terjadi kecurigaan peningkatan laju pengeroposan tulangnya. Diharapkan masa depan semakin cerah bagi Ibu yang ingin memberikan ASI terbaik untuk bayinya tanpa meningkatkan risiko kesehatan pada dirinya.
©IKM 2025-01
Sebagian besar kejadian osteoporosis pada wanita menyusui bersifat sementara dan dapat terkoreksi normal kembali setelah aktivitas menyusui selesai. Namun ada kasus berkurangnya kepadatan tulang pada wanita yang menyusui ini menetap bahkan setelah selesai menyusui. Terutama bagi yang memiliki faktor-faktor risiko seperti di atas. Karenanya lebih baik untuk mencegahnya, dan pencegahan tersebut harus dilakukan sebelum wanita menyusui, sejak sebelum hamil, bahkan sejak ia masih muda dan dalam masa pertumbuhan. Lalu ketika wanita sudah menikah dan berencana untuk hamil, maka ia juga harus melakukan tindakan pencegahan. Apa lagi bila sudah dalam kondisi hamil lalu masuk pada masa menyusui. Di bawah akan dibahas hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegahnya.
Asupan Ca-Mg-Zn dan Vitamin D
Sejak muda seorang anak perempuan harus tercukupkan asupan nutrisi untuk tulangnya agar ia memiliki kepadatan tulang yang baik dan jauh dari risiko terkena osteoporosis. Selain calcium, nutrisi tulang yang juga harus tercukupi adalah Mg dan Zn, karena dibutuhkan untuk membantu penyerapan calcium dari makanan. Berikut kebutuhan calcium anak perempuan hingga wanita dewasa:
- Anak 4-8 tahun, 1.000 mg/hari
- Anak 9-18 tahun, 1.300 mg/hari
- Wanita 19-50 tahun, 1.000 mg/hari
- Wanita hamil dan menyusui, 1.000-1.300 mg/hari
- Usia 1 – 70 tahun adalah 600 – 1000 IU
- Wanita hamil/menyusui usia <18 tahun: 600 – 1000 IU
- Wanita hamil/menyusui usia >18 tahun: 800 – 2000 IU
Asupan nutrisi untuk tulang tersebut harusnya tercukupi dari sumber makanan. Sumber tertingginya adalah dari susu sapi, dairy products lainnya, protein hewani, kacang-kacangan, dll. Namun karena terutama asupan calcium orang di Indonesia sangat rendah dari angka-angka di atas, yaitu hanya sekitar 250 mg/hari saja, maka mau tidak mau suplemen yang berisi Ca-Mg-Zn + vitamin D menjadi sangat dibutuhkan sejak seorang anak perempuan dalam masa pertumbuhan hingga ia nantinya tumbuh menjadi wanita dewasa yang hamil dan menyusui. Kecuali bila benar-benar diyakinkan dari sumber makanan nutrisi tersebut tercukupi.
Modifikasi Gaya Hidup
Selain memastikan nutrisi-nutrisi tulang tercukupi sejak dalam masa pertumbuhan, modifikasi gaya hidup juga menjadi sesuatu yang krusial untuk mencegah agar ibu menyusui tidak mengalami osteoporosis. Tujuannya adalah untuk menjaga kekuatan tulang. Berikut yang harus dilakukan:
- Rutin berolahraga, terutama olahraga yang dapat merangsang kekuatan tulang seperti berjalan, jogging, senam dengan beban, light resistance training, dll. Dengan berolahraga kepadatan tulang dapat dijaga dan bermanfaat pula untuk stabilitas postural.
- Menghindari rokok/asap rokok dan alkohol. Karena asap rokok dan konsumsi alkohol sudah dipastikan meningkat risiko terjadinya pengeroposan tulang.
- Memiliki berat badan ideal. Sebelum seorang wanita hamil lalu nantinya menyusui, sangat penting baginya untuk mencapai berat badan ideal. Terlalu kurus akan berpotensi mengalami penurunan massa tulang selama hamil dan menyusui. Lalu terlalu gemuk juga berisiko beban terlalu berat untuk sendi saat badan bertambah berat dengan kehamilan.
Proses Penyapihan yang Benar
Sudah dijelaskan di atas bahwa memberikan ASI sangat banyak manfaatnya, baik untuk Ibu apa lagi untuk bayinya. Namun pemberian ASI juga harus ada batasnya. Pemberian ASI yang melebihi 2 tahun sangat berpotensi membuat proses pengeroposan tulang Ibu menjadi sulit untuk mengalami recovery. Kesampingkan risiko terjadinya osteoporosis selama proses menyusui, karena manfaat dari memberikan ASI sangat besar; sambil dipastikan asupan nutrisi untuk tulang Ibu terjaga dengan baik. Berikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama, hindari semaksimal mungkin memberikan susu formula karena lebih banyak efek negatif dibandingkan positif bagi ibu dan bayi. Setelah 6 bulan, mulai diberikan makanan pengganti ASI sehingga bayi perlahan terbiasa dengan diet non ASI. Sampai nanti di usianya yang 2 tahun, penyapihan lebih mudah dilakukan.
Mengatur Jarak Kehamilan
Bahkan dengan usaha semaksimal mungkinpun, kejadian osteoporosis adalah sesuatu yang pasti terjadi pada wanita hamil dan menyusui. Setelah 2 tahun menyusui tulang pada tubuh wanita berusaha mengembalikan kepadatannya kembali, seiring dengan kadar hormon estrogen yang kembali normal sejak usia menyusui 6 bulan. Bila di ujung masa 2 tahun menyusui itu atau bahkan kurang, ia sudah hamil kembali; maka tidak ada waktu bagi tulangnya untuk mengalami recovery. Sampai pada titik sudah tidak dapat recovery kembali secara optimal. Karenanya sangat disarankan untuk setidaknya membatasi kelahiran selama 3 tahun antara anak yang satu ke anak berikutnya.
Penelitian dan Teknologi Masa Depan
Saat ini sangat banyak penelitian yang dilakukan terkait kejadian osteoporosis pada wanita menyusui untuk dapat lebih mengerti faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi reversibility atau dapat dibalikkannya kejadian pengeroposan tulang setelah masa menyusui selesai. Ada kecurigaan terkait pula dengan predisposisi genetik Ibu dan metabolisme hormonal di tubuh wanita. Dari sisi teknologi sangat berkembang alat bantu pemantauan yang bersifat wearable atau digunakan seperti jam oleh Ibu hamil dan menyusui yang merevolusi cara seorang wanita memantau kesehatan tulangnya secara real-time. Alat ini akan memberikan informasi dan warning sehingga wanita hamil dan menyusui dapat melakukan intervensi segera bila terjadi kecurigaan peningkatan laju pengeroposan tulangnya. Diharapkan masa depan semakin cerah bagi Ibu yang ingin memberikan ASI terbaik untuk bayinya tanpa meningkatkan risiko kesehatan pada dirinya.
©IKM 2025-01