Ada berbagai jenis virus flu yang bisa menginfeksi orang di dunia, dan Human metapneumovirus (HMPV atau hMPV) adalah salah satunya. Virus ini baru diidentifikasi pada tahun 2001 di Belanda menggunakan RAP-PCR, yang merupakan teknik kultur cel untuk mengidentifikasi virus yang belum diketahui jenisnya. Namun ilmuan yakin bahwa virus ini sudah ada lebih dari 50 tahun yang lalu. Pada tahun 2016 sudah diketahui merupakan virus penyebab flu kedua tersering setelah RSV (respiratory syncytial virus). HMPV ini merupakan virus RNA berjenis negative single-stranded dari keluarga Pneumoviridae yang mirip dengan MPV dari unggas atau aMPV (avian metapneumovirus) subgroup C. Karenanya HMPV diasumsikan juga merupakan hasil evolusi virus yang berasal dari hewan (zoonotic virus) dari perantara unggas.
Seperti yang disebut di atas, bahwa HMPV menduduki posisi kedua setelah RSV sebagai penyebab penyakit flu pada manusia saat ini. Dan pada Desember 2024 terjadi outbreak atau kejadian luar biasa (KLB) HMPV ini di China. Walaupun gejalanya tidak menjadi semakin berat, namun jumlah orang yang terkena lebih banyak dari pada biasanya. Berikut adalah jenis-jenis virus flu yang biasa menginfeksi manusia. Urutan ini bervariasi tergantung pada waktu, lokasi, dan populasi. Namun yang umum adalah sbb.:
- RSV (respiratory syncytial virus). Terutama menginfeksi bayi dan anak-anak di bawah 6 bulan, pada kasus berat dapat menyebabkan bronchiolitis dan pneumonia.
- HMPV yang kita bahas dalam artikel ini
- Influenza A yang sering bertanggung jawab menyebab-kan wabah flu musiman terutama di wilayah sub tropis.
- Influenza B, juga sering menyebabkan wabah flu musiman, tapi dengan gejala lebih ringan dibandingkan Influenza A. Kedua jenis virus Influenza ini pernah dibahas dalam artikel lain. Silakan dibaca kembali.
- PIV (parainfluenza virus) yang juga lebih sering mengin-feksi anak-anak, dengan gejala berat terjadi pada bayi.
- ADV (adenovirus) yang selain menyebabkan flu juga dapat menyebabkan radang tenggorokan dan konjung-tivitis.
- SARS-CoV-2 penyebab penyakit COVID-19. Walaupun sempat menyebabkan pandemi selama 2,5 tahun namun secara keseluruhan masih pada posisi terakhir penyebab flu pada manusia.
HMPV Menginfeksi Hampir Semua Orang
Disebutkan oleh WHO bahwa sebagian besar manusia pernah terkena virus HMPV ini sebelum berusia 5 tahun terutama pada usia 6-12 bulan. Diperkirakan 10%-12% penyebab penyakit saluran pernafasan pada anak disebabkan oleh HMPV. Manusia dapat terkena HMPV sampai beberapa kali di dalam hidupnya, namun kasus yang pertama adalah yang biasanya bergejala paling berat. Inilah mengapa sering kita temukan balita (di angka 5-16%) mengalami flu yang bergejala cukup berat. Saat terkena kembali, sistem imunitas sudah mengenal virus ini sehingga lebih dapat cepat diatasi dan gejala yang muncul menjadi lebih ringan. Gejala berat yang sampai menyebabkan infeksi saluran pernafasan bawah biasanya terjadi pada bayi terutama yang prematur, lansia di atas 65 tahun, dan orang yang memiliki sistem imun lemah. Di AS dan negara sub tropis lainnya infeksi HMVP dikategorikan sebagai infeksi musiman pada musim dingin sampai musim semi. Tidak hanya HMPV, dalam musim flu tersebut kejadiannya bisa bersamaan dengan RSV, Influenza A, dan Influenza B.
Faktor Risiko Terkena HMPV
Hampir semua orang berisiko terkena HMPV setidaknya sekali di dalam hidupnya, terutama saat berusia 6-12 bulan. Sebagian besar bergejala ringan sampai dengan sedang. Faktor risiko untuk terkena gejala yang berat, adalah sbb.:
- Bayi prematur atau pada bayi usia lebih muda dari 6 bulan karena sistem imunitas belum sempurna.
- Terkena ulang pada lansia di atas 65 tahun, karena sistem imunitas sudah melemah.
- Mereka yang memang memiliki sistem imunitas lemah yaitu pada penderita HIV, kanker, memiliki penyakit autoimun, dan menggunakan obat immunosuppressant atau penekan sistem imun seperti obat golongan kortikosteroid. Obat ini sering digunakan pada penderita asma, alergi, dan radang sendi.
- Penderita asma dan bronkhitis, karena akan membuat asma dan bronkhitisnya kambuh.
- Perokok aktif dan pasif, karena memiliki paru-paru dengan pertahanan yang lemah.
Penularan HMPV
Seperti juga virus penyebab flu lainnya, virus HMPV ditularkan melalui droplets dari saluran pernafasan dan ludah ketika penderita batuk, bersin, atau berbicara. Droplets bisa ditularkan dengan perantara udara yang terhirup langsung atau melalui permukaan tangan ketika bersalaman dan permukaan benda yang terkontaminasi lalu tersentuh oleh orang lain kemudian orang tersebut menyentuh bagian mukanya terutama mata, hidung, dan mulut. Ludah penderita juga mengandung virus dan dapat ditularkan melalui ciuman, alat makan, dan makanan yang dikonsumsi bersama-sama. Setelah virus masuk ke dalam tubuh, masa inkubasinya sampai muncul gejala adalah 3 – 6 hari. Untuk membatasi penularan ini terutama ketika terjadi KLB, maka setiap orang yang sakit flu diharapkan menggunakan masker. Lalu kebiasaan pencegahan lainnya harus dilakukan kembali seperti saat pandemi COVID-19 yang lalu.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
Karena virus ini menyebabkan flu, maka gejala yang muncul pada penderita adalah seperti flu yang bisa kita kenal yang menginfeksi saluran pernafasan bagian atas, seperti: demam, batuk, pilek, bersin-bersin, hidung tersumbat, dan radang tenggorokan. Dapat juga muncul gejala lain seperti rash (kulit memerah), mual, muntah, dan diare. Sebagian besar gejala infeksi HMPV ini adalah ringan sampai sedang, dan batuk adalah gejala yang paling lama hilangnya. Gejala berat terjadi bila sistem imunitas tubuh tidak dapat segera mengatasi infeksi sehingga virus sampai menginfeksi saluran pernafasan bawah sehingga mencetus demam yang tinggi, lemah, sesak, pneumonia atau radang paru-paru, serangan asma, dan kondisi bronkhitis yang berat. Pada wilayah sub tropis, infeksi HMPV lebih sering terjadi pada musim dingin dan awal musim semi, seperti kejadian KLB di China yang dimulai pada akhir Desember 2024.
Komplikasi Infeksi HMPV
Bagi mereka yang mengalami gejala berat, infeksi HMPV dapat berujung pada komplikasi yang terjadi karena virus sudah menginfeksi saluran nafas bagian bawah. Komplikasi yang dapat terjadi adalah:
- Asma dan/atau bronkhitis yang kambuh
- Bronchiolitis
- Pneumonia (radang paru-paru)
- Infeksi telinga tengah (otitis media).
Penegakan Diagnosis HMPV
Dokter biasanya menegakkan diagnosis HMPV berdasarkan pada gejala dan riwayat perjalanan penyakit. Tes laborato-rium sangat jarang dilakukan untuk menegakkan diagnosis infeksi HMPV kecuali pada kasus berat di rumah sakit. Jenis tesnya adalah tes swab rapid antigen atau PCR mirip seperti pada saat pandemi COVID-19. Di luar negeri terutama China, kit untuk tes berbagai jenis flu ini dijual bebas di apotek dan toko online. Dari yang tunggal untuk satu jenis virus, kombinasi, sampai yang lengkap untuk ketujuh virus penyabab flu yang dibahas sebelumnya. Untuk pasien yang dirawat di rumah sakit, dokter dapat meminta pemeriksaan tambahan untuk menindaklanjuti komplikasi seperti foto Rontgen dada dan bronchoscopy. Pada saat KLB atau untuk tujuan penelitian dapat dilakukan deteksi genomik virus menggunakan nucleic acid amplification test (NAAT), dan deteksi antigen virus menggunakan immunofluorescence atau enzyme immunoassay.
Penanganan Infeksi HMPV
Tidak ada obat antiviral spesifik untuk HMPV. Daya tahan tubuh atau sistem imunitas penderita sendiri yang melawan dan mengalahkan virusnya. Bila gejala ringan sampai sedang, penyakit ini bertahan dari beberapa hari sampai seminggu. Untuk gejala ringan sampai sedang dapat dirawat sendiri di rumah dengan memperhatikan hal sbb.:
- Pastikan penderita terhidrasi sempurna, terutama cairan elektrolit.
- Pastikan penderita mendapatkan makanan bergizi. Bila perlu diberikan suplemen untuk membantu sistem imunnya.
- Awasi demam agar tidak terlalu tinggi, terutama pada anak-anak dan lansia, karena dapat mencetus kejang.
- Dapat mengkonsumsi obat-obat bebas untuk meringankan gejala demam, batuk, pilek dll.
- Bila gejala bertambah berat seperti: demam sangat tinggi, kesulitan bernafas, sesak, dan saturasi oksigen rendah; segera dibawa ke dokter.
- Memberikan oksigen, bila saturasi oksigennya rendah.
- Memberikan infus cairan agar terhidrasi sempurna.
- Memberikan obat penurun panas (biasnya diinfus).
- Memberikan kortikosteroid yang terukur untuk menekan peradangan dan meredakan gejala.
- Memberikan obat penekan replikasi virus, seperti obat golongan methisoprinol.
- Memberikan antibiotik, bila terjadi infeksi sekunder seperti pneumonia yang disebabkan oleh bakteri.
Pencegahan Infeksi HMPV
Karena sebagian besar orang terinfeksi HMPV pada saat kecil dan infeksi pertama ini justru diperlukan untuk mem-buat dirinya lebih kuat terhadap infeksi HMPV berikutnya, maka pencegahan lebih dilakukan untuk mereka yang berisiko tinggi seperti yang dijelaskan di atas. Atau pada saat sudah terjadi KLB untuk mencegah perluasan penyakitnya. Tapi sangat baik sekali bila penderita bersedia untuk menggunakan masker di tempat umum untuk melindungi orang lain dari penyakit yang dideritanya. Juga kebiasaan tindakan pencegahan penularan lain baik untuk dilakukan seperti pada saat kita dalam masa pandemi lalu. Vaksin juga tidak dibuat khusus untuk HMPV karena dianggap oleh ilmuan tidak begitu diperlukan. Ini dikarenakan hampir semua orang akan terkena dan sangat sedikit orang yang sampai bergejala berat. Namun vaksin dari penyakit lain yang dapat memperberat gejala ketika terkena infeksi HMPV sangat dianjurkan. Baca dalam artikel lain mengenai vaksinasi untuk dewasa.
HMPV vs. COVID-19
Infeksi HMPV dan COVID-19, keduanya adalah penyakit infeksi saluran pernafasan dengan gejala yang mirip. Kedua-nya juga menular dengan cara yang sama, dan dapat mem-buat penderitanya harus dirawat di rumah sakit. Tapi tidak seperti COVID-19, tidak ada antiviral dan vaksin khusus untuk HMPV. Ini karena HMPV adalah virus musiman yang memang biasa muncul pada musim dingin dam semi di wilayah sub tropis. Namun HMPV seperti virus flu musiman lainnya dapat bersirkulasi di seluruh dunia sepanjang tahun karena adanya varian dan sub varian baru. Penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan sampai tiga kali lipat pada beberapa daerah di dunia setelah pandemi COVID-19. Pada saat pandemi orang tertahan untuk terpapar virus flu musiman, maka setelah pandemi angka kejadiannya menjadi meningkat tinggi. Termasuk KLB HMPV di China, juga diduga terjadi karena faktor ini. Atensi dan ketertarikan terhadap berita penyakit kini lebih tinggi dari sebelumnya. Kabar baiknya kita kini menjadi lebih waspada bila ada penyakit yang berpotensi mengganggu kesehatan. Namun jangan sampai hal ini justru menjadi boomerang membuat kita menjadi khawatir lebih dari seharusnya.
©IKM 2025-01