Dr. Indra K. Muhtadi - "dokter plus"
  • Home
    • My Curriculum Vitae
    • Dr. Indra on Media
  • What's New
  • Health & Wellness Influencer & Motivator
    • Retirement Preparation from Health Point of View
    • Stres untuk Hebat
    • Health Topic Seminars
    • The Secret of Healthy Life Style
    • Company Health Management
    • Stop Smoking Course
    • Quality Service Excellent
    • Change Leadership Training and Self Improvement
    • Smile in Assertive Communication
    • Assertive Communication Skills
    • Employee Counseling for Productivity
    • Managerial Skills and Self Leadership Skills
    • Motivation and Job Satisfaction
  • Dr. Indra's Books
    • Book: "SEHAT untuk HEBAT"
    • Book: "STRES untuk HEBAT"
    • Book: "Revolusi Mental"
  • Blog: Medical Articles
    • Blog Index (A to Z)
    • Blog Index (by category)
    • Blog Articles: 2025
    • Blog Articles: 2024
    • Blog Articles: 2023
    • Blog Articles: 2022
    • Blog Articles: 2021
    • Blog Articles: 2020
    • Blog Articles: 2019
    • Blog Articles: 2018
    • Blog Articles: 2017
    • Blog Articles: 2016
    • Blog Articles: 2015
    • Blog Articles: 2014
    • Blog Articles: 2013
    • Blog Articles: 2012
    • Blog Articles: 2011
    • Blog Articles: 2010
  • Health Consultant (Praktek)
    • Location
    • Adult Vaccination
  • Health Tips Video
  • Health Calculator
    • BMI Calculator
    • Advanced BMI Calculator
    • BMI Calculator for Children
    • Ideal Body Weight Calculator
    • Exercise Calorie Calculator
    • Daily Calorie Calculator
    • Liquid Calorie Calculator
  • Health Pictures
  • My Travel and Other Blog
  • ABN Group
  • References & Partners
  • Contact Me

Topik ke-526: Myelodysplastic Syndrome (MDS)

7/2/2025

0 Comments

 
Picture
Pendahuluan
Sel darah manusia setiap hari dibuat yang baru oleh tubuh untuk menggantikan sel darah yang sudah tua. Ada tiga jenis sel darah utama dalam tubuh manusia yaitu sel darah merah atau eritrosit, lalu sel darah putih atau leukosit, dan trombosit. Yang paling panjang usianya adalah eritrosit yaitu sekitar 120 hari. Lalu leukosit antara 12-20 hari, dan yang terpendek trombosit 7-10 hari. Sel darah ini dibuat di dalam ‘pabrik’-nya yaitu di dalam sumsum tulang. Ada satu penyakit yang disebut dengan myelodysplastic syndrome (MDS) atau sindroma myelodysplastic, yaitu gabungan kondisi yang membuat tubuh terganggu fungsinya untuk memproduksi sel-sel darah yang sehat. Karena efek yang disebabkannya, MDS merupakan satu jenis kanker darah.
​
Di Dalam Sumsum Tulang
Di dalam setiap tulang yang besar terutama tulang panjang seperti tulang paha, tulang kering, tulang bahu, tulang lengan, dan tulang dada terdapat jaringan seperti spons yang dinamakan sumsum tulang (bone marrow). Di sana terdapat myeloid stem cell atau sel punca myeloid yaitu bakal calon sel yang akan menjadi sel-sel darah muda disebut blast. Blast lalu akan berubah menjadi eritrosit, leukosit, atau trombosit, dengan proses bernama hematopoiesis. Pada penderita MDS, proses hematopoiesis ini berhenti hanya sampai stem cell dirubah menjadi blast saja, sehingga banyak sel-sel blast yang tidak berkembang menjadi sel-sel darah matang yang sehat. Bahkan banyak yang mati sebelum meninggalkan sumsum tulang, dan yang sampai ke peredaran darah juga tidak berfungsi normal. Akibatnya akan terjadi berkurangnya jumlah sel darah yang disebut cytopenia dan bentuk sel darahnya juga tidak normal atau dysplastic. Dari sinilah datangnya nama myelodysplastic, yaitu terjadinya dysplastic pada jenis myeloid stem cell.
​
Tipe-Tipe MDS
Badan kesehatan dunia WHO mengklasifikasikan MDS bergantung dari kondisi yang terjadi, yaitu:
  • Jenis sel-sel darah yang terdampak
  • Persentase dari blast
  • Jumlah dari sel-sel yang dysplastic
  • Jumlah sel darah merah yang memiliki zat besi berlebih
  • Perubahan kromosom sel-sel dalam sumsum tulang.
Dari kondisi-kondisi ini MDS mendapatkan klasifikasinya:
  1. MDS dengan multilinear dysplasia (MDS-MLD), yaitu bila terdampak dua atau ketiga jenis sel darah. MDS-MLD merupakan MDS yang paling sering terjadi.
  2. MDS dengan single linage dysplasia (MDS-SLD), yaitu bila hanya terdampak pada satu jenis sel darah.
  3. MDS excess blast-1 (MDS-EB1) dan,
  4. MDS excess blast-2 (MDS-EB2) yang menggambarkan persentase dari blast.
  5. MDS terkait perubahan kromosom del(5q).
  6. MDS dengan ring siderobast (MDS-RS), yaitu bila terdapat sel darah merah dengan zat besi berlebih.
  7. MDS-U untuk yang tidak terklasifikasi, saat pemeriksaan yang didapatkan tidak sesuai dengan 6 jenis di atas.
 
Penyebab dan Faktor Risiko MDS
Sampai sekarang ilmuan masih belum dapat memastikan penyebab MDS. Tapi ada beberapa faktor risiko yang membuat seseorang terkena atau menderita MDS seperti:
  • Berusia di atas 60 tahun
  • Seorang laki-laki
  • Ada riwayat dalam keluarga dengan MDS juga
  • Pasien yang menjalani chemotherapy atau radiotherapy
  • Merokok dan terpapar asap rokok dari orang lain
  • Bekerja kontak dengan zat kimia dalam waktu lama seperti pelarut (solvent) dari bahan benzene, pestisida, pupuk, dan terpapar logam berat air raksa atau timbal.
 
Gejala MDS
Pada tahap awal, penderita tidak memiliki gejala apa pun, namun karena MDS adalah penyakit progresif, maka seiring dengan waktu ia akan mulai mengalami fatigue atau merasa lemah karena telah terjadi anemia, lebih mudah terkena infeksi karena penurunan leukosit, dan mudah terjadi biru lebam karena penurunan trombosit. Jelas di sini bahwa gejala yang ditimbulkan adalah gejala kerena rendahnya kadar eritrosit, leukosit, dan/atau trombosit di dalam darah. Bila penyakit bertambah berat, maka lebih banyak gejala akan muncul sbb.:
  • Karena kadar eritrosit yang rendah dan terjadi anemia, maka muncul gejala tambahan selain lemas yaitu kulit pucat, nafas sesak, pusing, dan sakit di daerah dada.
  • Karena kadar leukosit yang rendah infeksi yang muncul lebih banyak, seperti pneumonia di paru-paru dengan gejala batuk dan sesak, infeksi saluran kemih dengan gejala sakit buang air kecil, infeksi sinus, infeksi di kulit (cellulitis), dan lain sebagainya.
  • Karena kadar trombosit yang rendah, biru dan lebam semakin sering terjadi silih berganti di berbagai daerah di tubuh yang sulit untuk dihilangkan. Lalu terjadi petechiae atau bercak perdarahan di kulit, dan bila terjadi luka dan perdarahan sulit untuk berhenti.

Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
Picture
​Komplikasi MDS
MDS juga sangat bisa menyebabkan komplikasi akibat rendahnya ketiga jenis utama sel darah tersebut, seperti:
  • anemia berat membuat penderita sangat merasa lemah, sulit berkonsentrasi, dan mudah pingsan.
  • Neutropenia berat (jumlah neutrofil sangat sedikit). Neutrofil adalah salah satu jenis dari leukosit yang akan menyebabkan infeksi berulang sampai sepsis.
  • Thrombocytopenia berat (jumlah trombosit sangat sedikit) sehingga mudah terjadi mimisan, gusi berdarah, ulkus di saluran pencernaan, sampai perdarahan organ internal yang sulit dihentikan.
  • Seiring dengan waktu MDS akan berkembang menjadi jenis kanker yang lebih parah yaitu acute myeloid leukemia (AML). Menurut American Cancer Society, 1 dari 3 penderita MDS akan menjadi AML. WHO membagi klasifikasinya menjadi dua myelodysplastic syndrome/myeloproliferative neoplasm (keganasan myeloproliferative, yaitu: chronic myelomonocytic leukemia (CMML) pada dewasa dan juvenile myelomonocytic leukemia (JMML) pada anak.
 
Penegakan Diagnosis MDS
MDS sulit untuk didiagnosis karena sulit dibedakan dengan kondisi kelainan lain yang terjadi pada darah dan sumsum tulang. Justru seringnya ditemukan diderita oleh seseorang secara tidak sengaja ketika dilakukan pemeriksaan darah pada pemeriksaan rutin kesehatan (general checkup) atau saat menderita penyakit lain. Pada penderita ditemukan penurunan eritrosit, leukosit, dan/atau trombosit. Untuk memastikannya dokter akan memeriksa lebih detil seperti:
  • Hitung darah lengkap (complete blood count – CBC) untuk mengetahui jumlah pasti ketiga jenis sel darah.
  • Hapus darah tepi (peripheral blood smear) untuk melihat di bawah mikroskop morfologi atau bentuk dari sel darah yang sudah dysplastic.
  • Biopsi sumsum tulang untuk menghitung ketiga jenis sel darah dan bentuk sel darah langsung ke pabriknya.
  • Tes genetik dari hasil biopsi sumsum tulang untuk melihat adanya perubahan genetik penderita.
  • Tes kromosom yang dinamakan analisis cytogenetic untuk melihat adanya perubahan kromosom.
 
Penanganan MDS
Setelah diagnosis ditegakkan dokter menggunakan sistem scoring untuk membantu prediksi prognosis. Faktor yang mempengaruhi prognosis ini adalah tipe MDS yang diderita, hasil hitung jumlah jenis sel darah, persentase sel blast yang ada di dalam darah, ada tidaknya perubahan genetik atau perubahan kromosom, keparahan gejala yang diderita, tinggi rendahnya risiko berkembang menjadi AML, serta usia dan kesehatan penderita secara umum. Dari semua faktor di atas penderita diklasifikasikan memiliki risiko rendah, sedang, dan berat. Dokter akan memberikan rekomendasi penanganan atau terapi berdasarkan kalsifikasi ini.
  • Risiko rendah, maka MDS akan berkembang secara lambat, bisa sampai tahunan baru akan menyebabkan gejala yang berat. Maka dokter tidak akan menanganinya secara agresif.
  • Risiko sedang, MDS akan berkembang secara sedang juga baru akan muncul gejala berat, dan penanganan pun lebih agresif tapi tidak terlalu agresif.
  • Risiko tinggi, MDS akan berkembang secara cepat bagi pasien dengan risiko tinggi, dan lebih besar kemungkinan menjadi AML. Maka penanganan yang diberikan dokter pun akan sangat agresif.

​Berdasarkan 3 risiko di atas, ada 3 jenis penanganan MDS:
  • Supportive care atau perawatan suportif agar pasien merasa lebih nyaman, mengurangi keluhan, dan mencegah komplikasi MDS. Yang dilakukan adalah memberikan transfusi darah, memberikan antibiotik bila terjadi infeksi, dan memberikan obat golongan growth factor untuk meningkatkan produksi eritrosit di dalam sumsum tulang.
  • Memberikan obat-obatan immunotherapy untuk membantu sistem imunitas tubuh melawan penyakit.
  • Penanganan untuk memperlambat keparahan MDS dengan melakukan low-intensity chemotherapy (kemoterapi dosis rendah), atau high-intensity chemotherapy (kemoterapi dosis tinggi) untuk MDS yang sudah atau dikhawatirkan berkembang menjadi AML.
  • Melakukan transplantasi stem cell (sumsum tulang) yang saat ini menjadi satu-satunya cara untuk mencegah MDS kambuh kembali. Sebelum dilakukan transplantasi penderita menjalani kemoterapi dosis tinggi untuk menghancurkan seluruh stem cell dalam sumsum tulang, baru diganti dengan yang baru dari donor.
 
Perawatan Sendiri yang Dapat Dilakukan Penderita
Hidup menderita MDS akan sangat penuh tantangan untuk fisik dan psikis penderita. Karenanya perawatan sendiri dan mandiri dapat membantu penderita untuk mengatasi keluhan dan gejala, mencari keseimbangan dalam aktivitasnya sehari-hari. Berikut yang dapat dilakukan penderita:
  1. Makan dengan gizi seimbang agar membantu tubuh terhadap kondisi yang terjadi akibat MDS. Diet dengan sumber energi tinggi sangat dibutuhkan tubuh untuk melawan MDS.
  2. Melakukan olahraga yang tidak berat, akan sangat bermanfaat bagi penderita untuk mengurangi rasa nyeri, meringankan stres psikologis, dan membantu kesehatan tulang dan fungsi kesehatan secara umum, tanpa harus menambah rasa lelah.
  3. Menjaga tenaga dengan memprioritaskan melakukan aktivitas yang diperlukan, sehingga tidak harus merasa sangat letih karena fatigue yang dialami.
  4. Cukupkan tidur yang berkualitas yang akan menjaga kondisi fisik dan mental.
  5. Hindari konsumsi alkohol karena alkohol juga dapat menekan produksi sel-sel darah yang hanya akan memperberat kondisi MDS. Alkohol juga akan memperpendek usia eritrosit yang akan memperberat anemia.
  6. Hindari rokok dan asap rokok orang lain karena asap rokok memperberat gejala sesak nafas dan tambah menekan sistem imunitas.
  7. Hindari dari terkena infeksi karena tubuh penderita MDS lebih rentan terkena penyakit infeksi. Caranya dengan menjaga kebersihan tangan, menggunakan masker di keramaian, tidak menggunakan barang pribadi secara bersama-sama, dll.
  8. Lengkapi vaksinasi dewasa yang tersedia agar tidak terkena infeksi penyakit yang dapat dicegah oleh vaksin. Konsultasikan kepada dokter vaksin apa saja yang diperlukan. Baca artikel lain tentang vaksin dewasa ini.
  9. Dapatkan dukungan dari keluarga dan orang terdekat untuk tetap memberikan semangat. Mereka juga dapat membantu pekerjaan berat yang mungkin sulit dilakukan dalam kondisi tubuh yang lemah.
  10. Bergabung dengan komunitas sesama penderita  agar dapat berbagi pengalaman dan cerita, saling memberi semangat dalam mengatasi rasa cemas, tidak berdaya, rasa takut, marah, dan kecewa yang biasa dialami oleh penderita kanker. Karena 1 dari 4 penderita kanker mengalami gangguan depresi yang berat.

©IKM 2025-02
0 Comments



Leave a Reply.

    Home >> Medical Articles >> 2025

    Medical Articles 2025

    Picture
    Lihat daftar artikel lainnya, click pada gambar

    Picture
    Maknai stres, untuk membuat hidup menjadi lebih hebat. Baca di sini.

    Bila Anda suka dengan blog ini, silakan "like" artikelnya di bagian bawah setiap artikel dan silakan menikmati artikel lainnya pada blog tahun 2023. Click di sini.

    Picture

    Author

    Dr. Indra K. Muhtadi adalah seorang Health Influencer dan konsultan pada berbagai professional training di Indonesia.

    Sebagai dokter, ia sangat piawai memberikan konsultasi kesehatan dengan bahasa ringan sehingga membuat masalah medis menjadi sesuatu yang mudah untuk dipahami.

    Click di sini untuk berkonsultasi dengan Dr. Indra

    These Blogs are written in Bahasa Indonesia. I hope these blogs can help those who search the information about the topic discussed in the radio.  Feel free to give comments and if you need an English version of the content from these blogs, please don't hesitate to contact me.

    Instagram Follow Dr. Indra on Instagram
    Follow @indrakm

    Archives

    July 2025
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025

    Categories

    All
    Air Panas Vs. Air Dingin
    Brain Rot
    Filosofi Sehat & Sakit Dalam Perspektif Medis & Islam
    Gangguan Kepribadian Narsistik (NPD)
    Harapan Baru Melawan Penyakit Lama
    Human Metapneumovirus
    Insulin & Resistensi Insulin
    Keropos Tulang Pada Wanita Menyusui
    Kolesterol Gak Ikut Party
    Lebaran Happy
    Leptospirosis
    Makan Malam Bikin Gemuk
    Mengungkap Kekuatan Jahe
    Mitos Dan Fakta Cemilan Sehat
    Mitos Vs. Fakta
    MMPI
    Musuh Di Dalam Tubuh
    Myelodysplastic Syndrome
    Ngemil Cerdas
    Robek Ligamen Lutut - ACL (Anterior Cruciate Ligament) Tear
    Stem Cell Untuk Kecantikan
    Stres Oksidatif
    Terapi Regeneratif Sendi
    Tes Kejiwaan Pembuka Peta Kepribadian & Gangguan Mental
    Vaksin TBC Dewasa
    Wabah "Kencing Tikus"


    Saya tidak mencantumkan rujukan atau sumber dari artikel yang saya tulis, karena akan menambah panjang body dari posting-an blog-nya.
    Bila ada yang memerlukan silakan hubungi saya di contac me. Saya dengan senang hati akan menginfokannya.


    Disclaimer
    All data and statements in all articles in these blogs on this website were true at the time of writing. Some update may be required.

    The Content is not intended to be a substitute for professional medical advice, diagnosis, or treatment. Always seek the advice of your physician or other qualified health provider with any questions you may have regarding a medical condition.

    Picture
    Terima kasih untuk mendukung usaha saya dan berbagi informasi
    Thank you for supporting my effort and sharing my knowledge

    Picture

    Info graphic
    of the week

    Picture
    Leptospirosis: Wabah "Kencing Tikus" yang Perlu Diwaspadai

    Navigation:
    Back to Blog Main Page
    Back to Blog Index

Proudly powered by Weebly