Beberapa tahun belakangan stem cell atau sel punca sangat ramai dibicarakan. Bukan hanya di dunia kedokteran, tapi juga di forum dan ruang publik terutama digital. Posting-an tentang stem cell di media sosial pun berjamuran. Dan yang paling digemari untuk disimak oleh netizen adalah yang peruntukannya untuk kecantikan dan industri kosmetik. Awalnya di mulai dengan lahirnya produk-produk yang memiliki bahan aktif dari tumbuhan atau plant stem cell, lalu berkembang dengan menggunakan sel tubuh sendiri, dan terakhir bisa didapatkan dari donor manusia. Fungsi dari terapi stem cell di ranah kosmetik ini dimulai dengan tujuan regenerasi kulit sampai terapi kebotakan. Namun sekarang berkembang untuk tujuan-tujuan lainnya.
Respon dan animo masyarakat dunia terhadap terapi stem cell untuk kecantikan ini ternyata sangat di luar dugaan. Walaupun harganya tidak bisa dibilang murah, namun permintaannya sangat tinggi. Tentu saja industri kosmetik langsung meliriknya, menanamkan uang yang tidak sedikit pula untuk berbagai penelitian sampai memproduksi produk berbasis stem cell ini. Produk dan prosedur terapi plant stem cell-extracts dari tumbuhan, lalu stem cell yang berasal dari tubuh sendiri, sampai stem cell siap pakai yang berasal dari donor manusia; semuanya ditawarkan langsung pada konsumen. Promosi terapi stem cell ini dirasakan sangat mudah, tanpa regulasi yang khusus, lebih mudah dari obat-obatan. Akibatnya banyak penggunaan atau penawaran terapi stem cell tidak resmi, yang hanya untuk tujuan komersial saja.
Istilah “stem cell” pertama kali muncul dalam literatur pada tahun 1860-an untuk menjelaskan teori evolusi Darwin oleh seorang ahli biologi Jerman bernama Ernest Heckel. Ia menyusun pohon filogenetik menggunakan istilah “stamm zelle” untuk menjelaskan organisme bersel tunggal, yang menurutnya merupakan sumber dari evolusi semua makhluk hidup di dunia. Tentunya hal ini kemudian diketahui tidak tepat. Namun sejak itu konsep stem cell dijadikan terminologi biologi untuk menamakan sel di dalam tubuh makhluk hidup yang dapat tumbuh menjadi berbagai jenis sel. Loncatan terbesar pertama untuk terapi stem cell terjadi pada tahun 2010, ketika embryonic stem cell yang berasal dari darah tali pusat digunakan pertama kali untuk terapi pasien dengan cedera tulang punggung.
Karena keberhasilannya, penelitian stem cell semakin berkembang dengan aplikasi atau tujuan yang juga ikut berkembang. Dari sedianya untuk tujuan pengobatan, kepada tujuan kosmetik. Berita tentang stem cell cepat tersebar luas di dunia, walaupun para penelitian masih dalam tahap penelitian dan pengembangan. Permintaan langsung tinggi sehingga menginisiasi industri kosmetik untuk membiayai penelitian dan memproduksi produknya. Saat ini pada industri kosmetik, pabrik-pabrik dan klinik-klinik mulai memperkenalkan deretan produk dan prosedur baru menggunakan istilah “stem cell” pada labelnya untuk menangkap perhatian konsumen di pasar kosmetik yang sangat kompetitif ini.
Asia Timur Pasar Terbesar Stem Cell Kosmetik
Pasar Asia Timur adalah pasal terbesar di dunia untuk stem cell kosmetik. Dimulai dari Jepang, Korea, dan China, lalu menyebar ke negara-negara Asia lainnya termasuk Indonesia yang juga disasar oleh industri kosmetik dunia sebagai pasar yang potensial. Dilaporkan pada sebuah penelitian pasar, bahwa 83% dari website pasar online di Jepang mempromosikan prosedur stem cell kosmetik, berbanding hanya 14% di Amerika Serikat. Regulator yang mengatur obat dan alat medis di negara-negara Asia Timur menjadi sangat bertanggung jawab terhadap keamanan dan potensi penipuan yang dapat sangat merugikan konsumen. Mereka kini menjadi pionir dalam mengatur praktik manufaktur, pemasaran, dan penjualan stem cell untuk kosmetik ini. Sekaligus membuat wilayah Asia Timur menjadi tujuan nomor wahid untuk mendapatkan produk kosmetik dengan teknologi terbaru.
Stem Cell Tumbuhan untuk Kosmetik
Produk pertama yang dipasarkan untuk tujuan kosmetik adalah stem cell yang berasal dari tumbuhan. Saat itu dimulai dengan kategori produk perawatan kulit dan rambut. Pabrikan dari produk ini sangat sering tidak menjelaskan bahwa “stem cell” yang ditulis pada produk eye cream, night serum, dan lain-lain itu adalah stem cell tumbuhan. Lebih dari 10 tahun yang lalu walaupun produknya tersebar luas dan digunakan oleh orang banyak, namun peneliti sebenarnya belum mendapatkan cukup bukti bahwa stem cell tumbuhan ini memiliki efek regeneratif yang konsisten pada fibroblast dan keratinosit untuk kulit dan folikel rambut. Banyak yang meragukan manfaat dari ratusan produk kosmetik yang mengandung stem cell tumbuhan ini.
Kini validitas dari klaim sebagai anti-aging (anti penuaan) dan regenerative (peremajaan) ini sangat beragam di antara produk-produk yang beredar. Kabar baiknya adalah skenario terburuk dari membeli dan menggunakan produk-produk tersebut hanya menjadi korban dan kerugian materi saja. Karena tidak ada efek samping serius yang dapat terjadi dari stem cell tumbuhan. Produsen sangat ingin menuliskan kata “stem cell” pada produknya karena dapat menaikkan harga sampai 5 kali lipat. Contohnya sebuah krim antioksidan dari tomat dibandrol dengan harga $10, tapi bila ditulis krim antioksidan ekstrak stem cell dari tomat dapat dibandrol $50 dan laku keras terjual. Walaupun kedua produk dibuat dari bahan-bahan dasar yang sama.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
Autologous Stem Cell untuk Kosmetik
Produk “stem cell” berikutnya yang tersebar luas ke konsumen adalah mammalian stem cells dalam bentuk prosedur menggunakan autologous stem cell atau stem cell yang didapatkan dari tubuh sendiri. Yang paling banyak dipromosikan dan sangat luas digunakan adalah prosedur regeneratif autologous dari platelet rich plasma (PRP) atau plasma kaya trombosit. Terapi PRP adalah menggunakan komponen darah sendiri untuk merangsang penyembuhan atau regenerasi jaringan dalam hal tujuan kosmetik. Darah manusia terdiri dari empat komponen utama: plasma, sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Trombosit mengandung faktor pertumbuhan yang berperan penting dalam proses penyembuhan luka dan regenerasi jaringan. Maka pada PRP, sel darah merah dan sel darah putih dipisahkan, menyisakan sel trombosit dan protein plasma yang kaya dengan kandungan growth factor-nya.
Walaupun sebenarnya prosedur ini tidak benar-benar menggunakan stem cell, tapi sering dipasarkan sebagai treatment regeneratif (peremajaan) berbasis “stem cell.” Ini terjadi karena tidak adanya regulasi yang jelas dan kalah cepat dengan hukum supply and demand yang ada di pasar. Secara teori, aplikasi PRP pada kulit dan folikel rambut dapat menyebabkan terjadinya proliferasi sel dan sintentis matriks ekstraseluler. Artinya dapat meremajakan kulit dan merangsang pertumbuhan rambut. Tapi penelitian dalam skala besar untuk mendukung klaim ini masih belum ada.
Yang benar-benar menggunakan stem cell pada autologous stem cell untuk kosmetik adalah yang kedua terbanyak diperkenalkan; yaitu mesenchymal stem cells yang didapatkan dari jaringan lemak tubuh sendiri. Dipasarkan untuk tujuan yang sama yaitu untuk peremajaan kulit atau pertumbuhan jaringan, dan untuk menumbuhkan folikel rambut pada kasus kebotakan. Namun sama seperti PRP, masih diperlukan penelitian dalam skala besar untuk mendukung bukti dan klaim yang ada.
Saat ini juga masih dibutuhkan standarisasi dan panduan:
- Protokol pengambilan dan pemrosesan bahan
- Volume atau jumlah dan konsentrasi yang dibutuhkan
- Metoda pemberian pada pasien.
Allogeneic Stem Cell untuk Kosmetik
Allogeneic stem cell untuk tujuan kosmetik umumnya menggunakan stem cell manusia atau hewan yang diproduksi secara skala besar. Produknya biasa disebut dengan stem cell-derived products atau produk turunan dari stem cell. Saat ini ada banyak produk dijual dalam bentuk krim, serum, atau sediaan suntik. Praktek ini dilakukan berdasar klaim bahwa cytokines, growth factors, dan exosomes akan mengaktifkan jalur seluler yang penting bagi regenerasi jaringan. Penelitian tentang mekanisme kerjanya melaporkan bahwa sel-sel yang ditransplantasikan memberikan efek regeneratifnya melalui pelepasan faktor paracrine. Faktor-faktor ini menstimulasi sel endogen dan mendorong angiogenesis lokal di lokasi jaringan yang rusak.
Khusus untuk kulit dan rambut, sudah banyak publikasi yang mendukung klaim bahwa allogeneic stem cell memberikan efek yang terukur untuk menangani kerusakan kulit dan rambut rontok atau kebotakan. Tapi penelitian juga melaporkan bahwa adanya inkonsistensi signifikan pada hasil, yang sangat bergantung pada metoda yang digunakan pada saat isolasi sel, media collection, media processing, dan metoda aplikasinya.
Ada juga yang disebut dengan allogenic whole-stem cell untuk kosmetik. Tapi hal ini relatif baru dan masih dalam tahap awal pengembangan. Diperkirakan metodanya akan ditumbuhkan di dalam laboratorium, direkayasa secara genetis, dan akan ada dalam bentuk produk dengan tujuan yang lebih spesifik. Kemungkinan produknya akan dijual untuk aplikasi yang lebih berat seperti kerusakan kulit muka atau kebotakan total. Dalam hal menggunakan allogenic whole-stem cell ini terdapat kekhawatiran akan reaksi efek samping serius dari reaksi sistem imun dan sifat tumorigenisitasnya yaitu terjadi diferensiasi sel yang tidak spesifik atau bersifat seperti sel kanker.
Masa Depan Strem Cell untuk Kosmetik
- Harus ada peraturan yang ketat untuk laboratorium yang mempersiapkan stem cells untuk kosmetik.
- Sangat penting sekali untuk menyusun protokol yang detil, spesifik untuk setiap tujuan terapi; seperti sumber dari mana stem cell didapatkan dan cara mengambil jaringannya, isolasi sel, penanaman sel, phenotypic profile, konsentrasi bahan atau jumlah sel yang diberikan, sampai cara pemberiannya.
- Penelitian dan uji klinis yang cukup harus dilakukan untuk setiap tujuan atau aplikasi yang berbeda-beda, untuk mengkonfirmasi keamanan dan efektivitasnya.
- Para pabrikan dan klinik (provider) harus diyakinkan tidak malah menyebabkan kerugian pada konsumen atau melakukan praktik penipuan karena overclaim.
- Produk Stem cell harus memenuhi panduan dari BPOM setempat untuk menjamin keamanan dan memberikan informasi yang tepat dalam promosinya.
©IKM 2025-02