Sendi adalah bagian tubuh yang memungkinkan kita bergerak dengan leluasa seperti berjalan, berlari, duduk, atau sekedar menggerakkan jari. Namun, sendi juga rentan terhadap kerusakan, terutama karena penuaan, cedera, atau penyakit seperti osteoartritis. Bagi jutaan orang di seluruh dunia, nyeri sendi menjadi hambatan besar dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ketika pengobatan konvensional seperti obat pereda nyeri atau fisioterapi tidak lagi efektif, banyak pasien merasa tidak punya pilihan lain selain operasi besar seperti penggantian sendi (joint replacement surgery). Kini dunia medis menghadirkan harapan baru, yaitu joint regenerative therapy (terapi regeneratif sendi). Terapi ini bertujuan bukan hanya untuk mengurangi gejala, tetapi untuk memperbaiki atau bahkan meregenerasi jaringan sendi yang rusak.
Terapi regeneratif adalah sebuah pendekatan medis yang bertujuan untuk memperbaiki, mengganti, atau meregenerasi jaringan dan organ tubuh yang rusak akibat cedera, penyakit, atau proses penuaan. Tidak hanya mengatasi gejala seperti nyeri atau peradangan, terapi ini berfokus pada penyembuhan akar masalah dengan merangsang mekanisme penyembuhan alami tubuh. Dalam dunia kedokteran modern, terapi regeneratif menjadi salah satu bidang paling menjanjikan karena berpotensi mengubah paradigma pengobatan dari “mengelola gejala” menjadi “memulihkan fungsi”.
Tubuh manusia sebenarnya memiliki kemampuan regeneratif alami. Contohnya, ketika kulit terluka, jaringan baru akan tumbuh menutupi luka tersebut. Namun, tidak semua jaringan tubuh memiliki kemampuan regeneratif yang sama. Tulang rawan di dalam sendi misalnya, memiliki suplai darah yang sangat terbatas, sehingga proses penyembuhannya sangat lambat dan terbatas. Terapi regeneratif berusaha “mengaktifkan ulang” atau “mempercepat” kemampuan alami tersebut. Dengan kata lain, terapi regeneratif tidak hanya “menambal” kerusakan, tetapi benar-benar berusaha menumbuhkan kembali jaringan yang hilang atau rusak. Dalam konteks sendi, terapi regeneratif bertujuan untuk:
- Meningkatkan pertumbuhan tulang rawan
- Mengurangi peradangan
- Mengurangi nyeri
- Memperbaiki fungsi gerak sendi
Masalah yang Umum Terjadi pada Sendi
Sendi adalah penghubung antara dua tulang yang memungkinkan tubuh kita bergerak secara fleksibel. Agar sendi berfungsi optimal, dibutuhkan keseimbangan antara struktur tulang, tulang rawan, cairan sinovial, ligamen, tendon, dan otot di sekitarnya. Namun, karena fungsi penting dan beban kerja tinggi, sendi sangat rentan terhadap berbagai gangguan, baik akibat proses degeneratif, cedera, hingga gangguan sistemik. Berikut ini adalah beberapa masalah paling umum menyerang sendi:
- Osteoartritis (radang tulang-sendi). Osteoartritis adalah penyebab paling umum nyeri sendi, terutama pada lansia. Kondisi ini terjadi ketika tulang rawan sendi yang melapisi ujung tulang secara perlahan rusak dan menipis. Osteoartritis paling sering menyerang sendi lutut, panggul, tangan, dan tulang belakang bagian bawah.
- Cedera olahraga atau trauma sendi. Cedera sendi sangat umum terjadi pada atlet, orang yang aktif secara fisik, atau yang mengalami kecelakaan. Contoh cedera sendi: robekan ligamen (seperti ACL pada lutut), cedera miniskus (tulang rawan di lutut), dislokasi sendi, dan fraktur intra-artikiular (patah permukaan sendi). Cedera seperti ini bisa menyebabkan ketidakstabilan sendi, rasa nyeri kronis, dan jika tidak ditangani dengan benar, berisiko menimbulkan osteoartritis dini.
- Penyakit autoimun. Pada penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan sendi sendiri, menyebabkan peradangan kronis dan kerusakan progresif. Contohnya: Rheumatoid Arthritis (RA), Lupus (SLE), dan spondylitis ankilosa (pada tulang punggung).
- Penuaan dan degenerasi alami. Seiring bertambahnya usia, seluruh jaringan dalam tubuh, termasuk sendi, mengalami penurunan fungsi. Perubahan yang terjadi seperti: penurunan elastisitas ligamen, pengurangan cairan sinovial, dan tulang rawan yang rapuh mudah rusak. Walaupun proses ini alami, kombinasi dengan gaya hidup tidak sehat, mempercepat kerusakan sendi.
- Radang sendi asam urat. Sering disebut dengan gout, merupakan jenis artritis yang disebabkan oleh penumpukan kristal asam urat di sendi.
- Chondromalacia patella atau pelunakan tulang rawan lutut yang sering terjadi pada orang muda yang aktif atau atlet, terutama pelari atau pesepeda.
- Gangguan postur (body mechanic) yang terjadi karena ketidakseimbangan otot, gaya berjalan yang tidak tepat, atau kelainan bentuk kaki dapat memberikan beban berlebih pada sendi tertentu.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
Dalam beberapa dekade terakhir, terapi regeneratif telah berkembang pesat dan menjadi harapan baru bagi penderita nyeri sendi kronis. Terdapat berbagai jenis terapi regeneratif yang telah digunakan di bidang orthopedi dan reumatologi, baik dalam konteks penelitian maupun praktik klinis. Masing-masing terapi memiliki pendekatan yang berbeda, tetapi tujuannya sama yaitu memperbaiki jaringan sendi yang rusak, memulihkan fungsi, dan mengurangi kebutuhan operasi besar seperti penggantian sendi total (total joint replacement surgery). Di bawah dibahas beberapa jenis terapi regeneratif sendi.
1. Platelet-Rich Plasma (PRP)
PRP adalah terapi yang menggunakan darah pasien sendiri, yang kemudian diproses untuk memisahkan dan memekatkan trombosit (platelet) yang kaya akan faktor pertumbuhan (growth factors). Baca dalam artikel lain tentang PRP ini. Beberapa penelitian menunjukkan PRP memberikan perbaikan signifikan dalam jangka menengah (3–12 bulan), meskipun efektivitasnya bisa bervariasi antar individu.
2. Stem Cell Therapy (Terapi Sel Punca)
Stem cell atau sel punca adalah sel-sel yang memiliki kemampuan luar biasa untuk berubah menjadi berbagai jenis jaringan tubuh, termasuk tulang rawan, tulang, otot, dan ligamen. Baca dalam artikel sebelumnya mengenai terapi sel punca ini. Meski sangat menjanjikan, terapi stem cell masih tergolong baru dan di beberapa negara, termasuk Indonesia, penggunaannya masih terbatas dan banyak yang masih dalam proses uji klinis.
3. Prolotherapy
Proloterapi adalah metode suntik yang menggunakan larutan iritan ringan (biasanya dextrose/gula) untuk merangsang respons penyembuhan di area ligamen dan tendon sekitar sendi. Dengan menyuntikkan larutan iritan ringan ke titik-titik spesifik pada sendi atau jaringan lunak, akan menyebabkan “mikro-inflamasi” yang merangsang tubuh memperbaiki jaringan yang teriritasi. Cocok untuk:
- Nyeri lutut kronis karena ketidakstabilan ligamen.
- Nyeri punggung bawah akibat sendi facet.
- Cedera tendon ringan hingga sedang.
4. Autologous Chondrocyte Implantation (ACI)
Atau “Implantasi Kondrosit Autologus,” adalah salah satu terapi regeneratif yang paling kompleks dan biasanya dilakukan di rumah sakit besar dengan fasilitas orthopedi lanjutan. ACI melalui 3 tahapan yang diawali oleh biopsi sampel kecil tulang rawan sehat dari sendi pasien, lalu melakukan kultur di laboratorium untuk memperbanyak sel kondrosit, baru kemudian dilakukan penanaman kembali (implantasi) ke area tulang rawan yang rusak. ACI cocok untuk kerusakan tulang rawan lokal yang besar, terutama pada pasien muda dan dapat menghasilkan jaringan tulang rawan yang hampir menyerupai aslinya. Sayangnya ACI berbiaya tinggi, berprosedur yang panjang membutuhkan waktu penyembuhan yang cukup lama, serta tidak cocok untuk pasien dengan artritis menyeluruh.
5. Scaffold Biomaterial & Teknik Tissue Engineering
Dalam terapi ini, digunakan kerangka buatan (scaffold) yang ditanamkan ke area sendi yang rusak. Scaffold ini bisa terbuat dari bahan alami (seperti kolagen) atau sintetis (biopolimer) yang membantu pertumbuhan sel baru. Scaffold bisa dicampur dengan sel punca atau PRP, yang ditanam melalui prosedur artroskopi. Secara bertahap scaffold akan larut dan digantikan oleh jaringan asli tubuh. Teknologi ini menjadi masa depan tissue engineering karena dapat membentuk jaringan baru yang sesuai dengan struktur dan fungsi aslinya.
6. Cold Atmospheric Plasma (Terapi Plasma Dingin)
Teknologi terbaru ini menggunakan plasma suhu rendah yang dihasilkan dari udara pada atmosfir sehingga tidak sampai membakar jaringan. CAP terdiri dari campuran elektron, ion, spesies reaktif oksigen dan nitrogen, serta partikel netral yang memberikan efek:
- Mengurangi stres oksidatif yang merupakan kontributor kerusakan sel, penyakit kronis, dan penuaan.
- Memperbaiki metabolisme dan perbaikan sel dengan mempercepat proses regenerasi dan perbaikan sel.
- Menstimulasi mikrosirkulasi, serta memperbaiki oksigenisasi dan pengantaran nutrisi ke jaringan dan sel.
Perbedaan dengan Terapi Konvensional
Terapi konvensional untuk masalah sendi selama ini meliputi obat anti nyeri (NSAID), injeksi kortikosteroid, fisioterapi, dan pada tahap lanjut operasi seperti penggantian sendi total (total joint replacement surgery). Meskipun metode-metode ini terbukti bermanfaat dalam mengurangi gejala, sayangnya sebagian besar hanya bersifat simptomatik (mengurangi keluhan), bukan kuratif (memperbaiki akar masalah). Di sinilah letak nilai lebih terapi regeneratif yang bukan hanya meredakan nyeri, tetapi bertujuan untuk memperbaiki dan meregenerasi jaringan sendi yang rusak. Berikut sejumlah keunggulan terapi regeneratif dibandingkan terapi konvensional:
Perkembangan teknologi seperti rekayasa jaringan (tissue engineering), gene therapy, dan bioprinting 3D membuka peluang baru dalam pengobatan kerusakan sendi. Di masa depan, mungkin saja pasien bisa mendapatkan tulang rawan "buatan" hasil cetakan sel mereka sendiri. Terapi regeneratif sendi menawarkan pendekatan modern yang berpotensi menyembuhkan, bukan sekedar menutupi gejala. Dengan memanfaatkan kekuatan tubuh sendiri untuk memperbaiki jaringan, terapi ini menjadi solusi masa depan untuk berbagai masalah sendi. Perlu dipahami bahwa banyak dari terapi ini masih dalam tahap penelitian dan pengembangan. Jangan mudah tergiur promosi yang belum teruji secara ilmiah. Jika mengalami nyeri sendi yang mengganggu aktivitas harian, berkonsultasilah dengan dokter. Terapi regeneratif bisa jadi pilihan untuk hidup yang lebih aktif, sehat, dan bebas nyeri.
©IKM 2025-05