Dr. Indra K. Muhtadi - "dokter plus"
  • Home
    • My Curriculum Vitae
    • Dr. Indra on Media
  • What's New
  • Health & Wellness Influencer & Motivator
    • Retirement Preparation from Health Point of View
    • Stres untuk Hebat
    • Health Topic Seminars
    • The Secret of Healthy Life Style
    • Company Health Management
    • Stop Smoking Course
    • Quality Service Excellent
    • Change Leadership Training and Self Improvement
    • Smile in Assertive Communication
    • Assertive Communication Skills
    • Employee Counseling for Productivity
    • Managerial Skills and Self Leadership Skills
    • Motivation and Job Satisfaction
  • Dr. Indra's Books
    • Book: "SEHAT untuk HEBAT"
    • Book: "STRES untuk HEBAT"
    • Book: "Revolusi Mental"
  • Blog: Medical Articles
    • Blog Index (A to Z)
    • Blog Index (by category)
    • Blog Articles: 2025
    • Blog Articles: 2024
    • Blog Articles: 2023
    • Blog Articles: 2022
    • Blog Articles: 2021
    • Blog Articles: 2020
    • Blog Articles: 2019
    • Blog Articles: 2018
    • Blog Articles: 2017
    • Blog Articles: 2016
    • Blog Articles: 2015
    • Blog Articles: 2014
    • Blog Articles: 2013
    • Blog Articles: 2012
    • Blog Articles: 2011
    • Blog Articles: 2010
  • Health Consultant (Praktek)
    • Location
    • Adult Vaccination
  • Health Tips Video
  • Health Calculator
    • BMI Calculator
    • Advanced BMI Calculator
    • BMI Calculator for Children
    • Ideal Body Weight Calculator
    • Exercise Calorie Calculator
    • Daily Calorie Calculator
    • Liquid Calorie Calculator
  • Health Pictures
  • My Travel and Other Blog
  • ABN Group
  • References & Partners
  • Contact Me

Topik ke-538: Insulin & Ancaman Tersembunyi Resistensi Insulin

30/5/2025

0 Comments

 
Picture
Pendahuluan
Banyak orang hidup bertahun-tahun tanpa menyadari bahwa tubuh mereka sedang mengalami resistensi insulin. Tanpa gejala yang nyata, kondisi ini perlahan-lahan membuka jalan menuju berbagai penyakit kronis seperti diabetes tipe 2, sindroma metabolik, penyakit jantung, bahkan depresi. Karena itu, memahami peran hormon insulin dan bagaimana resistensi insulin dapat dicegah atau dikendalikan menjadi penting untuk menjaga kesehatan jangka panjang. Di sini akan dijelaskan tentang insulin, resistensi insulin, penyebab, gejala, risiko, hingga strategi efektif untuk mencegah atau membalikkan kondisi ini.

Insulin dan Fungsinya
Insulin adalah hormon penting yang diproduksi oleh pankreas. Peran utamanya adalah mengatur kadar glukosa (gula) dalam darah. Setiap kali kita mengkonsumsi makanan maka glukosa hasil dari metabolisme makanan akan masuk ke dalam aliran darah. Proses ini tidak terbatas hanya karbohidrat saja, melainkan semua jenis makanan. Dalam kondisi normal, pankreas akan melepaskan insulin yang bertugas "membuka pintu" sel-sel tubuh, terutama sel otot dan hati, agar dapat menyerap glukosa dari darah dan menggunakannya sebagai energi atau menyimpannya untuk digunakan kemudian. Satu hal tentang insulin yang jarang dipahami adalah insulin tidak hanya berperan dalam metabolisme gula. Hormon ini juga mempengaruhi metabolisme lemak dan protein. Maka dari itu, gangguan pada insulin berdampak luas pada sistem metabolisme tubuh.

Resistensi Insulin
Resistensi insulin terjadi ketika sel-sel tubuh tidak merespons insulin dengan baik. Bayangkan insulin sebagai kunci dan sel tubuh sebagai pintu yang seharusnya terbuka saat insulin hadir. Pada kondisi resistensi insulin, pintu-pintu ini menjadi "macet", tidak terbuka dengan mudah meski insulin hadir. Akibatnya, pankreas memproduksi insulin dalam jumlah lebih besar untuk mengimbangi penurunan efektivitas tersebut. Maka akan terjadi tingginya kadar insulin di dalam darah atau disebut dengan terjadinya hyperinsulinemia. Jika kondisi ini terus berlangsung, pankreas dapat kelelahan dan gagal memproduksi insulin yang cukup. Pada titik inilah kadar glukosa darah meningkat tajam dan bisa berkembang menjadi prediabetes kemudian berlanjut ke diabetes tipe 2.
 
Penyebab Resistensi Insulin
Beberapa faktor penyebab resistensi insulin meliputi:
  1. Kelebihan lemak tubuh, terutama lemak perut atau lemak viseral (visceral fat). Lemak viseral, yang berada di sekitar organ dalam perut, diketahui melepaskan asam lemak bebas dan hormon inflamasi yang dapat mengganggu kerja insulin.
  2. Asupan kalori berlebihan. Makan berlebihan, terutama makanan tinggi gula dan lemak jenuh, meningkatkan kadar asam lemak dalam darah, yang berkontribusi terhadap resistensi insulin.
  3. Konsumsi fruktosa berlebih. Fruktosa dari pemanis tambahan, seperti sirup jagung tinggi fruktosa, dan bukan dari buah-buahan alami, telah terbukti berkaitan dengan resistensi insulin.
  4. Peradangan kronis dan stres oksidatif. Inflamasi atau peradangan jangka panjang dalam tubuh merusak sinyal insulin di tingkat seluler.
  5. Kurangnya aktivitas fisik. Aktivitas fisik meningkatkan sensitivitas insulin. Sebaliknya, gaya hidup sedentari alias mager, mempercepat resistensi insulin.
  6. Gangguan mikrobiota usus. Keseimbangan bakteri usus yang terganggu juga diduga berperan dalam munculnya peradangan dan resistensi insulin.
  7. Faktor genetik dan etnis/ras. Orang dari ras tertentu seperti Asia, Hispanik, dan Afrika-Amerika memiliki risiko lebih tinggi mengalami resistensi insulin.
 
Gejala Resistensi Insulin
Gejala resistensi insulin kerap menjadi tanda-tanda awal yang sering diabaikan. Ini menjadi salah satu tantangan terbesar dalam mendeteksi resistensi insulin karena kondisi ini sering berkembang secara diam-diam, tanpa gejala yang mencolok. Bahkan tidak semua orang dengan resistensi insulin mengalami gejala khas, karena sebagian besar hanya mengalami gejala ringan atau tidak sama sekali. Banyak orang hidup bertahun-tahun tanpa menyadari bahwa metabolisme tubuh mereka sudah terganggu. Namun, bila tubuh memberikan sinyal-sinyal peringatan awal yang, jika dikenali sejak dini, dapat membantu mencegah komplikasi yang lebih serius, gejala awal tersebut dapat berupa sbb.:
  • Rasa lapar yang berlebihan atau cepat lapar kembali setelah makan. Hal ini terjadi karena glukosa tidak berhasil masuk ke dalam sel secara efisien, sehingga otak mengira tubuh kekurangan energi.
  • Kelelahan yang berkepanjangan. Tubuh tidak mampu menggunakan glukosa secara optimal sebagai sumber energi, sehingga penderita merasa cepat lelah meskipun tidak melakukan aktivitas berat.
  • Sering buang air kecil (poliuria) dan haus berlebihan (polidipsia). Ketika gula darah tinggi, ginjal bekerja lebih keras untuk membuang kelebihan glukosa melalui urin, yang menyebabkan sering buang air kecil dan dehidrasi.
  • Kesemutan atau mati rasa di tangan dan kaki. Merupakan tanda awal dari kerusakan saraf (neuropati perifer) yang bisa terjadi akibat peningkatan kadar gula darah jangka panjang.

Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi

Picture
  • Infeksi yang sering dan lama sembuh. Gula darah tinggi dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan memperlambat proses penyembuhan luka, sehingga penderita lebih rentan terhadap infeksi kulit, saluran kemih, dan infeksi lainnya.
  • Penglihatan kabur. Kadar glukosa yang fluktuatif mempengaruhi lensa mata, menyebabkan perubahan penglihatan sementara.
  • Gangguan konsentrasi dan mudah lupa. Dikenal juga sebagai "brain fog", yaitu rasa kebingungan ringan, sulit berkonsentrasi, dan memori jangka pendek terganggu.
  • Acanthosis nigricans. Munculnya bercak kulit yang gelap dan terasa tebal, sering ditemukan di leher bagian belakang, ketiak, atau selangkangan. Kondisi ini disebabkan oleh stimulasi sel kulit oleh kadar insulin tinggi yang kronis.
 
Diagnosis Resistensi Insulin
Karena resistensi insulin tidak selalu menunjukkan gejala yang jelas, diagnosis seringkali baru ditegakkan setelah seseorang mengalami prediabetes atau diabetes tipe 2. Namun, ada beberapa tes laboratorium dan indikator klinis yang dapat digunakan oleh tenaga medis untuk menilai risiko atau mendeteksi resistensi insulin lebih awal.

1. Tes HbA1C (Hemoglobin A1C)
. Tes ini mengukur kadar glukosa darah rata-rata selama 2–3 bulan terakhir. A1C mencerminkan persentase hemoglobin dalam darah yang terikat oleh glukosa. Rentang hasil:
  • <5,7%: normal
  • 5,7–6,4%: prediabetes (resistensi insulin terjadi)
  • ≥6,5%: diabetes
2. Tes gula darah puasa. Tes ini dilakukan setelah berpuasa minimal 8 jam. Hasil interpretasi:
  • <100 mg/dL: normal
  • 100–125 mg/dL: prediabetes (resistensi insulin)
  • ≥126 mg/dL: diabetes
3. Tes gula darah 2 jam setelah makan. Hasil interpretasi:
  • <140 mg/dL: normal
  • 140–199 mg/dL: prediabetes (resistensi insulin)
  • ≥200 mg/dL: diabetes
4. Tes insulin puasa dan HOMA-IR. Tes insulin puasa mengukur kadar insulin saat tubuh tidak mendapat asupan makanan. Dari data ini dan glukosa puasa, dapat dihitung HOMA-IR (Homeostatic Model Assessment of Insulin Resistance), yaitu indikator kuantitatif untuk menilai resistensi insulin. Rumus HOMA-IR:
HOMA-IR = (Glukosa Puasa x Insulin Puasa) / 405
 
Risiko Kesehatan Akibat Resistensi Insulin
Resistensi insulin bukan hanya pendahulu diabetes. Kondisi ini berkaitan erat dengan berbagai penyakit kronis lainnya:
  • Sindroma metabolik, yaitu kombinasi tekanan darah tinggi, trigliserida tinggi, HDL rendah, lemak perut berlebih, dan kadar glukosa tinggi.
  • Penyakit Jantung
  • Penyakit Hati Berlemak Non-Alkohol (NAFLD)
  • Polikistik Ovarium (PCOS)
  • Alzheimer dan gangguan kognitif lainnya
  • Depresi. Studi menemukan hubungan antara resistensi insulin dan gangguan mood.
 
Cara Mencegah dan Mengatasi Resistensi Insulin
Berita baiknya, resistensi insulin dapat dicegah, bahkan dibalik, terutama dengan perubahan gaya hidup berikut:
  1. Menurunkan berat badan, terutama lemak perut. Penurunan berat badan 5–7% sudah cukup untuk memperbaiki metabolisme glukosa. 
  2. Berhenti merokok, karena merokok terkait erat dengan resistensi insulin, dan berhenti dapat meningkatkan kesehatan metabolik.
  3. Pola makan sehat dengan cara hindari gula tambahan dan processed food, konsumsi makanan utuh seperti sayur, buah, kacang-kacangan, ikan berlemak, serta kurangi konsumsi karbohidrat berindeks glikemik tinggi seperti, minuman manis, kue dan roti putih dari terigu.
  4. Aktivitas fisik teratur. Latihan aerobik, kekuatan, atau bahkan berjalan kaki 30 menit sehari, dapat secara signifikan meningkatkan sensitivitas insulin.
  5. Tidur berkualitas. Tidur kurang dari 6 jam per malam dapat meningkatkan resistensi insulin.
  6. Manfaatkan stres sehingga hidup lebih hebat. Karena Stres kronis meningkatkan hormon kortisol yang bisa mengganggu kerja insulin. Baca buku saya berjudul “Stres untuk Hebat” dan artikel lainnya tentang ini.
  7. Rajin berpuasa. Bagi umat Islam rutin melaksanakan puasa Senin-Kamis, atau dapat juga puasa intermitten. Puasa dapat meningkatkan sensitivitas insulin.
  8. Konsumsi suplemen magnesium, karena kekurangan asupan magnesium dapat memperburuk resistensi insulin.
 
Peran Diet Rendah Karbohidrat
Salah satu pendekatan yang banyak diteliti untuk mengatasi resistensi insulin adalah diet rendah karbohidrat. Diet ini membantu menurunkan kadar glukosa darah dan insulin, serta memperbaiki sensitivitas insulin. Perlu diingat diet rendah karbohidrat bukan berarti memantang makan nasi, yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber energi yang sangat baik. Yang sering terabaikan adalah justru karbohidrat lainnya selain nasi seperti minuman manis, kue dan cemilan manis, produk olahan terigu, dll. Diet rendah karbohidrat yang dimaksud adalah tidak menjadikan karbohidrat seperti nasi, pasta, kentang, dll. menjadi satu-satunya sumber energi, melainkan dikombinasikan dengan sumber energi dari protein dan lemak. Yang paling dianjur-kan adalah meniru diet orang Mediterania yang mengkonsumsi hanya karbohidrat kompleks saja dan mengkonsumsi tinggi makanan nabati, ikan, dan minyak zaitun.
 
Kesimpulan dan Penutup
Resistensi insulin adalah kondisi umum yang sering tidak terdeteksi, tetapi memiliki dampak besar terhadap kesehatan. Berbagai faktor gaya hidup modern, mulai dari pola makan tinggi gula, kurang gerak, hingga stres kronis, menjadi pemicu utamanya. Dengan pemahaman yang tepat, resistensi insulin bukanlah takdir. Karena melalui perubahan gaya hidup yang sehat, akan dapat mencegah, mengendalikan, bahkan membalikkan kondisi ini. Langkah kecil seperti berjalan kaki 30 menit setiap hari, tidur cukup, dan mengkontrol konsumsi gula dapat menjadi investasi besar bagi kesehatan masa depan. Jika memiliki faktor risiko atau mengalami gejala yang dibahas di atas, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan tenaga medis. Mendeteksi dan menangani resistensi insulin sejak dini adalah kunci mencegah komplikasi jangka panjang seperti diabetes, penyakit jantung, dan penyakit lainnya.

©IKM 2025-05
0 Comments



Leave a Reply.

    Home >> Medical Articles >> 2025

    Medical Articles 2025

    Picture
    Lihat daftar artikel lainnya, click pada gambar

    Picture
    Maknai stres, untuk membuat hidup menjadi lebih hebat. Baca di sini.

    Bila Anda suka dengan blog ini, silakan "like" artikelnya di bagian bawah setiap artikel dan silakan menikmati artikel lainnya pada blog tahun 2023. Click di sini.

    Picture

    Author

    Dr. Indra K. Muhtadi adalah seorang Health Influencer dan konsultan pada berbagai professional training di Indonesia.

    Sebagai dokter, ia sangat piawai memberikan konsultasi kesehatan dengan bahasa ringan sehingga membuat masalah medis menjadi sesuatu yang mudah untuk dipahami.

    Click di sini untuk berkonsultasi dengan Dr. Indra

    These Blogs are written in Bahasa Indonesia. I hope these blogs can help those who search the information about the topic discussed in the radio.  Feel free to give comments and if you need an English version of the content from these blogs, please don't hesitate to contact me.

    Instagram Follow Dr. Indra on Instagram
    Follow @indrakm

    Archives

    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025

    Categories

    All
    Air Panas Vs. Air Dingin
    Brain Rot
    Filosofi Sehat & Sakit Dalam Perspektif Medis & Islam
    Gangguan Kepribadian Narsistik (NPD)
    Harapan Baru Melawan Penyakit Lama
    Human Metapneumovirus
    Insulin & Resistensi Insulin
    Keropos Tulang Pada Wanita Menyusui
    Kolesterol Gak Ikut Party
    Lebaran Happy
    Makan Malam Bikin Gemuk
    Mengungkap Kekuatan Jahe
    Mitos Dan Fakta Cemilan Sehat
    Mitos Vs. Fakta
    MMPI
    Myelodysplastic Syndrome
    Ngemil Cerdas
    Stem Cell Untuk Kecantikan
    Terapi Regeneratif Sendi
    Tes Kejiwaan Pembuka Peta Kepribadian & Gangguan Mental
    Vaksin TBC Dewasa


    Saya tidak mencantumkan rujukan atau sumber dari artikel yang saya tulis, karena akan menambah panjang body dari posting-an blog-nya.
    Bila ada yang memerlukan silakan hubungi saya di contac me. Saya dengan senang hati akan menginfokannya.


    Disclaimer
    All data and statements in all articles in these blogs on this website were true at the time of writing. Some update may be required.

    The Content is not intended to be a substitute for professional medical advice, diagnosis, or treatment. Always seek the advice of your physician or other qualified health provider with any questions you may have regarding a medical condition.

    Picture
    Terima kasih untuk mendukung usaha saya dan berbagi informasi
    Thank you for supporting my effort and sharing my knowledge

    Picture

    Info graphic
    of the week

    Picture
    Insulin & Ancaman Tersembunyi Resistensi insulin

    Navigation:
    Back to Blog Main Page
    Back to Blog Index

Proudly powered by Weebly