Dr. Indra K. Muhtadi - "dokter plus"
  • Home
    • My Curriculum Vitae
    • Dr. Indra on Media
  • What's New
  • Health & Wellness Influencer & Motivator
    • Retirement Preparation from Health Point of View
    • Stres untuk Hebat
    • Health Topic Seminars
    • The Secret of Healthy Life Style
    • Company Health Management
    • Stop Smoking Course
    • Quality Service Excellent
    • Change Leadership Training and Self Improvement
    • Smile in Assertive Communication
    • Assertive Communication Skills
    • Employee Counseling for Productivity
    • Managerial Skills and Self Leadership Skills
    • Motivation and Job Satisfaction
  • Dr. Indra's Books
    • Book: "SEHAT untuk HEBAT"
    • Book: "STRES untuk HEBAT"
    • Book: "Revolusi Mental"
  • Blog: Medical Articles
    • Blog Index (A to Z)
    • Blog Index (by category)
    • Blog Articles: 2025
    • Blog Articles: 2024
    • Blog Articles: 2023
    • Blog Articles: 2022
    • Blog Articles: 2021
    • Blog Articles: 2020
    • Blog Articles: 2019
    • Blog Articles: 2018
    • Blog Articles: 2017
    • Blog Articles: 2016
    • Blog Articles: 2015
    • Blog Articles: 2014
    • Blog Articles: 2013
    • Blog Articles: 2012
    • Blog Articles: 2011
    • Blog Articles: 2010
  • Health Consultant (Praktek)
    • Location
    • Adult Vaccination
  • Health Tips Video
  • Health Calculator
    • BMI Calculator
    • Advanced BMI Calculator
    • BMI Calculator for Children
    • Ideal Body Weight Calculator
    • Exercise Calorie Calculator
    • Daily Calorie Calculator
    • Liquid Calorie Calculator
  • Health Pictures
  • My Travel and Other Blog
  • ABN Group
  • References & Partners
  • Contact Me

Topik ke-539: Stres Oksidatif: Musuh di Dalam Tubuh

21/6/2025

0 Comments

 
Picture
Pendahuluan
Oxidative stress, atau dalam Bahasa Indonesia disebut stres oksidatif, adalah istilah yang mungkin terdengar rumit atau teknis bagi sebagian orang. Namun kenyataannya, konsep ini sangat berkaitan dengan aktivitas dan kebiasaan kita sehari-hari. Stres oksidatif merupakan kondisi yang terjadi dalam tubuh ketika keseimbangan antara zat berbahaya yang disebut radikal bebas dan zat pelindung yang dikenal sebagai antioksidan terganggu. Ketidakseimbangan ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari dalam tubuh maupun dari luar.

Mengenal Stres Oksidatif
Tubuh manusia memproduksi molekul yang disebut radikal bebas (free radicals) sebagai hasil dari proses metabolisme normal. Radikal bebas ini adalah molekul yang kehilangan satu elektron sehingga menjadi tidak stabil dan sangat reaktif. Mereka bisa mencuri elektron dari molekul lain, menyebabkan kerusakan pada sel, protein, dan bahkan DNA. Dalam kondisi ideal, tubuh punya mekanisme perta-hanan alami berupa antioksidan, yaitu molekul yang dapat "menyumbangkan" elektron kepada radikal bebas tanpa menjadi tidak stabil. Inilah yang menjaga keseimbangan dan mencegah kerusakan lebih lanjut. Stres oksidatif terjadi ketika jumlah radikal bebas melebihi kemampuan tubuh untuk menetralkannya dengan antioksidan. Ketidak-seimbangan ini dapat merusak jaringan dan memicu peradangan, penuaan dini, serta berbagai penyakit serius.

Asal Radikal Bebas
Beberapa radikal bebas memang diproduksi alami dalam tubuh, misalnya saat tubuh melawan infeksi atau setelah olahraga. Namun, ada banyak faktor eksternal yang meningkatkan produksi radikal bebas secara berlebihan:
  • Paparan sinar UV matahari
  • Polusi udara
  • Rokok (aktif maupun pasif)
  • Alkohol
  • Radiasi
  • Pestisida dan bahan kimia industri
  • Makanan tinggi lemak jenuh atau gula sederhana
  • Bahkan stres emosional dan kurang tidur bisa meningkatkan stres oksidatif dalam tubuh.
 
Dampaknya Bagi Tubuh
Jika dibiarkan terus-menerus tanpa pengendalian, stres oksidatif dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai bagian tubuh, mulai dari tingkat seluler hingga organ-organ vital. Radikal bebas yang berlebihan dalam tubuh bisa menyerang membran sel, merusak struktur protein penting yang menunjang fungsi biologis, serta mengacaukan informasi genetik yang tersimpan dalam DNA. Kerusakan ini tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi secara perlahan dan bertahap, dengan efek yang bersifat kumulatif. Artinya, semakin lama stres oksidatif berlangsung tanpa ditangani, semakin besar risiko terjadinya gangguan fungsi tubuh dan munculnya penyakit kronis.
 
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa stres oksidatif memiliki hubungan langsung dengan sejumlah penyakit berat. Salah satu yang paling umum adalah diabetes, di mana tingginya kadar gula darah memicu peningkatan radikal bebas yang merusak pembuluh darah dan jaringan saraf. Kemudian ada aterosklerosis, yaitu pengerasan dan penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan plak, yang dapat dipicu oleh kerusakan endotel (lapisan dalam pembuluh darah) karena radikal bebas. Hipertensi atau tekanan darah tinggi juga sering dikaitkan dengan stres oksidatif yang merusak elastisitas pembuluh darah, sehingga jantung harus bekerja lebih keras. Pada jangka panjang, hal ini dapat berkembang menjadi penyakit jantung koroner, gagal jantung, atau stroke. Selain itu, kerusakan DNA akibat stres oksidatif juga berperan dalam pembentukan sel kanker, karena mutasi genetik yang tidak diperbaiki dengan baik dapat memicu pertumbuhan sel abnormal yang ganas.
 
Memicu Penyakit Degeneratif
Tak hanya itu, penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson pun diyakini dipicu oleh kerusakan oksidatif yang mengganggu fungsi sel-sel otak dan mempercepat kematian sel saraf. Pada pria, stres oksidatif telah terbukti menurunkan kualitas sperma dan berkontribusi pada infer-tilitas atau kemandulan. Organ penting lainnya seperti hati dan ginjal juga rentan, karena mereka bekerja keras menyaring dan memproses racun dalam tubuh, fungsi yang menjadi tidak optimal bila sel-selnya rusak akibat radikal bebas. Dampak stres oksidatif bahkan dapat terlihat dari luar. Tanda-tanda penuaan dini seperti munculnya kerutan, kulit kusam, dan uban sebelum waktunya, merupakan akibat dari rusaknya jaringan kolagen dan elastin pada kulit. Semua kerusakan ini menunjukkan betapa seriusnya bahaya stres oksidatif jika tidak dicegah dan ditangani dengan pendekatan gaya hidup yang sehat dan seimbang.
 
Cara Mengenali Tanda-Tanda Stres Oksidatif
Walaupun stres oksidatif bekerja secara diam-diam di dalam tubuh, bukan berarti tidak ada gejala yang bisa dikenali. Masalahnya, tanda-tanda ini sering kali bersifat umum dan samar, sehingga mudah disalahartikan sebagai kelelahan biasa atau akibat kesibukan harian. Salah satu gejala yang paling umum adalah kelelahan kronis, bukan sekedar rasa lelah setelah beraktivitas, tapi rasa lelah yang terus-menerus meskipun sudah beristirahat cukup. Tubuh terasa berat dan energi seolah terkuras tanpa alasan jelas.

Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
Picture
Selain itu, banyak orang yang mengalami kesulitan berkon-sentrasi, mudah lupa, dan merasa seolah otaknya "berka-but", kondisi ini dikenal dengan istilah brain fog. Fenomena ini mungkin terdengar sepele, tetapi bila dibiarkan, dapat mempengaruhi produktivitas dan kualitas hidup secara keseluruhan. Dalam banyak kasus, stres oksidatif juga membuat daya tahan tubuh menurun, sehingga seseorang menjadi lebih rentan terhadap infeksi yang sering kambuh, seperti flu berulang, sariawan, atau luka yang sulit sembuh.
 
Peran Antioksidan: Penetral Radikal Bebas
Antioksidan memiliki peran vital dalam menjaga kesehatan tubuh karena mereka mampu menetralkan radikal bebas yang berlebihan. Cara kerja antioksidan cukup unik: mereka menyumbangkan satu elektron kepada radikal bebas tanpa membuat diri mereka sendiri menjadi tidak stabil. Dengan demikian, antioksidan membantu menghentikan reaksi berantai yang bisa merusak sel-sel tubuh. Meskipun tubuh kita mampu memproduksi sebagian antioksidan secara alami, seperti glutathione, kemampuan ini dapat menurun akibat penuaan, stres, atau kekurangan nutrisi. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mendapatkan asupan antioksidan tambahan dari makanan sehari-hari.
 
Sumber Antioksidan
Sumber antioksidan dari makanan sangat beragam dan mudah ditemukan dalam pola makan sehat. Buah-buahan merupakan sumber utama, terutama buah beri seperti stroberi, blueberry, raspberry, dan ceri, yang kaya akan antosianin dan vitamin C. Buah jeruk, lemon, dan anggur juga mengandung banyak flavonoid dan antioksidan alami lainnya. Di sisi lain, sayuran berwarna-warni seperti brokoli, bayam, wortel, dan tomat, juga sangat kaya akan vitamin dan senyawa antioksidan seperti beta-karoten, lutein, serta likopen, yang dikenal ampuh dalam melindungi sel dari kerusakan akibat radikal bebas.
 
Rempah-rempah yang sering digunakan dalam masakan Indonesia juga merupakan sumber antioksidan yang luar biasa. Misalnya, kunyit mengandung kurkumin yang dikenal sebagai antiinflamasi dan antioksidan kuat. Kayu manis membantu mengatur gula darah sekaligus melawan stres oksidatif, sementara bawang putih mengandung senyawa sulfur aktif yang mendukung sistem imunitas tubuh. Tidak kalah penting, berbagai makanan sehat lain seperti ikan berlemak (salmon, sarden), kacang-kacangan (almond, kenari), biji-bijian, dark chocolate dengan kadar kakao tinggi, serta teh hijau yang kaya katekin, juga memberikan perlindungan tambahan terhadap kerusakan sel.
 
Nutrisi dalam Antioksidan
Secara nutrisi, antioksidan terdiri dari berbagai macam zat gizi. Di antaranya adalah vitamin C, yang larut dalam air dan membantu melindungi bagian cair dalam tubuh; serta vitamin E, yang larut dalam lemak dan menjaga kestabilan membran sel. Beta-karoten dan likopen adalah pigmen alami yang memberikan warna cerah pada buah dan sayur, sekaligus bekerja sebagai antioksidan kuat. Selenium dan zinc merupakan mineral penting yang mendukung aktivitas enzim antioksidan dalam tubuh. Selain itu, ada pula polifenol dan flavonoid, kelompok senyawa tumbuhan yang ditemukan dalam teh, coklat, buah, dan rempah-rempah, yang terbukti membantu mengurangi peradangan dan melindungi dari kerusakan sel.
 
 
Gaya Hidup untuk Mencegah Stres Oksidatif
Karena sebagian besar efek stres oksidatif bersifat laten dan progresif, artinya tidak langsung terasa tapi berkembang seiring waktu, maka sangat penting untuk mengenali sinyal-sinyal awal tersebut dan tidak mengabaikannya. Dengan kesadaran yang lebih tinggi, kita dapat mengambil langkah pencegahan lebih dini dan efektif, melalui perbaikan pola makan, gaya hidup sehat, serta pengelolaan stres secara menyeluruh, untuk menjaga tubuh tetap seimbang dan mencegah kerusakan jangka panjang.
 
Untuk mendapatkan manfaat maksimal dari antioksidan, para ahli gizi menyarankan agar kita mengkonsumsi lima porsi buah/sayur setiap hari, dengan variasi warna dan jenis sebanyak mungkin. Semakin beragam warna makanan alami yang kita konsumsi, semakin lengkap pula jenis antioksidan yang masuk ke dalam tubuh. Dengan membiasakan diri makan sehat setiap hari, kita sedang memperkuat sistem pertahanan alami tubuh terhadap stres oksidatif yang bisa mengancam kesehatan dalam jangka panjang. Selain asupan makanan sehat, gaya      hidup juga berperan penting. Berikut langkah-langkah pencegahan yang bisa dilakukan:
  1. Berhenti merokok dan hindari asap rokok orang lain.
  2. Batasi konsumsi alkohol.
  3. Olahraga secara teratur dan moderat. Jangan berlebihan karena justru meningkatkan radikal bebas.
  4. Tidur cukup dan berkualitas (6-8 jam per malam).
  5. Kelola stres melalui ibadah, relaksasi, dan melakukan hobi. Selain itu stres juga harus dapat dimanfaatkan agar membuat tubuh hebat, “Stres untuk Hebat.”
  6. Gunakan tabir surya saat beraktivitas di luar ruangan.
  7. Kurangi paparan polusi dan bahan kimia, termasuk pestisida rumah tangga.
  8. Pilih makanan alami dan minim olahan, serta hindari lemak jenuh, gula berlebih, dan karbohidrat olahan.
 
Perlukah Suplemen Antioksidan
Suplemen antioksidan seperti vitamin C, E, atau selenium memang tersedia luas. Namun harus pintar-pintar:
  • Beberapa penelitian menunjukkan manfaatnya, seperti pada osteoartritis, tapi suplemen dosis tinggi bisa menjadi toksik dan malah memperburuk stres oksidatif.
  • Prioritaskan asupan dari makanan alami sebelum mempertimbangkan suplemen.
  • Jika ingin mengkonsumsi suplemen, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter Anda.
 
Kesimpulan
Stres oksidatif adalah kondisi ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan yang dapat menyebabkan kerusakan serius pada tubuh. Walaupun radikal bebas dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk fungsi fisiologis tertentu, paparan berlebihan, baik dari dalam tubuh maupun dari lingkungan, dapat merusak sel secara perlahan dan diam-diam. Kabar baiknya, dengan hidup yang lebih seimbang dan sehat, kita tidak hanya memperpanjang usia, tapi juga meningkatkan kualitas hidup setiap harinya.

©IKM 2025-06
0 Comments



Leave a Reply.

    Home >> Medical Articles >> 2025

    Medical Articles 2025

    Picture
    Lihat daftar artikel lainnya, click pada gambar

    Picture
    Maknai stres, untuk membuat hidup menjadi lebih hebat. Baca di sini.

    Bila Anda suka dengan blog ini, silakan "like" artikelnya di bagian bawah setiap artikel dan silakan menikmati artikel lainnya pada blog tahun 2023. Click di sini.

    Picture

    Author

    Dr. Indra K. Muhtadi adalah seorang Health Influencer dan konsultan pada berbagai professional training di Indonesia.

    Sebagai dokter, ia sangat piawai memberikan konsultasi kesehatan dengan bahasa ringan sehingga membuat masalah medis menjadi sesuatu yang mudah untuk dipahami.

    Click di sini untuk berkonsultasi dengan Dr. Indra

    These Blogs are written in Bahasa Indonesia. I hope these blogs can help those who search the information about the topic discussed in the radio.  Feel free to give comments and if you need an English version of the content from these blogs, please don't hesitate to contact me.

    Instagram Follow Dr. Indra on Instagram
    Follow @indrakm

    Archives

    July 2025
    June 2025
    May 2025
    April 2025
    March 2025
    February 2025
    January 2025

    Categories

    All
    Air Panas Vs. Air Dingin
    Brain Rot
    Filosofi Sehat & Sakit Dalam Perspektif Medis & Islam
    Gangguan Kepribadian Narsistik (NPD)
    Harapan Baru Melawan Penyakit Lama
    Human Metapneumovirus
    Insulin & Resistensi Insulin
    Keropos Tulang Pada Wanita Menyusui
    Kolesterol Gak Ikut Party
    Lebaran Happy
    Leptospirosis
    Makan Malam Bikin Gemuk
    Mengungkap Kekuatan Jahe
    Mitos Dan Fakta Cemilan Sehat
    Mitos Vs. Fakta
    MMPI
    Musuh Di Dalam Tubuh
    Myelodysplastic Syndrome
    Ngemil Cerdas
    Robek Ligamen Lutut - ACL (Anterior Cruciate Ligament) Tear
    Stem Cell Untuk Kecantikan
    Stres Oksidatif
    Terapi Regeneratif Sendi
    Tes Kejiwaan Pembuka Peta Kepribadian & Gangguan Mental
    Vaksin TBC Dewasa
    Wabah "Kencing Tikus"


    Saya tidak mencantumkan rujukan atau sumber dari artikel yang saya tulis, karena akan menambah panjang body dari posting-an blog-nya.
    Bila ada yang memerlukan silakan hubungi saya di contac me. Saya dengan senang hati akan menginfokannya.


    Disclaimer
    All data and statements in all articles in these blogs on this website were true at the time of writing. Some update may be required.

    The Content is not intended to be a substitute for professional medical advice, diagnosis, or treatment. Always seek the advice of your physician or other qualified health provider with any questions you may have regarding a medical condition.

    Picture
    Terima kasih untuk mendukung usaha saya dan berbagi informasi
    Thank you for supporting my effort and sharing my knowledge

    Picture

    Info graphic
    of the week

    Picture
    Leptospirosis: Wabah "Kencing Tikus" yang Perlu Diwaspadai

    Navigation:
    Back to Blog Main Page
    Back to Blog Index

Proudly powered by Weebly