Dr. Indra K. Muhtadi - "dokter plus"
  • Home
    • My Curriculum Vitae
    • Dr. Indra on Media
  • What's New
  • Health & Wellness Influencer & Motivator
    • Retirement Preparation from Health Point of View
    • Stres untuk Hebat
    • Health Topic Seminars
    • The Secret of Healthy Life Style
    • Company Health Management
    • Stop Smoking Course
    • Quality Service Excellent
    • Change Leadership Training and Self Improvement
    • Smile in Assertive Communication
    • Assertive Communication Skills
    • Employee Counseling for Productivity
    • Managerial Skills and Self Leadership Skills
    • Motivation and Job Satisfaction
  • Dr. Indra's Books
    • Book: "SEHAT untuk HEBAT"
    • Book: "STRES untuk HEBAT"
    • Book: "Revolusi Mental"
  • Blog: Medical Articles
    • Blog Index (A to Z)
    • Blog Index (by category)
    • Blog Articles: 2023
    • Blog Articles: 2022
    • Blog Articles: 2021
    • Blog Articles: 2020
    • Blog Articles: 2019
    • Blog Articles: 2018
    • Blog Articles: 2017
    • Blog Articles: 2016
    • Blog Articles: 2015
    • Blog Articles: 2014
    • Blog Articles: 2013
    • Blog Articles: 2012
    • Blog Articles: 2011
    • Blog Articles: 2010
  • Health Consultant (Praktek)
    • Location
    • Adult Vaccination
  • Health Tips Video
  • Health Calculator
    • BMI Calculator
    • Advanced BMI Calculator
    • BMI Calculator for Children
    • Ideal Body Weight Calculator
    • Exercise Calorie Calculator
    • Daily Calorie Calculator
    • Liquid Calorie Calculator
  • Health Pictures
  • My Travel and Other Blog
  • ABN Group
  • References & Partners
  • Contact Me

Topik ke-28: “Dispepsia Sindrom”

18/11/2010

0 Comments

 
Picture
Pendahuluan
Merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh atau cepat kenyang, dan sendawa. Dispepsia (familiar di masyarakat dengan istilah maag) didefinisikan sebagai rasa nyeri atau rasa tidak nyaman di sekitar garis tengah abdomen, tidak termasuk hipokondrium kiri ataupun kanan.

Jenis Yang Dibahas: Dispepsia Fungsional
Dispepsia fungsional adalah dyspepsia yang paling sering ditemukan. Kriteria diagnosisnya terdapat rasa nyeri dan tidak nyaman pada abdomen atas yang dapat menetap maupun hilang timbul selama setidaknya satu bulan.  Tapi tidak ditemukan kelainan organik pada pemeriksaan klinik, biokimia, ebdoskopi, mapun ultrasonografi.

Berdasarkan gejala yang dominan, dyspepsia fungsional dapat diklasifikasi menjadi beberapa sub grup berdasarkan keluhan/gejala yang paling dominan.
Pertama, dispepsia dengan gejala seperti ulkus atau ulcer-like dyspepsia. Pasien memperlihatkan gejala seperti ulkus kronik. Gejala khasnya, nyeri terlokalisasi di epgastrium, sembuh setelah makan ataupun pemberian antasida, timbul sebelum makan ataupun ketika lapar. Pasien juga dapat terbangun di malam hari karena nyerinya. Nyeri ulcer-like dyspepsia timbul periodik dengan relaps dan remisi.

Kedua, dispepsia tipe dismotil. Gejala karakteristiknya, rasa tidak nyaman yang diperburuk oleh makanan, rasa cepat kenyang, mual, muntah, dan kembung di abdomen atas. Ketiga, dispepsia nonspesifik atau campuran. Tipe ini timbul akibat banyaknya laporan tumpang tindih gejala antar sub grup.

Faktor Penyebab
Perubahan dan gangguan pola makanan, terutapa pada pasien usia remaja dengan penurunan berat badan yang signifikan.  Kemudian alkohol dan nikotin rokok, stress, tumor atau kanker saluran pencernaan, serta pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam waktu lama.  Obat-obatan tersebut seperti suplemen besi atau kalium, digitalis, teofilin, antibiotik oral, terutama eritromisin dan ampisilin.

Diagnosis Banding
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Umumnya, penderita penyakit ini sering melaporkan nyeri abdomen bagian atas epigastrum/uluhati yang dapat ataupun regurgitasi asam.

Irritable bowel syndrome (IBS) yang ditandai dengan nyeri abdomen (perut) yang rekuren, yang berhubungan dengan buang air besar (defekasi) yang tidak teratur dan perut kembung. Kurang lebih sepertiga pasien dispepsia fungsional memperlihatkan gejala yang sama dengan IBS. Sehingga dokter harus selalu menanyakan pola defekasi kepada pasien untuk mengetahui apakah pasien menderita dispepsia fungsional atau IBS.

Pankreatitis kronik. Gejalanya berupa nyeri abdomen atas yang hebat dan konstan. Biasanya menyebar ke belakang.

Penyakit psikiatrik juga dapat menjadi penyebab sindrom dispesia. Misalnya pada pasien gengan keluhan multisistem yang salah satunya adalah gejala di abdomen ternyata menderita depresi ataupun gangguan somatisasi.

Diabetes Mellitus (DM) dapat menyebabkan gastroparesis yang hebat sehingga timbul keluhan rasa penuh setelah makan, cepat kenyang, mual, dan muntah. Lebih jauh diabetik radikulopati pada akar saraf thoraks dapat menyebabkan nyeri abdomen bagian atas.

Gangguan metabolisme, seperti hipotiroid dan hiperkalsemia juga dapat menyebabkan nyeri abdomen bagian atas.

Penyakit jantung iskemik kadang-kadang timbul bersamaan dengan gejala nyeri abdomen bagian atas yang diinduksi oleh aktivitas fisik.

Nyeri dinding abdomen yang dapat disebabkan oleh otot yang tegang, saraf yang terjepit. Cirinya terdapat tenderness terlokalisasi yang dengan palpasi akan menimbulkan rasa nyeri dan kelembekan tersebut tidak dapat dikurangi atau dihilangkan dengan meregangkan otot-otot abdomen.

Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
Picture
Peranan Endoskopi
Melihat banyaknya penyakit dasar yang bermanifestasi dalam bentuk keluhan dispepsia, diperlukan suatu perhatian pendekatan diagnostik yang baik. Terutama untuk menyingkirkan atau menegakkan penyebab yang dapat menimbulkan morbiditas yang berat bahkan kematian. Berbagai sarana penunjang dapat dipakai untuk mencari penyebab dispepsia. Selain keadaan klinik yang ditunjang pemeriksaan laboratorium dan radiologi, pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas memegang peran yang sangat penting.

Alat endoskopi saat ini dibuat semakin lentur/ fleksibel dan diameter yang lebih kecil. Gambar yang dihasilkan makin baik memungkinkan pemeriksaan ini berlangsung dengan nyaman dan komplikasi yang sangat minim.

Penanganan
1. Diet
Makan sedikit-sedikit, banyak mengandung susu. Makanan harus lembek, mudah dicerna, tidak merangsang, dan kemungkinan dapat menetralisir HCl. Dilarang makan pedas, asam dan alkohol. Yang terpenting, merutinkan jadwal makan.

2. Antasida
Berguna untuk menetralisir HCl, mengurangi rasa nyeri. Dianjurkan dimakan diantara waktu makan. Sediaan yang suspensi lebih efektif karena kapasitas buffering leih baik dari yang tablet.

3. Golongan Antagonis Histamin H2
Seperti Simetidin, Ranitidin, Famotidin. Berfungsi menyetop produksi asam lambung

4. Antikolinergik
Menghambat inervasi saraf kolinergik posrganglionik pada otot polos dan memblokir aksi asetilkolin pada sel parietal sehingga akan mengurangi sekresi asam lambung.

5. Prokinetik
Yang sering: Metoklopramid, domperidon; yang berfungsi mengurangi rasa mual

6. Sitoprotektif
a. Golongan prostaglandin E, yang juga mempunyai sifat sebagai anti-sekretorik. Prostaglandin akan merangsang sekresi bikarbonat dan memproduksi lendir dari mukosa gastroduodenal, meningkatkan aliran darah di mukosa, serta memperbaharui sel epitel yang rusak.

b. Golongan protektif lokal, yang mampu membentuk rintangan mekanik. Mekanisme sitoprotektif meliputi; membentuk rintangan pada lapisan mukosa, merangsang sekresi bikarbonat oleh sel epitel, meningkatkan aliran darah yang adekuat. Contohnya sukralfat, adalah garam alumunium dan sukrose oktosulfat, merupakan zat yang tidak dapat diserap, yang secara klinis sangat efektif untuk membantu penyembuhan tukak serta mencegah kekambuhan.

Pencegahan
Pola makan yang normal dan teratur. Pilih makanan yang seimbang dengan kebutuhan dan jadwal makan yang teratur. Sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan yang berkadar asam tinggi, cabe, alkohol dan pantang rokok. Bila harus makan obat karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung.
0 Comments



Leave a Reply.

    Home  >> Medical Articles >> 2010

    Medical Articles 2010

    Picture
    Lihat daftar artikel lainnya, click pada gambar

    Picture
    Untuk HEBAT Anda harus SEHAT, click di sini

    Bila Anda suka dengan blog ini, silakan menikmati artikel lainnya melanjutkan ke blog tahun 2011. Click di sini.

    Picture

    Author

    Dr. Indra K. Muhtadi adalah seorang Health Influencer dan konsultan pada berbagai professional training di Indonesia.

    Selama pandemi COVID-19, Dr. Indra juga aktif sebagai New Normal Consultant (Konsultan Adaptasi Kebiasaan Baru) di beberapa perusahaan.

    Sebagai dokter, ia sangat piawai memberikan konsultasi kesehatan dengan bahasa ringan sehingga membuat masalah medis menjadi sesuatu yang mudah untuk dipahami.


    Click di sini untuk berkonsultasi secara on line dengan Dr. Indra

    These Blogs are written in Bahasa Indonesia. I hope these blogs can help those who search the information about the topic discussed in the radio.  Feel free to give comments and if you need an English version of the content from these blogs, please don't hesitate to
    contact me.


    Instagram Follow Dr. Indra on Instagram
    Follow @indrakm

    Archives

    December 2010
    November 2010

    Categories

    All
    Abdominal Pain
    Anti Oksidan
    Appendicitis
    Conjunctivitis
    Dispepsia Sindrom
    Food Additives
    Gastroenteritis
    Gerd
    Headache
    Hepatitis A
    Hepatitis B
    Herpes
    HIV-AIDS
    Hordeolum
    Manfaat Puasa
    Osteoarthritis
    Osteoporosis
    Radikal Bebas
    Rheumatoid Arthritis
    Sakit Saat Berpuasa
    Sehat Berlebaran
    Sehat Berpuasa
    Sinusitis
    Stomatitis
    Syndrome Lupus E.
    Vertigo


    Picture
    Terima kasih untuk mendukung usaha saya dan berbagi informasi
    Thank you for supporting my effort and sharing my knowledge
    Picture

    Navigation:
    Back to Blog Main Page
    Back to Blog Index
Proudly powered by Weebly