Click di sini untuk menghubungi Dr. Irma
Physical Medicine and rehabilitation, atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, adalah salah satu cabang ilmu kedokteran yang menangani penderita dengan kesulitan untuk beraktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari karena masalah-masalah medis yang dideritanya. Dokter spesialis yang menangani hal ini adalah seorang Sp.KFR (Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi). Dokter Sp.KFR dalam kesehariannya dibantu oleh paramedis khusus, yang menangani terapi fisik dan rehabilitasi. Dokter Sp.KFR juga bekerjasama dengan dokter lain, seperti dokter bedah orthopedi, dokter penyakit dalam divisi rheumatology, dokter saraf, dokter THT, dan dokter anak. Prinsipnya adalah Dokter Sp.KFR akan berusaha untuk mneningkatkan kualitas hidup pasien seoptimal mungkin.
Fakta Tentang Terapi Fisik
- Pertama diciptakan pada tahun 1894 oleh perawat-perawat di Inggris dengan membentuk Chartered Society of Physiotherapy dan sangat dirasakan fungsinya oleh para prajurit yang mengalami kecacatan dan kelumpuhan akibat Perang Dunia I .
- Ilmunya baru diajarkan di perguruan tinggi sejak tahun 1921 di AS oleh America Physical Therapy Association.
- Di Indonesia, Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi mulai dikenal di tahun 1950-an dan mulai berkembang sekitar tahun 1980-an, dengan dikirimnya dokter indonesia ke manila untuk mempelajari IKFR, dan pusat pendidikan pertama untuk dokter spesialis IKFR di buka di Universitas Indonesia.
Salah satu slogan dari terapi fisik adalah “No Pain, No Gain” atau dalam bahasa Indonesia “Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian”. Karena terkadang dalam mencapai tujuan dari terapi fisik dan rehabilitasi, dapat melalui serangkaian terapi yang harus dijalani dan tidak dalam waktu singkat diperoleh hasilnya. Selain itu, prinsip lain yang ada di bagian “If can not add years to life, we add life to years”. Maksudnya adalah, bahwa usia yang kita punya tidak mungkin untuk ditambah, karena sudah ada yang mengatur. Jadi yang bisa kita lakukan adalah memaksimalkan kualitas hidup yang kita punya dengan usia yang ada. Dalam menangani penderita, dokter Sp.KFR bekerjasama dengan team work nya yang terdiri dari Physical therapist, Speech therapist, Occupational therapist, Social Worker, Psychologist, dan Prosthetic Orthotic worker. Misalnya ada penderita yang mengalami patah tulang di daerah paha. Untuk patah tulangnya sendiri, akan dilakukan operasi oleh bedah orthopedi. Lalu, setelah operasi, agar penderita dapat berjalan seperti sebelum kecelakaan, Dokter Sp.KFR akan memberikan program latihan penguatan otot paha dan latihan berjalan pada penderita.
Tujuan Terapi Fisik
Terapi fisik ini akan memperingan hambatan dan dapat mengurangi rasa nyeri. Juga mengembalikan fungsi fisik secara optimal seperti keadaan sebelum sakit, sehingga penderita lebih merasa fit dan dapat beraktifitas kembali pada kehidupan sehari-hari. Tujuan akhir dari terapi fisik adalah membuat aktivitas keseharian penderita lebih mudah, seperti berjalan, naik turun tangga, bangun dari tempat tidur, dll. Juga bertujuan membantu proses pemulihan dari berbagai macam operasi. Pada akhirnya semua itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penderita.
Masalah Medis yang Dapat Dilakukan Terapi Fisik
- Nyeri punggung atas dan bawah
- Masalah pada tendon dan ligamen
- Osteoarthritis dan rheumatoid arthritis
- PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis)
- Cerebral palsy & Down Syndrom
- Keterlambatan perkembangan pada anak
- Gangguan pemusatan perhatian
- Peresepan dan pembuatan alat bantu berjalan
- TMJ Disorder, Vertigo, dan Spinal stenosis
- Multiple sclerosis dan Parkinson
- Pasca stroke
- Pasca kecelakaan; Traumatic Brain Injury, Spinal Cord Injury, Faktur/patah tulang --> ditangani terlebih dulu oleh bagian bedah terkait, kemudian dirujuk ke bagian Ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi).
Tempat Sarana Terapi Fisik dan Rehabilitasi
- Rumah sakit
- Klinik khusus terapi fisik
- Klinik tumbuh kembang
- Sarana olah raga
- Panti jompo
Langkah-langkah Terapi Fisik
- Pertama seorang dokter Sp.KFR akan memeriksa dan menentukan program/rencana treatment yang akan diberikan, karena semuanya sangat tergantung dari masalah medis yang diderita.
- Target pertama dari terapi fisik adalah untuk mengurangi rasa nyeri dan pembengkakan (bila ada).
- Kemudian perlahan membantu penderita untuk meningkatkan fleksibilitas, kekuatan, ketahanan, koordinasi, dan keseimbangannya.
- Terapi fisik hampir selalu terdapat latihan fisik di dalamnya seperti stretching, strengthening, dan fleksibilitas. Latihan-latihan ini selain dilakukan di sarana terapi fisik, juga harus senantiasa diulang sendiri di rumah oleh penderita.
Exercise/Latihan Fisik
Adalah latihan yang terus dilakukan oleh penderita dengan atau tanpa therapist-nya untuk memperbaiki/ meningkatkan fleksibilitas, kekuatan, koordinasi, dan ketahanan. Di dalam exercise terdapat stretching (penarikan) untuk mengurangi beban pada sendi dan strengthening untuk membantu memperkuat otot terutama otot batang tubuh, punggung, panggul, dan abdomen. Kemudian terdapat latihan beban untuk memperkuat otot. Fleksibilitas diperlukan untuk membantu melenturkan otot yang kaku, dan latihan koordinasi untuk membantu melakukan kegiatan sehari-hari dan keseimbangan baik saat diam maupun berjalan.
Manual Therapy/Terapi menggunakan tangan
Tujuannya tetap untuk menurunkan kekakuan, mengurangi nyeri dan meningkatkan fleksibilitas. Dalam manual therapy terdapat:
- Massage (Pemijatan). Yang dilakukan pada otot dan ligamen.
- Mobilization (Mobilisasi). Dengan cara menggerakkan secara perlahan gerakan seperti tarikan atau tekanan yang bisa diterapkan pada sendi, misalnya pada kasus keseleo.
- Manipulation. Berbeda dengan mobilisasi, manipulation menggunakan tekanan yang lebih keras dan secara cepat, misalnya pada kasus dislokasi.
Dingin dan Panas
1. Dingin
Dikenal dengan istilah Cold Therapy. Prinsip yang sering digunakan adalah RICE (Rest, Ice, Compression, Elevation) atau Istirahat-Es-Kompresi/Penekanan-Elevasi/Pengangkatan pada kasus cedera akut/tiba-tiba. Sering diberikan pada fase akut , yaitu 3-5 hari setelah cedera. Caranya adalah dengan menggunakan mengistirahatkan sisi tubuh yang memar, kemudian berikan ice packs yang digerakkan di daerah yang bermasalah (bukan sekedar ditempelkan) untuk menghilangkan nyeri, bengkak, dan peradangan karena cedera yang terjadi atau pada kondisi seperti arthritis, juga osteoarthritis. Dapat juga menggunakan cooling lotion atau cooling spray.
2. Panas
Panas dapat membantu melemaskan otot dan jaringan lunak dengan meningkatkan sirkulasi darah. Dilakukan pada kasus sendi yang kaku pada osteoarthritis atau karena lama tidak digerakkan. Tapi harus diingat bahwa panas akan meningkatkan pembengkakan bila digunakan dengan cara yang salah. Alat yang digunakan untuk terapi ini dikenal dengan nama Diathermy. Terapi panas dapat diberikan setelah fase akut, yaitu setelah 5 hari sampai 1 minggu setelah kejadian bengkak.
Ultrasound
Ultrasound merupakan salah satu bagian dari diathermy/ terapi panas. Menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk melemaskan dan merelaksasi otot sehingga mengurangi nyeri dan peradangan.
Hydrotherapy/Terapi Air
Terapi fisik dengan menggunakan air sekarang banyak dilakukan. Jenisnya dapat berupa latihan fisik di dalam air atau menggunakan air untuk menyembuhkan cedera pada jaringan lunak. Ini semua dapat dilakukan karena:
- Latihan dalam air mengurangi beban dan tahanan sehingga terasa lebih ringan, karena beban tubuh dibagi ke air.
- Sifat air yang dapat menyimpan/mentransfer panas
- Air dapat ditemukan dalam berbagai bentuk (cair, es, dan uap)
- Air dapat membantu peredaran darah
- Air juga bersifat membuat nyaman dan rileks pada seseorang, baik dengan cara berendam, shower, semprotan atau kompres.
Stimulasi Listrik
Menggunakan arus listrik untuk merangsang tubuh. Dengan tujuan:
- Menurunkan ambang nyeri penderita dengan menghilangkan sensasi nyeri atau merangsang tubuh memproduksi endorphins.
- Membantu otot belajar berkontraksi agar tidak kehilangan massa dan kemampuannya. Misalnya pada kasus paska stroke.
- Saat ini sedang diteliti efeknya dalam menyembuhkan luka dan tulang yang rusak.
Education/Edukasi
Tujuannya untuk memperkenalkan dan membantu penderita dengan untuk melakukan aktivitas fisik yang harus dilakukan dan yang harus ditinggalkan, yang mungkin berbeda dengan kebiasaan sebelumnya. Termasuk dalam edukasi adalah menyarankan penderita bahwa sekarang ia harus menggunakan alat bantu seperti knee-decker, brace/alat dari baja, kaki/tangan palsu, tongkat atau bahkan kursi roda. Termasuk di dalamnya edukasi untuk gerakan-gerakan fisik yang senantiasa harus dilakukannya, serta membuat lingkungan rumah agar lebih aman dan cocok untuk kondisi pendertia.
Specialized Treatments dalam Terapi Fisik
- Rehabilitasi hal yang berkaitan dengan saraf. Seperti orang pasca stroke, nyeri menjalar, kesemutan, gangguan vestibular seperti Vertigo. Pada Vertigo tujuannya agar penderita terbiasa dan beradaptasi dengan kondisi, serta melatih tubuh untuk bagaimana harus bereaksi sehingga vertigo berkurang atau hilang. Ini dapat dipelajari pada Vertigo Adaptation Exercise. Sedangkan untuk penderita pasca stroke, apabila penderita mengalami kelemahan sisi tubuh, akan dilatih kemampuan untuk kembali meningkatkan kekuatan otot , kemampuan untuk dapat melakukan kegiatan sehari-hari dan mengembalikan fungsinya ke tengah masyarakat.
- Rehabilitasi Luka. Khususnya pada luka yang luas dan dalam sehingga membutuhkan waktu lama untuk sembuh. Contohnya untuk kasus luka bakar, sengatan listrik, pasca operasi orthopedi, dll.
- Rehabilitasi Geriatri. Dikhususkan untuk orang tua yang sering terdapat gangguan seperti inkontinensia uri (tidak dapat menahan kencing) dan OAB (Over Active Bladder) di mana latihan difokuskan pada mengontrol buang air kecil. Kemudian kasus dementia, yang melatih konsentrasi serta memori semaksimal mungkin, juga kasus gangguan keseimbangan pada orang tua.
- Oncology Care. Terapi fisik bagi penderita kanker yang karena penyakitnya terdapat gangguan untuk melakukan aktivitas kesehariannya.
- Rehabilitasi Pediatric. Dalam hal ini akan dilakukan stimulasi pada anak-anak yang mengalami keterlambatan berjalan, berbicara, gangguan perhatian dan juga anak-anak yang mengalami kekakuan ditubuhnya, seperti pada kasus Cerebral Palsy karena penyakit meningitis, atau bawaan lahir.
- Rehabilitasi Muskuloskeletal. Di bagian ini difokuskan penderita yang mengalami gangguan pada tulang dan otot.
- Rehabilitasi Kardiorespirasi (penyakit jantung dan pernafasan). Pasien akan diberikan latihan yang terkait dengan kebugaran pasca dilakukannya operasi jantung, maupun pada pasien yang pernah menderita serangan jantung. Selain itu, dapat dilakukan juga cara membantu mengontrol pernafasan bila sesak, cara batuk yang benar, dan cara mengeluarkan dahak, agar pernafasan penderita penyakit yang berhubungan dengan paru-paru dapat menjadi lebih baik.

- Bila dalam menjalani aktivitas keseharian, Anda sudah merasa terhalang, terganggu, atau malah tidak bisa sama sekali; maka itu lah saatnya Anda harus mencari pertolongan ke dokter Sp.KFR dan ahli terapi fisik.
- Semakin lama ditunda, maka semakin sulit untuk menjalani terapi fisik tersebut serta semakin jauh juga harapan dari sembuh seperti sedia kala.
- Dalam melakukan terapi fisik dan rehabilitasi, diperlukan adanya waktu untuk proses penyembuhan, sehingga efek dari terapi jarang dirasakan instant, sehingga penderita harus rajin, berkemauan kuat, pantang menyerah, dan memiliki semangat tinggi.