Urin adalah produk hasil metabolisme yang akan dibuang dari tubuh manusia. Ginjal sebagai organ yang bertugas menyaring darah menghasilkan urin dan mengalirkannya melewati ureter ke kantung kencing. Kantung kencing mengembang seiring dan terisi dengan urin sampai orang yang bersangkutan buang air kecil. Pada kasus urinary incontinence (inkontinensia urin), urine lolos dari kantung kencing tanpa diperintah oleh orang yang bersangkutan.
Fakta Tentang Urinary Incontinence
- 13 juta orang di AS hidup dengan urinary incontinence.
- Terjadi pada 10-35% orang dewasa seluruh dunia, dan 30-60% pada manula.
- Lebih sering terjadi pada wanita.
- Tapi 50-70% yang mengalaminya tidak mencari pertolongan medis, dan rata-rata hidup antara 6-9 tahun sebelum akhirnya pergi ke dokter.
- Zat-zat dalam rokok dapat memperburuk kondisi urinary incontinence karena rokok merusak ginjal.
- Kopi, teh, soda, coklat, makanan pedas dan asam dapat memperberatnya.
- Dapat menyebabkan masalah higienitas dan masalah sosial bagi yang menderitanya.
- Dapat juga menimbulkan penderita beresiko mengalami kulit sekitar inguinal merah dan lecet serta dapat terjadi infeksi saluran kencing
- Normalnya, saat kantung kencing terisi dengan urin dan mulai penuh, sistem saraf yang sehat akan berespon dengan mengirim sinyal adanya keinginan untuk buang air kecil. Ini dilakukan dengan relaksasi dari otot sphincter dan kontraksi dari otot detrusor. Maka urin keluar tubuh melalui urethra.
- Pada kasus urinary incontinence; kedua otot ini kurang bekerja maksimal. Otot sphincter kurang relaksasi dan atau otot detrusor kurang berkontraksi. Dapat juga terjadi otot sphincter tanpa disadari relaksasi dan atau otot detrusor tanpa disadari berkontraksi (instability).
Jenis dan Penyebab Urinary Incontinence
1. Stress Incontinence (karena stress)
Terjadi saat stress atau aktivitas fisik seperti bersin, tertawa, bangun dari posisi duduk, dll. Masalahnya ada pada otot di daerah panggul. Seringnya terjadi pada wanita hamil, dan wanita menopause. Sering juga terjadi pada atlit yang tengah melakukan aktivitas fisik.
2. Urge Incontinence (tidak dapat menahan)
Sering juga diistilahkan sebagai overactive bladder. Faktor resikonya: pembesaran prostat, konsumsi kopi, teh, cola, coklat, dan jus buah yang asam. Bisa terjadi pada orang normal dengan OAB dan pada penderita diabetes, stroke, Alzheimer, Parkinson dan multiple sclerosis. Jenis ini tidak dapat dicegah. Sering juga tercetus karena mendengarkan suara air mengalir atau sedang bekerja dengan air.
3. Mixed Incontinence (jenis pertama dan kedua)
Terjadi karena lemahnya otot-otot yang mengontrol BAK.
4. Reflex Incontinence (karena reflex atau tidak sadar)
Terjadi karena masalah di sistem saraf pusat (otak dan tulang punggung). Sering terjadi pada pasien stroke, Alzheimer, tumor otak, trauma tulang punggung, dan multiple sclerosis. Merupakan tipe yang paling susah untuk diatasi
5. Overflow Incontinence (karena terlalu penuh)
Terjadi karena ada hambatan di saluran keluar, lemahnya otot detrusor atau ada masalah sistem syaraf. Pada pria terjadi pada kasus pembesaran prostat dan pada wanita terjadi pada prolapsed dari organ panggul (misalnya prolapsed uterus). Dapat juga terjadi pada kasus HNP dan diabetes.
6. Functional Incontinence (tidak bisa BAK karena penyakit)
Terjadi saat seseorang gagal mencapai toilet tepat waktu karena masalah fisik seperti radang sendi yang parah, lumpuh jadi tidak bisa buka celana, Alzheimer, dll.
Baca artikel lainnya di blog Dr. Indra K. Muhtadi
- Bila sering saat bersin, tertawa, atau beraktivitas fisik berat tidak terasa urin keluar.
- Bila memiliki penyakit diabetes, pembesaran prostat, pasca stroke, Alzheimer, parkinson, multiple sclerosis, HNP, atau pernah cedra tulang punggung; kemudian merasa urin sering keluar tanpa terasa.
- Bila memiliki penyakit Overactive Bladder.
- Bila sudah menderita urinary incontinence, kemudian muncul komplikasi di kulit atau infeksi saluran kemih.
Penegakan Diagnosis Urinary Incontinence
- Dokter akan memeriksa abdomen, rectum, genital, dan panggul.
- Dokter juga sering menyuruh pasien untuk batuk, melihat adakah urin yang keluar tanpa sengaja.
- Mungkin juga pasien diminta untuk membuat catatan berapa kali dan kapan saja dia BAK selama 24 jam.
- Pemeriksaan lab untuk melihat penyakit penyebab dan penyakit penyertanya.
- Serta pemeriksaan lain seperti post-void residual volume, uroflowmetry, cystometry, cystogram, cystoscopy, urethral pressure profilometry, abdominal leak point pressure, dan EMG yang tidak kita perdalam di sini.
Penanganan Urinary Incontinence
Akan amat sangat tergantung dari jenis, penyebab, serta hasil pemeriksaan yang didapat. Juga tergantung dari seberapa besar masalah ini mempengaruhi kehidupan pasien.
Dilakukan Sendiri
- Jangan menahan kencing bila sudah terasa, dan buang air kecil secara teratur misalnya 2 jam sekali.
- Melakukan Bladder training, Kegel exercise (pelvic floor exercise), Adalah latihan menahan kencing saat sedang BAK untuk beberapa saat, beberapa kali sehingga otot-otot BAK menjadi lebih kuat. Training seperti ini dapat menyembuhkan urinary incontinence sebanyak 12% dan memberikan perbaikan sampai 75% dalam 6 bulan.
- Merubah gaya hidup dengan mengurangi atau menghindari meminum kopi, teh, soda, yang asam, dan alkohol, menghindari makanan pedas, serta berhenti merokok dan menjauhi asap rokok orang lain.
- Menjaga agar tidak memiliki berat badan yang berlebih.
Menggunakan Alat Bantu
1. Pads (alas)
Menggunakan alat bantu seperti pads dan popok dapat membantu memperbaiki kualitas hidup penderita. Selain tidak terganggu secara teknis karena harus “ngompol” juga menghindari ada lecet di kulit atau pun terkena infeksi saluran kemih. Jenis-jenis pads antara lain: perlak saat tidur, pant liners, washable pants, popok dewasa, atau yang jenis kombinasi. Berbeda dengan popok pada anak, produk untuk dewasa ini lebih didisain untuk menampung urin dalam jumlah besar, mengurangi bau, dan menjaga tetap kering.
2. Uretheral Occlusive Devices
Adalah alat yang dipasang pada permukaan urethra yang bentuknya berbeda antara laki-laki dan perempuan. Berfungsi untuk merapatkan dan menekan urethra sehingga urin tidak mudah keluar. Cara ini lebih mahal dari cara pertama.
3. Urinary Incontinence Catheters
Kateter yang dipasangkan agar urin yang masuk ke dalam kantung kencing langsung keluar dan ditampung dalam kantung khusus di luar tubuh.
Dilakukan Dokter
- Dokter akan memberikan obat-obatan untuk mengatasi penyakit penyebab dan komplikasi dari pasien, sesuai dengan jenis inkontinensianya. Obat yang diberikan seperti bisa dari golongan sympathomimetic, estrogen, tricyclic antidepressant, antispasmodic, dan anticholinergic,
- Kemudian dokter bisa saja meminta pasien untuk menjalani rehabilitasi medis untuk melatih otot-otot pengontrol BAK. Pada sentra kesehatan yang canggih, rehabilitasi bisa menggunakan stimulasi listrik dengan sistem biofeedback untuk memperkuat otot panggul.
Tindakan Operasi
Tindakan operasi memiliki keberhasilan antara 75-95% untuk mengatasi masalah urinary incontinence secara lebih permanen, walau pun tidak semua dapat dilakukan tindakan operative. Sangat tergantung kepada kondisi pasien dan tingkat keseriusan masalahnya. Operasi tersebut antara lain:
1. Suprapubic Catheterization
Pemasangan kateter dengan cara operasi langsung melalui dinding perut bawah (suprapubis). Cara ini diambil bila kateter direncanakan untuk waktu yang panjang. Kateter diganti sebulan sekali.
2. Bladder Neck Suspension
Tujuannya untuk menstabilkan kantung kencing dan urethra dengan cara mengikat tendon dan ligamen untuk mensuport organ-organ panggul.
3. Cara operasi lain seperti yang tidak dibahas lebih jauh di sini seperti; Sling Procedure, Anterior Vaginal Repair, Artificial Urinary Sphincter, dan Collagen Injection.
Pencegahan Urinary Incontinence
- Urinary Incontinence dapat terjadi pada setiap orang, terutama pada manula. Untuk mencegahnya, yang terpenting adalah menghindari agar tidak terkena penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan urinary incontinence seperti yang telah di bahas di atas.
- Selain itu menghindari faktor-faktor pencetus seperti berhenti merokok dan menjauhi asap rokok orang lain. Kemudian jangan suka menahan untuk buang air kecil, serta harus menjaga kesehatan ginjal.
- Bila sudah terkena, jangan menunggu lama untuk mencari pertolongan medis, karena makin lama, akan semakin sulit untuk menanganinya.
- Bila sudah terkena, maka cobalah untuk mengurangi konsumsi zat-zat yang bersifat diuretik seperti kopi, teh, soda, minuman dan makanan asam, makanan pedas, dll.
- Bila sudah terkena, untuk meningkatkan kualitas hidup, coba lah menggunakan alat-alat bantu seperti yang sudah dibahas di atas yang dapat Anda beli bebas di toko-toko alat kesehatan dan apotek.