Mereka yang mempunyai masalah untuk mengontrol kantung kemihnya ditandai dengan susahnya bagi mereka untuk menghentikan aliran urin ketika buang air kecil. Kemudian mereka memiliki keluhan sering buang air kecil namun volumenya sedikit atau tidak puas ketika buang air kecil karena selalu terasa ada yang tersisa. Masalah ini bisa karena penyakit lain yang mendasarinya atau memang terdapat masalah pada sistem saluran kemih.
Fakta tentang Bladder Control Problem
- Walaupun inkontinensia urine yang termasuk ke dalam bladder control problem ini banyak dan sering dikeluhkan, tetapi sesungguhnya adalah suatu kelainan medis.
- Dapat dialami oleh seluruh kelompok umur dewasa, namun memang seiring dengan meningkatnya usia, persentasenya menjadi bertambah besar.
- Kurang lebih 15-30% manula yang tinggal di rumah dan 40% manula yang tinggal di panti jompo memiliki masalah ini.
- Lebih banyak terjadi pada wanita (terutama wanita manula dengan proses melahirkan sering) dan pada pria yang memiliki pembesaran prostat.
- Mereka yang memiliki bladder control problem menjadi tidak dapat terlalu beraktivitas di luar rumah, memiliki masalah sosial, sering terisolasi, bahkan ada yang sampai depresi.
- Sering diikuti dengan masalah medis lain seperti iritasi kulit di sekitar lipat paha, infeksi pada kulit, dan gangguan tidur akibat harus sering buang air kecil di tengah malam.
- Namun sayangnya banyak yang malu untuk berkonsultasi dengan dokter dan hanya berusaha untuk beradaptasi hidup dengan masalahnya.
- Ginjal menghasilkan urin sebanyak 1-1,5 liter selama 24 jam. Urin ini ditampung dalam kantung kencing (bladder) sebelum dikeluarkan.
- Walau pun bladder dapat menampung hingga 600 cc, tapi rasa ingin kencing akan datang saat bladder terisi 300 cc. Sejak terisi 300 cc, bladder mulai meregang menyebabkan syaraf di sekitarnya mengirimkan sinyal ke otak sehingga akhirnya timbul rasa ingin buang air kecil.
- Walau pun tampaknya kita dapat mengontrol kapan buang air kecil, tapi proses pengeluaran dari bladder dilakukan secara otomatis oleh dua otot yaitu detrusor yang memeras bladder dan otot sphincter membuka leher bladder.
- Saat sudah kosong, maka otot detrusor kembali melemas sementara otot sphincter berkontraksi menutup bladder.
- Kita dapat menyetop aliran urin di tengah-tengah dengan mengontraksikan otot sphincter eksternal yang mengakibatkan otot detrusor melemas dan urine berhenti mengalir.
- Bila tidak dikeluarkan lama-lama sinyal ke otak menjadi sangat banyak, bladder sangat meregang, sampai urin tidak dapat ditahan lebih lama lagi.
Penyebab Bladder Control Problem
- Infeksi saluran kemih
- Efek samping pengobatan (obat hipertensi, obat alergi, obat tidur, narkotik, obat mengandung caffeine, dll.)
- Sembelit, sehingga feses yang menyumbat pada secum menjadi penghalang aliran urin
- Kelemahan otot di bladder karena beberapa masalah medis
- Overactive bladder
- Iritasi pada bladder
- Pembesaran prostat, dll.
Faktor Resiko Bladder Control Problem
- Merokok karena dapat membuat iritasi pada bladder
- Obesitas karena dapat mengurangi kekuatan kontraksi otot termasuk otot-otot yang dipakai untuk BAK
- Sering menahan BAK karena tidak sempat atau tidak menemukan WC
- Sembelit kronis karena dapat merusak otot-otot BAK
- Diabetes karena dapat merusak syaraf-syaraf BAK
- Cedera tulang punggung karena dapat membuat kelumpuhan syaraf-syaraf BAK
- Penyakit syaraf seperti stroke, multiple sclerosis, Alzheimer, Parkinson, dll.
- Kehamilan baik saat kehamilannya mau pun sesudah melahirkan.
- Menopause
- Hysterectomy (pengangkatan rahim), dll.
Tanda dan Gejala Bladder Control Problem
- Urgensi: Harus segera BAK dan tidak tertahan
- Hesitancy: Ketika BAK, urin keluar tidak lancar
- Frekuensi: BAK menjadi lebih sering dari normal
- Dysuria: Nyeri seperti panas terbakar saat BAK
- Hematuria: Terdapat darah di dalam urin
- Nocturia: Harus sering bangun tidur untuk BAK di malam hari
- Menetes: Urin tetap menetes walau pun sudah selesai BAK
- Straining: Harus mengedan sangat kuat hanya untuk BAK.
- Ngompol: Hilang rasa ingin BAK tapi urin keluar ketika tidur di malam hari
Kapan Mencari Pertolongan Medis
- Bila memiliki tanda-tanda di atas
- Bila memiliki faktor-faktor resiko seperti di atas dan ingin mengatasi faktor resikonya
Pemeriksan tambahan untuk Diagnosis
- Urinalisis: memeriksa urin di laboratorium
- Post void residual measurement: mengukur sisa urin setelah BAK dengan dikeluarkan pakai catheter atau menggunakan USG.
- Cystoscopy: Kamera yang dimasukkan dari urethra untuk melihat kondisi bladder dari dalam.
Penanganan Bladder Control Problem
Banyak orang yang tidak mencari pertolongan medis karena menganggap yang dialaminya suatu yang biasa dan harus hidup dengan kondisi tersebut.
Dilakukan Sendiri
- Hindari makanan dan minuman yang dapat mengiritasi bladder seperti alkohol, caffeine, minum bersoda, minuman energi, yang asam-asam, dan merokok.
- Jangan minum lebih dari 2 liter dalam 24 jam.
- Buang air kecil secara teratur dengan membuat jadwal untuk BAK.
- Jangan menahan BAK bila sudah terasa dan langsung dikeluarkan sejak rangsangan awal.
- Bila tergolong obese, turunkan berat badan.
- Gunakan popok dewasa (adult diapers).
- Lalukan Kegel exercise.
Dilakukan Dokter
- Akan sangat tergantung dari penyebabnya dan mengatasi penyebab tersebut.
- Memberikan obat untuk melonggarkan otot detrusor dan mengencangkan otot sphincter.
- Terapi listrik, yaitu memberikan stimulasi listrik dengan probe yang dimasukkan melalui vagina atau rektum untuk meningkatkan tonus otot dasar panggul.
Pencegahan Bladder Control Problem
- Mencukupkan minum
- Tidak menahan keinginan BAK
- Menghindari alkohol dan merokok
- Tidak mengkonsumsi caffeine dalam jumlah besar
- Hidup sehat, sehingga terhindari dari penyakit yang dapat menjadi faktor resikonya.