Inkontinensia urin adalah kondisi saat urine terlepas atau keluar tanpa sengaja. Bukan merupakan suatu penyakit, tapi suatu gejala dari masalah yang terdapat pada saluran kemih. Saat kita ingin buang air kecil (BAK), sinyal saraf memerintahkan otot di dinding kantung kencing untuk meremas dan otot pada katup kantung kencing untuk melemas. Dengan demikian urin akan terdorong keluar. Pada kondisi inkontinensia urin, terjadi peremasan otot dinding kantung kencing dan atau pelemasan otot keran kantung kencing (otot sphincter) tanpa adanya rangsangan tadi. Sehingga urin dapat keluar tanpa sengaja. Terdapat perbedaan antara yang terjadi pada pria dan wanita, dan itu lah yang akan kita bahas di sini.
Penyebab Dasar Inkontinensia Urin
- Bila terjadi suatu kondisi otot dinding kantung kencing meremas terlalu keras.
- Bila otot sphincter rusak atau melemah.
- Bila masih terdapat sisa urin dalam kantung kencing saat telah selesai BAK.
- Bila ada yang menghalangi pada urethra.
- Walau pun lebih sering terjadi pada orang lebih tua, tapi bukan berarti suatu keniscayaan menjadi bagian dari proses penuaan. Artinya tidak harus seorang menjadi tua, kemudian mengalami inkontinensia urin.
- Masalah pada Prostat. Ketika seorang pria bertambah tua, kelenjar prostat akan tumbuh membesar dan bila pertumbuhannya tidak normal dapat menekan dan meremas urethra. Sudah pasti akan terjadi inkontinensia urin dengan tipe Urge Incontinence atau Overflow Incontinence
- Paska pengangkatan prostat (bila prostat diangkat) bukan berarti inkontinensia urine menjadi hilang. Bila pada saat pengangkatan tersebut terjadi kerusakan syaraf dari otot keran kantung kencing, juga akan mengakibatkan inkontinensia urin dengan tipe Stress Incontinence. Kondisi ini dapat bertahan hingga setahun paska pengangkatan prostat.
- Pada kasus kanker prostat, terapi radiasi juga dapat merusak syaraf pada otot keran kantung kencing, yang juga dapat menyebabkan stress incontinence.
- Infeksi. Infeksi pada prostat yang disebut prostatitis atau infeksi pada saluran kemih juga dapat menyebabkan inkontinensia urin.
Penyebab Inkontinensia Urin pada Wanita
- Kehamilan. Kehamilan membuat seluruh organ di dalam perut terdesak dan tertekan, tidak terkecuali kantung kencing. Ini akan membuat suatu kondisi inkontinensia urin. Tapi kondisi ini merupakan hal yang normal dan akan hilang setelah melahirkan.
- Karena proses melahirkan yang terlalu sering. Proses ini dapat membuat otot panggul menjadi melar sehingga tidak dapat mensuport kantung kencing secara baik. Kantung kencing menjadi turun menekan vagina. Akan sulit untuk mengencangkan otot sphincter sehingga urin sering keluar tanpa disadari. Urin akan dapat keluar sendiri ketika bersin, batuk, tertawa, berlari, olahraga, dll. Ini termasuk tipe stress incontinence.
- Hysterectomy atau pengangkatan rahim. Operasi ini merupakan operasi besar membuang organ. Bila terjadi penyulit saat proses operasi, dapat terjadi kerusakan pada syaraf yang mengontrol untuk BAK, maka dapat terjadi inkontinensia urin.
- Kenaikan berat badan. Proses terjadinya hampir sama dengan yang pertama. Seiring dengan naiknya berat badan, otot panggul melemah, kantung kencing menjadi turun menekan vagina, dan terjadi proses yang sama.
- Kebiasaan menahan kencing. Walau pun ini dapat juga terjadi pada pria, namun lebih sering terjadi pada wanita, karena wanita jauh lebih sering menahan keinginan untuk BAK. Yang terjadi kemudian adalah otot dinding kantung kencing menjadi sangat meregang sampai tidak dapat meregang lagi dan menekan urin untuk keluar. Atau terjadi iritasi akibat peregangan tadi dan menyebabkan infeksi pada saluran kemih. Setelahnya, walau pun sedang tidak penuh, urin akan mudah terdorong keluar karena sudah terjadi kerusakan pada otot kantung kencing tadi. Ini disebut juga sebagai overactive bladder.
- Kecendrungan seorang wanita jika sudah mengalami inkontinensia urin, mereka jadi mengisolasi diri karena malu, menjadi tidak aktif, dan terjadi iritasi di daerah inguinal (lipat paha). Ini mempercepat terjadinya infeksi saluran kemih yang malah memperparah kondisi inkontinensia urin tadi.
- Kondisi kesehatan secara umum atau memiliki sejarah dalam keluarga mengidap penyakit metabolisme seperti kencing manis, dll.
- Bertambahnya usia yang membuat kapasitas kantung kencing menurun dibandingkan ketika muda.
- Merokok dan sering terpapar asap rokok orang lain.
- Bronchitis yang membuat seseorang menjadi sangat sering batuk.
- Trauma atau cedera pada kantung kencing dan urethra.
- Stroke atau Parkinson’s disease.
- Batu pada kantung kencing.
- Konstipasi (sembelit).
- Konsumsi alkohol.
- Konsumsi caffeine dan minuman bersoda terlalu banyak.
- Menggunakan obat diuretic, antidepressants, sedative, narcotics, dan obat-obat diet.
Gejala Inkontinensia Urin
Gejala akan sama pada baik pada pria mau pun wanita.
- Stres incontinence: Urin keluar sedikit saat tidak diinginkan ketika batuk, tertawa, olahraga, mengangkat berat, mengedan, dll.
- Urge incontinence: Dorongan untuk BAK sangat kuat dan mendadak sehingga terkadang sudah keluar sebelum sampai ke toilet.
- Overflow incontinence. Terasa keinginan kuat untuk BAK, tapi ternyata hanya keluar sedikit. Juga disertai dengan urin yang senantiasa menetes membasahi pakaian dalam tanpa terkendali.
Penanganan Inkontinensia Urin
Akan berbeda pada pria dan wanita, dan akan berbeda pada setiap orang, tergantung dari penyebabnya, faktor pemberatnya dan jenis dari inkontinensia urinnya, dan seberapa parah sudah mengganggu kualitas hidup penderitanya. Secara garis besar penanganannya adalah: merubah gaya hidup, olahraga, fisioterapi, obat-obatan, sampai dengan tindakan operasi.
Dilakukan Sendiri
- Menangani penyakit penyerta semaksimal mungkin.
- Berhenti merokok dan jauhi asap rokok orang lain.
- Berhenti mengkonsumsi alkohol dan membatasi konsumsi caffeine serta minuman bersoda.
- Makan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi.
- Menjaga berat badan agar senantiasa normal.
- Melakukan latihan Kegel's exercise untuk memperkuat otot-otot dasar panggul.
- Secara rutin BAK, misalnya setiap 2 atau 3 jam sekali.
- Memakai popok dewasa untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Walau pun ketika sudah membaik, agar tidak terjadi suatu kondisi yang dapat memperberat inkontinensia urinnya.
Dilakukan Dokter
- Dokter pasti akan menyarankan hal-hal yang dapat Anda lakukan sendiri seperti di atas.
- Mungkin akan menjadwalkan fisioterapi agar Kegel’s exercise dapat dilakukan dengan benar.
- Akan memberikan obat-obatan baik untuk penyakit penyerta, obat-obatan mengatasi keluhan, dan obat-obatan lainnya.
- Melakukan operasi bila memang dibutuhkan (tidak di bahas di sini).
Pencegahan Inkontinensia Urin
- Menjaga diri agar terhindar dari penyakit yang dapat menyebabkannya.
- Berhenti merokok dan jauhi asap rokok orang lain.
- Makan tinggi serat agar terhindari dari sembelit.
- Berhenti mengkonsumsi alkohol.
- Mengurangi konsumsi caffeine dan minuman bersoda.
- Menjadi pribadi yang aktif secara fisik dan rutin berolahraga.
- Mengontrol berat badan agar tidak menjadi kegemukan.
- Jangan menahan-nahan keinginan untuk BAK.
- Untuk wanita: jangan terlalu sering hamil dan melahirkan.