Overactive bladder (OAB) adalah gangguan buang air kecil berupa hilangnya kontrol seseorang terhadap keinginan buang air kecilnya dan terpaksa untuk segera kencing. Ini disebabkan karena adanya kontraksi abnormal dari otot-otot pada kantung kencing (biasanya otot detrusor atau otot sphincter), yang menyebabkan secara tiba-tiba tidak dapat tertahankannya keinginan untuk buang air kecil; walau pun mungkin hanya sedikit saja urin yang terdapat dalam kantung kencingnya.
Fakta Tentang OAB
- Dapat terjadi pada semua usia, namun paling sering pada manula.
- Prevalensinya 10-20% dari seluruh populasi orang di atas 40 tahun.
- Angka kejadiannya sama antara pria dan wanita. Namun semakin meningkatnya usia, pria lebih banyak menderita OAB dari pada wanita.
- Walau pun bukan suatu kondisi yang serius, namun dapat menyebabkan rasa malu, terisolasi, rasa bersalah, dll.
- Sekitar 80% kasus OAB dapat ditangani dengan sempurna
OAB bisa disebabkan oleh infeksi saluran kencing, diabetes mellitus, obat-obatan, tumor pada kantung kencing (cystitis).
Penyakit-penyakit lain yang juga terkait dengan OAB antara lain:
- Sklerosis
- Dementia
- Trauma tulang punggung
- Obesitas
- Wanita yang sering hamil
- Operasi prostat
- Operasi pelvic
Gejala OAB
Gejalanya sangat khas; adanya rasa mendesak untuk segera buang air kecil yang tidak dapat dikontrol. Gejala awal dapat ditandai dengan frekuensi buang air kecil lebih dari 8 kali dalam 24 jam; atau terbangun malam hari lebih dari 2 kali untuk buang air kecil.
Komplikasi OAB
- Infeksi saluran kencing yang berulang
- Infeksi dan iritasi kulit di sekitar area pelvis
- Jatuh dan patah tulang pada manula karena harus sering berulang ke kamar mandi / WC
- Depresi dan isolasi sosial
Kapan Mencari Pertolongan Medis
Karena banyak gejala yang bisa saja memiliki gejala yang sama dengan OAB, maka harus diperiksa oleh dokter; hingga bisa segera memastikan kondisi yang diderita oleh pasien.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
- Diagnosis OAB ditegakkan dari keluhan dan gejala-gejala yang diderita oleh pasien.
- Ada pemeriksaan yang mungkin diperiksa; seperti pemeriksaan pelvic pada wanita dan pemeriksaan prostat pada pria.
- Kemudian pemeriksaan urine, darah dan fungsi ginjal untuk melihat adanya kemungkinan penyakit infeksi, penyakit metabolisme, kelainan fungsi ginjal, sampai dengan untuk mendeteksi adanya keganasan.
- Fungsi otot detrusor pada kantung kencing dapat diperiksa menggunakan USG dengan menghitung sisa urine yang terdapat dalam kantung kencing setelah selesai buang air kecil (post-void residual atau PVR).
Penatalaksanaan OAB
Penatalaksanaan OAB dibagi menjadi 3 kategori:
- Terapi non medis atau terapi tingkah laku
- Terapi medis
- Operasi (namun jarang dilakukan)
Dilakukan Sendiri
Umumnya ada lima langkah sbb:
- Edukasi; Pasien harus memahami benar kondisi kelainannya, gejala dan cara mengatasinya
- Gaya hidup dan modifikasi diet; Merupakan poin yang sangat penting; dengan cara membatasi minum yang berlebihan, mengurangi konsumsi kafein, minuman bersoda, dan alkohol.
- Bladder training; Mengatur jadwal buang air kecil; sehingga didapat meningkatnya kapasitas dari kantung kencing, dan meningkatkan rasa percaya diri penderita untuk dapat menahan kencingnya.
- Terapi otot bawah panggul; Melatih dan meningkatkan kekuatan dari otot bawah panggul dan otot sphincter pada kantung kencing. Dikenal dengan Kegel exercise. Dapat dilakukan antara 30 sampai 80 kali sehari
- Voiding diaries;Mencatat waktu dan banyaknya kencing.
Dilakukan oleh Dokter
- Obat yang paling sering digunakan untuk mengatasi OAB adalah anticholinergic. Obat ini bekerja dengan cara menghilangkan aktivitas dan melemaskan otot detrusor. Obat-obatannya antara lain: Oxybutynin, Tolterodine, Solifenacin, Darifenacin, Fesoterodine fumarate.
- Selain anticholinergic, juga diberikan antidepressant.
- Untuk wanita pasca menopause dapat diberikan preparat estrogen.
Pencegahan OAB
Tidak ada cara spesifik dalam mencegah terjadinya OAB pada seseorang. Namun bila muncul gejala awal seperti yang sudah diuraikan di atas, dapat langsung melakukan langkah-langkah sederhana seperti:
- Membatasi jumlah minum, terutama sebelum tidur,
- Menghindari makanan pedas, kafein, coklat, minuman bersoda, dan alkohol,
- Meningkatkan makanan beserat.