Osteoporosis adalah suatu keadaan yang ditandai dengan massa (berat) tulang yang rendah dan kerusakan pada jaringan di dalam tulang. Pada Osteoporosis, terjadi penurunan kualitas tulang dan kuantitas kepadatan tulang, padahal keduanya sangat menentukan kekuatan tulang sehingga penderita Osteoporosis mudah mengalami patah tulang atau fraktur.
Fakta Tentang Osteoporosis
- Osteoporosis dapat terjadi dan berkembang tanpa terasa nyeri atau gejala bahkan sampai tulang patah.
- Patah paling sering terjadi pada panggul, tulang punggung, iga, dan pergelangan tangan.
- Dapat terjadi pada semua usia, tapi sebagian besar terjadi pada usia > 50 tahun.
- Tingkat kepadatan tulang sampai pada puncaknya pada usia 20-25 tahun, dan akan stabil hingga usia sekitar 45 tahun.
- Laki-laki akan mengalami osteoporosis 10 tahun lebih lambat dari wanita untuk faktor resiko yang sama.
- Di Amerika Serikat 44 juta orang mempunyai kepadatan tulang yang sangat rendah. Dari jumlah ini hampir 55% berusia 55 tahun ke atas.
- Di Indonesia 2 dari 5 orang beresiko terkena osteoporosis.
Ada 2 jenis Osteoporosis:
Osteoporosis primer, merupakan jenis Osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dan ditengarai karena intake calcium yang rendah di sepanjang hidupnya.
Osteoporosis sekunder, adalah Osteoporosis yang disebabkan oleh penyakit lain, misalnya Hiperparatiroidisme, Hipertiroidisme, Diabetes Mellitus tipe 1, pemakaian obat golongan kortikosteroid dalam jangka waktu lama (biasa digunakan oleh penderita Asma), obat diuretik (biasanya digunakan oleh penderita hipertensi), obat anti konvulsan (anti kejang), dan lain-lain.
Gejala Klinis Osteoporosis
Gejalanya yang dirasakan (bila memang ada keluhan) tidak akan jauh dari tempat terjadinya patah tulang. Contohnya fraktur pada tulang belakang akan menimbulkan gejala seperti nyeri seperti diikat yang menjalar dari punggung ke sisi samping tubuh; walau pun dengan gerakan ringan seperti mengangkat kantung belanjaan.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
- Wanita kulit putih dan Asia lebih berisiko; 1 dari 2 akan mengalami osteoporosis dalam hidupnya.
- Perempuan yang berpostur kecil dan kurus beresiko lebih besar dari pada yang tidak.
- Merokok, alcohol, gaya hidup tidak aktif, beresiko lebih besar dari pada yang tidak.
- Riwayat keluarga dengan osteoporosis.
- Level sex hormone (estrogen pada wanita dan testosterone pada pria) yang rendah lebih beresiko.
- Diet rendah calcium, phosphate, dan vitamin D. Orang Indonesia konsumsi calcium harian <300 mg per hari, sementara kebutuhan manusia 1000-1200 mg per hari.
- Menggunakan obat dalam jangka panjang (steroid, diuretic, dll.)
Diagnosis Osteoporosis
Untuk melihat tingkat kepadatan tulang dan mendeteksi Osteoporosis, dapat dilakukan:
- Mengukur kepadatan tulang (bone density tests scan) menggunakan alat yang disebut Densitometer X-ray Absorptiometry (DXA). Pemeriksaannya cepat (kurang dari 15 menit), tidak nyeri dan tidak invasive.
- Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui aktivitas Remodeling tulang yaitu pemeriksaan CTx atau C-Telopeptide dan N-Mid Osteocalcin, untuk mengetahui remodeling tulang.
- Pemeriksaan penunjang untuk melihat faktor penyebab bila merupakan osteoporosis sekunder --> hormon thyroid dan gula darah.
Penanganan Osteoporosis
- Memperbaiki gaya hidup, dengan mengurangi faktor-faktor resiko di atas.
- Obat-obatan untuk mengurangi resiko terjadinya patah; seperti alendronate, raloxifane, risedronate.
- Obat yang diberikan pada wanita menopause untuk mencegah osteoporosis. Namanya teriparatide (jenis obat suntik).
- Terapi Sulih Hormon (hormon replacement therapy).
Mencegah Osteoporosis
- Selagi muda, tingkatkan kepadatan tulang dengan diet dan gaya hidup yang baik; tidak merokok, tidak minum alcohol, olahraga teratur.
- Konsumsi susu dan dairy product lainnya yang kaya akan calcium dan vitamin D.
- Stop merokok, dan jauhi asap rokok orang lain.
- Jangan menggunakan obat-obatan seperti di atas dalam waktu yang lama; konsultasikan dengan dokter Anda.