Pendahuluan
Virus Corona dari Wuhan atau yang awalnya diberi nama 2019-nCoV ini, menyebabkan penyakit pernafasan bagian bawah atau pada paru-paru yang biasa dikenal dengan pneumonia. Penyakit yang disebabkan oleh virus ini lalu diberi nama COVID-19 oleh WHO pada awal Februari 2020. Awalnya ia endemik hanya di kota Wuhan, Propinsi Hubei. Lalu meluas ke seluruh China dan ke luar China ke negara sekitar; Hong Kong, Jepang, Korea, Taiwan, dst. Sehingga kini sudah menjadi pandemi meluas ke 212 negara. Karena pandeminya saat ini masih berlangsung dan dunia masih berjuang mengatasinya, ketika Anda membaca artikel ini akan banyak perkembangan dan perubahannya.
Fakta Mengenai COVID-19
Fakta dan data di bawah ini sampai dengan 7 Mei 2020:
- Virus ini sudah menyebar di 212 negara, menginfeksi lebih dari 3.810.000 orang dengan kematian sekitar 264.000 orang (6.93%), dan kesembuhan baru sekitar 1.288.000 orang (33.81%).
- Di Indonesia sudah diperiksa 121.547 orang, 12.438 orang dinyatakan positif, 2.317 di antaranya (18.63 %) sembuh. Dengan angka kematian 895 orang yaitu sekitar 7.19% dari kasus positif atau 0.74% dari total yang diperiksa.
- Banyak obat yang sudah dicoba untuk melawan virus ini, tapi belum ada vaksin yang siap untuk mencegahnya.
- Episentrum awal pandemi ini yaitu kota Wuhan, saat ini sudah mulai recovery. Episentrum kemudian bergeser ke Eropa dan kini Amerika Serikat yang sedang babak-belur melawannya.
- Untuk melihat live update dari outbreak-nya bisa meng-akses link ini: https://www.worldometers.info/coronavirus/
Biasanya pandemi virus diberi nama berdasarkan kemungkinan tempatnya berasal seperti Spanish flu, atau berdasarkan hewan perantaranya seperti flu babi. Tapi untuk kali ini agar tidak menyudutkan masyarakat China bila nama kota Wuhan dijadikan nama virusnya, Wuhan Corona Virus diberi nama 2019-nCoV yang merupakan singkatan dari Novel Corona Virus tahun 2019. Novel berarti baru, Corona merupakan nama virus penyebabnya yang memang berbentuk seperti benda bulat yang memiliki corona (lingkaran luar), dan 2019 karena pertama kali ditemukan tahun 2019. Sementara penyakit yang disebabkan oleh 2019-nCoV ini awalnya diusulkan diberi nama SARS-CoV-2 karena kemiripan struktur genetik virusnya dengan SARS-CoV yang pertama. Tapi WHO menolaknya karena dikhawatirkan memberi kesan SARS-CoV-2 merupakan penerus pendahulunya. Akhirnya WHO memberi nama COVID-19, merupakan singkatan Corona Virus Disease (penyakit) 2019.
Corona Virus
Virus Corona merupakan virus RNA terbesar, berukuran sekitar 100-125 nm (nano meter) atau sepersepuluh-ribu dari 1 mm. Merupakan virus yang memiliki family luas dengan jenis yang banyak dan biasa terdapat pada berbagai spesies. Ditemukan pertama kali pada tahun 1950 menyebabkan bronkhitis pada ayam dan 2 varian pada manusia yang sedang terkena common cold (batuk-pilek biasa). Dua varian ini dinamai Human Corona Virus 229E dan OC43. Virus Corona biasanya menyebabkan masalah pada saluran pernafasan seperti di manusia. Tapi kalau di hewan dapat juga menyerang saluran pencernaan (di sini kita tidak membahas virus Corona yang menyerang hewan). Sebagian besar CoV yang menginfeksi manusia tidak berbahaya dan hanya menyebabkan penyakit saluran pernafasan atas ringan seperti common cold. Dan sebagian besar manusia memang akan terkena infeksi virus ini di dalam hidupnya.
Virus Corona adalah virus dengan rantai RNA tunggal yang membuatnya mudah bermutasi dan berevolusi. Sejak awal tahun 2000 sudah terdapat beberapa virus Corona yang tidak hanya menyebabkan common cold, tapi bisa sampai merenggut jiwa. Pada tahun 2003 ada SARS-CoV, tahun 2004 ada HCoV NL63, tahun 2005 ada HKU1, tahun 2012 ada MERS-CoV, dan kini SARS-CoV-2 atau COVID-19. Setiap jenis memiliki sifat dan karakteristik masing-masing seperti; karakteristik cara penularannya, lama masa inkubasinya, tingkat morbiditas (pesakitannya), tingkat mortalitas (kematian), pola mutasinya, dan karakteristik kekebalan pada tubuh manusia yang sembuh setelah terinfeksi.
Pandemi Pendahulu COVID-2019
Dunia sudah beberapa kali mengalami pandemi (wabah yang mendunia) yang disebabkan oleh virus flu dan virus Corona.
- Yang paling “bombastis” adalah Spanish flu yang terjadi pada Januari 1918 sd. Desember 1920 atau sekitar 1 abad yang lalu. Spanish flu menginfeksi sekitar 500 juta dan membunuh hampir 50 juta orang di seluruh dunia. Dari catatan pemerintah Hindia Belanda, di Indonesia setidaknya 40 ribu orang meninggal. Tingkat kematian Spanish flu sekitar 10% penderita atau sekitar 3% dari populasi dunia ketika itu. Virus penyebab Spanish flu ini adalah H1N1 dengan gen berasal dari unggas.
- Pandemi berikutnya 40 tahun kemudian adalah Asian flu di tahun 1957-1958 oleh virus H2N2 juga dari unggas. Bermula di Guizhou-China, kemudian meluas ke Singapura, membunuh hampir 4 juta orang di seluruh dunia.
- 10 tahun kemudian di 1968-1969 adalah Hong Kong flu oleh H3N2 yang merupakan mutasi dari H2N2, membunuh 1 juta orang di seluruh dunia.
- 10 tahun berjalan ada Russian flu oleh H1N1 yang sama seperti Spanish flu. Tapi kali ini sudah banyak orang yang kebal membuat angka kematian hanya sedikit.
- 34 tahun kemudian di 2002 terjadi kembali di China dan sekitarnya oleh virus yang diberi nama SARS-CoV. SARS adalah kependekan dari severe acute respiratory syndrome. Lebih dari 8.000 orang terinfeksi dengan hampir 800 kematian. Baca pada artikel lain mengenai SARS-CoV ini.
- 7 tahun kemudian pada 2009-2010 H1N1 muncul kembali, tapi kali ini merupakan virus dengan gen berasal dari babi, sehingga diberi nama swine flu atau flu babi. Berawal di Meksiko dan meluas ke 199 negara, menginfeksi 482.300 orang dengan 6.071 kematian.
- Baru 3 tahun berjalan, terjadi di Timur Tengah oleh MERS-CoV di 2012. MERS adalah singkatan dari Middle East respiratory syndrome. Pandemi terjadi pada 40 negara menyebabkan sekitar 850 kematian. Baca juga pada artikel lain mengenai MERS-CoV ini.
Virus Corona dibagi menjadi 4 kelompok besar yaitu Alpha, Beta, Gamma dan Deltacoronavirus. Virus Corona yang sampai merenggut jiwa, selalu berasal dari virus Corona yang originitasnya ada pada hewan, terutama kelelawar dan unggas. Ternyata virus Corona menyenangi vertebrata terbang yang berdarah panas sebagai host sumber gen mereka. Alpha dan Betacoronavirus berasal dari kelelawar, sementara Gamma dan Deltacoronavirus berasal dari unggas. Biasa pula dalam penularannya ke manusia CoV menggunakan intermediate host yang merupakan hewan perantara. 2019-nCoV ada dalam golongan Betacoronavirus, sama seperti MERS-CoV dan SARS-CoV, dan kali ini diduga kuat berasal dari kelelawar dengan intermediate host-nya diduga kuat adalah trenggiling. Keduanya diduga berasal dari hewan yang dijual untuk konsumsi di pasar seafood dan hewan eksotik kota Wuhan. Dugaan muncul karena kasus awal dari COVID-19 ada pada penjual di pasar tersebut yang kemudian jatuh sakit antara tanggal 12-20 Desember 2019. Pasar tersebut akhirnya ditutup, dibersihkan, sampai diyakinkan nanti bebas dari 2019-nCoV (SARS-CoV-2) ini.
Human Corona Virus
Setelah menginfeksi manusia, virus dikategorikan sebagai human Corona virus. Berikut 7 strains dari human CoV yang ada:
- Human coronavirus 229E (HCoV-229E)
- Human coronavirus OC43 (HCoV-OC43)
- Severe acute respiratory syndrome (SARS-CoV)
- Human coronavirus NL63 (HCoV-NL63 / New Haven CoV)
- Human coronavirus HKU1
- Middle East respiratory syndrome (MERS-CoV, sebelumnya dikenal dengan 2012-nCoV and HCoV-EMC)
- Dan kini COVID-19 yang disebabkan oleh SARS-CoV-2.
Virus Corona HCoV-229E, -NL63, -OC43, and -HKU1 adalah virus yang originitasnya memang pada manusia, kini terus beredar penyebab infeksi pernafasan common cold pada dewasa dan anak di seluruh dunia. Sementara tiga sisanya; SARS-CoV, MERS-CoV, dan COVID-19 menciptakan 3 kasus besar yang menjadi pandemi, originitasnya dari hewan. Ketiganya menyebabkan masalah pada saluran pernafasan bawah atau paru-paru yang dikenal dengan penyakit pneumonia atau radang paru, atau paru-paru basah. Tapi berbeda dengan bacterial pneumonia yang disebabkan oleh bakteri, untuk CoV kita belum punya obat atau vaksinnya. Direktur Jendral WHO Tedros Ghebreyesus sampai sudah mengkategorikan bahwa COVID-19 masuk ke dalam global health emergency.
Penularan Manusia ke Manusia
Human Corona virus dapat menular antar manusia melalui droplets pernafasan dari orang yang terkena ketika mereka batuk, bersin, berbicara, bahkan ketika bernafas. Bila tidak langsung terhirup, orang sehat bisa tertular dengan menyentuh benda yang terkontaminasi droplets orang sakit tadi, seperti gagang pintu, tombol lift, alat tulis, dll. Lalu tangannya menyentuh mata, hidung atau mulut. Setiap jenis virus Corona, kemampuan menularnya pun berbeda-beda, dan karena SARS-CoV-2 masih baru, para ahli sampai sekarang belum bisa memastikan berapa lama virus ini dapat bertahan di luar tubuh host. Seperti ketujuh pandemi yang disebabkan oleh virus flu dan Corona sebelumnya, diharapkan SARS-CoV-2 tidak jauh berbeda yaitu menyenangi suhu dingin dan kering, dan akan cepat mati pada tempat bersuhu panas dan/atau memiliki kelembapan yang tinggi. Dengan demikian angka paparan di Indonesia kita harapkan tidak akan setinggi negara-negara beriklim sub tropis. Berikut data update terakhir mengenai penularan antar manusia per tgl. 21 Maret dari www.worldometers.info/coronavirus/:
- Tingkat penularan (transmission rate – Ro): 1 orang menularkan ke 2 sampai 3 orang.
- Tingkat kematian (case fatality rate – CFR): 6.93%.
- Masa inkubasi (incubation period): 2-17 hari (rata-rata 10-14 hari). Tapi dari sejak sebelum menimbulkan tanda-tanda sakit pun, seorang yang tertular sudah bisa menjadi sumber penularan. Hal ini membuat penyebaran SARS-CoV-2 menjadi tambah susah untuk dibendung.
- Pasien penderita: menyerang semua usia, lebih banyak pada usia > 45 tahun dan lebih banyak menyerang pria.
- Semakin tua akan semakin tinggi angka kematian. Sebagian besar kasus kematian, sebelumnya memiliki penyakit comorbid paru kronis terkait rokok atau asma, hipertensi, penyakit jantung, kencing manis, atau kanker.
- Kematian rata-rata karena: gagal nafas dan gagal ginjal.
Tanda dan Gejala COVID-19
Biasanya CoV di manusia hanya menyebabkan gejala ringan infeksi saluran pernafasan atas (flu-like symptoms) dengan ILI (Influenza Like Illness); seperti pilek, batuk, demam, sakit kepala, dan sakit tenggorokan. Tapi 3 CoV penyebab pandemi berbeda. Pada orang yang lemah, yaitu memiliki penyakit sebelumnya (comorbid) seperti penyakit paru kronis terkait rokok atau asma, kanker, penyakit cardiovascular, hipertensi, kencing manis, penyakit lemah sistem imunitas, atau ada infeksi lain; ketiga CoV penyebab pandemi dapat berkembang menjadi infeksi saluran pernafasan bawah atau pneumonia. Gejala dominan dari COVID-19 adalah; demam, batuk, dan sulit bernafas. Sementara gejala yang lebih jarang adalah; pilek, pusing, mual dan muntah.
Kapan Mencari Pertolongan Medis
Karena COVID-19 sudah menimbulkan pandemi sementara gejalanya mirip dengan penyakit yang disebabkan oleh human CoV lainnya, maka seseorang harus segera mencari pertolongan medis bila memiliki gejala ILI (Influenza Like Illness – seperti influenza) di mana kurang dari 14 hari sebelumnya pernah:
- Bepergian ke negara lain yang sudah ada kasus positif-nya (update: www.worldometers.info/coronavirus/#countries)
- Bepergian ke lokasi atau tempat keramaian yang dicurigai ada orang dari negara berkasus positif seperti tempat wisata, acara-acara internasional, dll.
- Kontak dengan orang yang ternyata positif COVID-19.
- Bekerja di sarana pelayanan kesehatan yang menangani pasien isolasi infeksi.
Untuk diagnosis pasti dari COVID-19, harus diperiksa specimens dari saluran pernafasan dan serum dari darah, diuji mengguna-kan PCR atau real-time PCR untuk melihat keberadaan virusnya. Diagnostic test kit untuk SARS-CoV-2 sampai sekarang masih terus dikembangkan & disempurnakan. Tapi karena pemeriksaan dengan PCR ini mahal dan membutuhkan waktu lama, untuk tujuan screening bisa dilakukan pemeriksaan rapid test dengan sampel darah. Hanya saja yang diperiksa adalah antibody yang sudah dibuat oleh lymphocyte di dalam tubuh orang yang terpapar. Dan karena antibody COVID-19 paling cepat baru berhasil dibuat oleh tubuh setelah 7 hari setelah terpapar, bila hasilnya negatif rapid test harus diulang paling cepat 7 hari untuk ODP (orang dalam pengawasan) untuk memastikannya. Tapi setidaknya bila ada hasil pemeriksaan positif sementara yang bersangkutan tidak menunjukkan keluhan, ia bisa diisolasi agar tidak menjadi sumber penularan.
Penanganan COVID-19
Sampai saat artikel ini ditulis, belum ada obat spesifik untuk virus Corona, apa lagi SARS-CoV-2. Semua hal yang dapat meringankan gejala common cold (batuk/pilek biasa), dapat digunakan untuk penanganan COVID-19 seperti mencukupkan minum agar tubuh terhidrasi sempurna, minum obat penurun panas, obat penahan nyeri, obat batuk dan pilek, obat sesak, dll., sesuai kebutuhan dan keluhan yang ada. Para ilmuan juga sambil menguji beberapa obat anti-virus yang digunakan untuk penanganan Ebola dan HIV, antiviral Avigan yang biasa digunakan untuk terapi flu, serta obat anti malaria yang diberikan pada pasien COVID-19. Di China juga dikombinasikan dengan TCM (Traditional Chinese Medicine). Walaupun belum ada yang terbukti sangat efektif, minimal dapat mengurangi peradangan yang terjadi di paru-paru dan menghambat usaha virus untuk bereplikasi di dalam sel-sel host. Dengan demikian diharapkan sistem imunitas tubuh penderita memiliki kesempatan lebih besar untuk melawan virus yang sudah ada, tanpa diganggu oleh bertambahnya virus yang baru.
Dalam penanganan COVID-19, di Indonesia diterapkan pengelompokan kriteria kasus menjadi tujuh, sbb.:
- Pelaku perjalanan dari negara terjangkit. Setiap orang yang baru kembali dari negara dengan kasus positif COVID-19 yang tidak memiliki gejala, selama 14 hari harus melakukan self-monitoring di tempat tinggal masing-masing. Mereka diharuskan melakukan social distancing. Bila timbul gejala harus segera melapor dan berganti status menjadi ODP.
- Kontak erat, resiko rendah. Adalah orang tidak memiliki gejala, tapi ada riwayat kontak dengan PDP. Mereka harus melapor dan melakukan karantina di tempat tinggal masing-masing selama 14 hari. Bila timbul gejala akan berganti status menjadi ODP.
- Kontak erat, resiko tinggi. Adalah orang tidak memiliki gejala, tapi ada riwayat kontak dengan PDP yang sudah terkonfirmasi positif. Mereka harus melakukan karantina di tempat tinggal masing-masing selama 14 hari dan akan dilakukan pemeriksaan pada hari ke-1 dan ke-14.
- Orang Dalam Pemantauan atau disingkat ODP, adalah mereka yang sudah memiliki gejala dan ada riwayat bepergian ke negara lain yang memiliki kasus positif COVID-19 atau pernah kontak langsung dengan pasien yang positif COVID-19. Mereka harus mengisolasikan diri di tempat tinggal masing-masing selama 14 hari, sambil menunggu hasil pemeriksaan yang dilakukan pada hari 1 dan 2.
- Pasien Dalam Pengawasan atau disingkat PDP, adalah mereka yang memiliki gejala dan ada riwayat bepergian dari negara positif kasus COVID-19, atau ada riwayat kontak dengan pasien positif COVID-19, atau gejalanya sangat berat walaupun tanpa riwayat kontak. Mereka harus diisolasi di RS sambil menunggu hasil pemeriksaan pada hari 1 dan 2.
- Kasus probable. Mereka adalah PDP yang telah dilakukan pemeriksaan tapi hasil pemeriksaan tidak dapat disimpulkan (inconclusive). Mereka tetap akan diisolasi di RS sambil dilakukan pemeriksaan ulang dan akan dirawat sampai sembuh atau meninggal.
- Pasien terkonfirmasi. Mereka adalah PDP yang sudah terkonfirmasi positif menderita COVID-19. Mereka dirawat sesuai dengan kondisinya di ruang isolasi menggunakan protap yang ditetapkan Kementrian Kesehatan.
Vaksin 2019-nCoV
Di tahun 2002 ketika terjadi kasus SARS, para ilmuan sudah mengembangkan vaksin SARS. Walaupun belum benar-benar selesai, vaksin SARS ini dicoba sebagai preliminary clinical trials untuk mereka di kota Wuhan. Vaksin yang spesifik untuk SARS-CoV-2 sampai dengan artikel ini ditulis masih dalam tahap uji klinis (human clinical trial) oleh beberapa group peneliti. Namun tidak juga bisa langsung disebar, karena harus dievaluasi kembali kondisi outbreak saat vaksin siap untuk diproduksi masal. Kita tunggu saja.
Pencegahan COVID-19
Sehingga yang bisa diusahakan untuk mencegah terkena COVID-19 adalah berusaha agar tidak tertular dengan cara yang relatif sama dengan mencegah tertular influenza/batuk pilek biasa:
- Sebisa mungkin menghindari bepergian apa lagi ke luar negeri.
- Melakukan karantina wilayah. Di Indonesia dikenal dengan istilah PSBB (Permbatasan Sosial Berskala Besar).
- Sebisa mungkin menghindari tempat keramaian.
- Bila berada di tempat keramaian dan merasa diri sedang sakit harus menggunakan masker. Masker biasa (surgical mask) yang banyak dijual tersebut sebenarnya tidak dapat mencegah menularnya virus, tapi setidaknya dapat menghambat media droplets di mana virus berada. Masker n95 hanya dianjurkan digunakan pada ruang isolasi, karena bila digunakan sehari-hari tidak akan nyaman dan cendrung cepat dibuka; sehingga menghilangkan fungsinya.
- Masker lebih penting digunakan oleh mereka yang sudah sakit untuk tidak mudah menyebarkan penyakitnya.
- Mmenghindari bersalaman dan bersentuhan tangan dengan orang lain.
- Rajin mencuci tangan dengan cara yang benar, baik dengan sabun antiseptik atau pun cairan antiseptik.
- Jangan menyentuh muka dengan tangan, bila tangan belum dicuci.
- Bila Anda sakit, berobat dan jangan keluar rumah.
- Menjaga kesehatan secara umum dengan diet sehat, cukupkan minum, olahraga rutin dan terukur, istirahat optimal, kendalikan stres, dan memiliki hati yang bahagia. Kondisi tubuh yang sehat dan bugar memiliki daya tahan lebih kuat terhadap infeksi.
- Baca lebih jauh mengenai pencegahan COVID-19, termasuk tentang lock down dan social distancing dalam artikel lain.
Corona Virus dan Media Sosial
COVID-19 membuat orang di seluruh dunia merasa seperti telur di ujung tanduk, sehingga kepanikan terjadi. Terlihat dari membanjirnya informasi yang tidak benar atau tidak relevan beredar di media dan Internet, apa lagi di sosial media; yang merubah kekhawatiran tadi menjadi sebuah paranoid yang tidak beralasan. Pada tgl. 30 Januari, Facebook sampai menghapus semua content yang berisi teori konspirasi dan hoax mengenai SARS-CoV-2 dan COVID-19 ini. Bahkan sampai akhir Maret 2020, tidak kurang dari 200 hoax yang sudah beredar di dalam dan luar negeri. Jadi carilah sumber informasi yang lebih dapat dipercaya dan benar ditulis oleh mereka yang memiliki latar belakang keilmuannya. Bila mendapatkan chain message atau berita berantai dari media sosial, cek kembali sebelum Anda memutuskan untuk mem-viral-kannya kembali. Biarlah informasi yang salah berhenti di Anda, jangan disebarluaskan kembali. Think twice before you share.
Penutup
Singkat saja. COVID-19 masih terus dipelajari dan pandeminya pun belum selesai saat artikel ini ditulis. Mari kita berdoa bersama agar kita diberikan kesehatan dan keselamatan olah Allah SWT. Sambil kita berikhtiar semampu kita untuk melawan dan mencegah penularan penyakit baru ini. Kita bantu semua usaha pemerintah untuk mengobati mereka yang positif, membatasi penularan, dan menangani semua dampak sosio-ekonomi yang mungkin terjadi.
©IKM 2020-02 - updated 2020-05