Dr. Indra K. Muhtadi - "dokter plus"
  • Home
    • My Curriculum Vitae
    • Dr. Indra on Media
  • What's New
  • Health & Wellness Influencer & Motivator
    • Retirement Preparation from Health Point of View
    • Stres untuk Hebat
    • Health Topic Seminars
    • The Secret of Healthy Life Style
    • Company Health Management
    • Stop Smoking Course
    • Quality Service Excellent
    • Change Leadership Training and Self Improvement
    • Smile in Assertive Communication
    • Assertive Communication Skills
    • Employee Counseling for Productivity
    • Managerial Skills and Self Leadership Skills
    • Motivation and Job Satisfaction
  • Dr. Indra's Books
    • Book: "SEHAT untuk HEBAT"
    • Book: "STRES untuk HEBAT"
    • Book: "Revolusi Mental"
  • Blog: Medical Articles
    • Blog Index (A to Z)
    • Blog Index (by category)
    • Blog Articles: 2023
    • Blog Articles: 2022
    • Blog Articles: 2021
    • Blog Articles: 2020
    • Blog Articles: 2019
    • Blog Articles: 2018
    • Blog Articles: 2017
    • Blog Articles: 2016
    • Blog Articles: 2015
    • Blog Articles: 2014
    • Blog Articles: 2013
    • Blog Articles: 2012
    • Blog Articles: 2011
    • Blog Articles: 2010
  • Health Consultant (Praktek)
    • Location
    • Adult Vaccination
  • Health Tips Video
  • Health Calculator
    • BMI Calculator
    • Advanced BMI Calculator
    • BMI Calculator for Children
    • Ideal Body Weight Calculator
    • Exercise Calorie Calculator
    • Daily Calorie Calculator
    • Liquid Calorie Calculator
  • Health Pictures
  • My Travel and Other Blog
  • ABN Group
  • References & Partners
  • Contact Me

Topik ke-376: Melakukan Tes COVID-19

17/7/2020

0 Comments

 
Picture
Pendahuluan
WHO selalu menekankan bahwa agar lebih bisa menahan laju penyebaran penyakit COVID-19 (C19) suatu negara harus agresif dan proaktif melakukan tes dengan tujuan screening. Sehingga suatu kasus akan dapat cepat terdeteksi, contact tracing menjadi lebih mudah dan yang bersangkutan bisa segera mengisolasi dirinya untuk menahan penyebaran. Tes dengan tujuan screening ini menjadi semakin penting ketika diketahui sangat banyak orang yang terpapar tidak menimbulkan gejala apa-apa yang disebut sebagai asymptomatic carriers. Awalnya di Indonesia disebut sebagai OTG (Orang Tanpa Gejala), tapi sejak 13 Juli 2020 dengan Kepmenkes No. 413/2020 istilah OTG dan beberapa istilah lainnya diganti dengan penyebutan baru.
Tonton YouTube video mengenai topik ini --- Silakan untuk subscribe di channel saya:
Subscribe YouTube
Fakta Tentang Tes COVID-19
  • Masih banyak masyarakat di Indonesia yang belum memahami tentang tes C19 membuat penolakannya masih sangat tinggi.
  • Tes C19 terdiri dari tes untuk mendeteksi keberadaan virus dan tes untuk mendeteksi terbentuknya kekebalan tubuh.
  • Kedua jenis tes saling mendukung, tidak bisa dipisahkan, dan sebaiknya dilakukan keduanya.
  • Mentri Kesehatan Indonesia sampai merubah definisi atau istilah seseorang terkait dengan paparan C19 agar mempermudah pemahaman masyarakat dan memberikan kemudahan tenaga kesehatan dalam mengkategorikannya.
Kepmenkes No. 413/2020
Mentri Kesehatan Dr. Terawan Agus Putranto menerbitkan Keputusan Mentri Kesehatan No. HK.01.07/Menkes/413/2020 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian C19 pada tanggal 13 Juli 2020. Peraturan tersebut mengganti istilah orang dalam pemantauan (ODP) menjadi “Kontak Erat”, pasien dalam pengawasan (PDP) menjadi “Kasus Suspek”, dan orang tanpa gejala (OTG) menjadi “Kasus Konfirmasi Tanpa Gejala”. Di dalam artikel sebelumnya pernah dibahas bahwa sebelum Kepmenkes ini, terjadi peredaan pengertian antara OTG dan asymptomatic carrier yang dipakai di seluruh dunia. Namun dengan Kepmenkes ini pengertiannya menjadi sama, yaitu seseorang yang diperiksa dan terkonfirmasi tapi ia tidak bergejala. Selain ketiga istilah di atas, ada 5 istilah baru lagi. Berikut adalah kedelapan istilah baru tersebut:
  1. Kontak Erat. Adalah orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau konfirmasi Covid-19. Riwayat kontak yang dimaksud antara lain: (a) Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable atau kasus konfirmasi dalam radius 1 meter dan dalam jangka waktu 15 menit atau lebih. (b) Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau konfirmasi seperti bersalaman, berpegangan tangan, dll. (c) Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus probable atau konfirmasi tanpa menggunakan APD yang sesuai standar. (d) Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan penilaian risiko lokal yang ditetapkan oleh tim penyelidikan epidemiologi setempat. Pada kasus probable atau konfirmasi yang bergejala (simptomatik), untuk menemukan kontak erat periode kontak dihitung dari dua hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala. Pada kasus konfirmasi yang tidak bergejala (asimptomatik), untuk menemukan kontak erat periode kontak dihitung dari dua hari sebelum dan 14 hari setelah tanggal pengambilan spesimen kasus konfirmasi.
  2. Kasus Suspek. Adalah seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut: (a) Orang dengan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah Indonesia yang melaporkan transmisi lokal. (b) Orang dengan salah satu gejala/tanda ISPA dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi/probable C19. (c) Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang membutuhkan perawatan di rumah sakit dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.
  3. Kasus Probable. Adalah kasus suspek dengan ISPA berat atau sudah meninggal dengan gambaran klinis yang meyakinkan C19 dan belum ada hasil pemeriksaan laboratorium real time PCR (RT-PCR).
  4. Kasus Konfirmasi. Adalah seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus penyebab C19 yang dibuktikan dengan pemeriksaan RT-PCR . Kasus konfirmasi dibagi menjadi dua, yaitu: (a) Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik) dan (b) Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik)
  5. Pelaku Perjalanan. Adalah seseorang yang melakukan perjalanan dari dalam negeri (domestik) maupun luar negeri pada 14 hari terakhir.
  6. Discarded. Adalah bila memenuhi salah satu kriteria berikut: (a) Seseorang dengan status kasus suspek dengan hasil pemeriksaan RT-PCR 2 kali negatif selama dua hari berturut-turut dengan selang waktu lebih dari 24 jam. (b) Seseorang dengan status kontak erat yang telah menyelesaikan masa karantina selama 14 hari.
  7. Selesai isolasi. Adalah bila memenuhi salah satu kriteria berikut: (a) Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik) yang tidak dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR dengan ditambah 10 hari isolasi mandiri sejak pengambilan spesimen diagnosis konfirmasi. (b) Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik) yang tidak dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR dihitung 10 hari sejak tanggal onset dengan ditambah minimal tiga hari setelah tidak lagi menunjukkan gejala demam dan gangguan pernapasan. (c) Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik) yang mendapatkan hasil pemeriksaan follow up RT-PCR 1 kali negatif, dengan ditambah minimal tiga hari setelah tidak lagi menunjukkan gejala demam dan gangguan pernapasan.
  8. Kematian. Adalah kasus konfirmasi/probable C19 yang meninggal.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
Picture
Jenis-Jenis Tes untuk COVID-19
Tes untuk C19 sangat penting sekali dilakukan agar seseorang dapat segera ditentukan statusnya seperti pada Kepmenkes yang diuraikan di atas. Pada dasarnya tes untuk C19 terbagi dua yaitu tes untuk menentukan ada atau tidaknya virus pada tubuh seseorang dan tes untuk menentukan sudah tercipta atau belumnya daya tahan tubuh seseorang terhadap C19. Tes menentukan keberadaan virus dilakukan dengan pengambilan sample dengan cara swab melalui hidung (nasopharynx) atau melalui mulut (oropharynx). Hasil swab tersebut dapat diperiksa menggunakan PCR atau RT-CPR untuk mendeteksi keberadaan virus melalui DNA-nya, dapat juga diperiksa menggunakan strip rapid antigen test untuk mendeteksi keberadaan virus melalui antigen yang ada pada permukaan selnya. Sementara tes untuk menentukan keberadaan kekebalan di tubuh seseorang dilakukan dengan menggunakan sample darah yang bisa diambil dari ujung jari atau darah vena, dapat juga menggunakan sample serum yang diambil dari darah vena. Darah atau serum tersebut diperiksa dengan rapid antibody test.
 
Diperlukan Keduanya
Tes untuk mendeteksi keberadaan virus dan tes untuk mendeteksi terbentuknya antibody saling mendukung dan dibutuhkan keduanya, karena interpretasi hasil positif atau negatif (untuk keberadaan virus) dan reaktif atau non reaktif (untuk terbentuknya antibody) sangat tergantung pada kapan pemeriksaan dilakukan relatif terhadap paparan virus pada seseorang. Seandainya seseorang terpapar (lihat pada gambar di bawah), terlepas dia akan bergejala (menjadi sakit) atau tidak bergejala, virus baru bisa terdeteksi banyak dari hasil swab-nya setelah hari ke-3. Puncaknya ada pada hari ke-7 (atau hari ke-2 dari gejala muncul, bila ia bergejala). Bila yang bersangkutan ditakdirkan terbentuk antibody-nya jumlah virus perlahan akan turun lalu akan hilang pada akhir minggu ke-3 dari paparan. Sementara antibody hanya baru bisa terdeteksi pada hari ke-7 sejak gejala muncul atau hari ke-12 sejak paparan (bila ia tidak bergejala).
 
Dari uraian di atas, berarti bila kita memilih untuk melakukan rapid test antibody sebagai alat screening awal seperti di Indonesia, maka bila hasilnya reaktif setidaknya itu sudah hari 12 sejak paparan terjadi, dan virus mungkin masih ada di dalam tubuhnya sampai 10-14 hari ke dapan. Sebaliknya bila hasilnya non reaktif, selain ada kemungkinan memang ia belum terpapar, tapi bisa juga berada pada rentang waktu di bawah 12 hari dari paparan, sehingga belum dapat terdeteksi. Di sinilah pentingnya dilakukan tes ulang dalam 7-14 hari ke depan, atau dikombinasi dengan pemeriksaan swab untuk mendeteksi keberadaan virus. Dengan demikian, dapat lebih dipastikan seseorang tersebut ada pada hari keberapa ia relatif terhadap awal paparannya. Dan akan lebih mudah bagi pemerintah untuk melakukan contact tracing menjaring orang yang pernah kontak dengan yang bersangkutan tersebut.
Picture
Interpretasi Hasil
Secara sederhana, kombinasi hasil dari kedua jenis tes tersebut di atas bisa dijelaskan sbb.:
  • Bila hasil rapid test antibody (RDT antibody) non reaktif dan hasil swab negatif = Belum terpapar sama sekali.
  • Bila RDT antibody non reaktif, dan swab positif = Kasus konfirmasi tapi antibody (kekebalan) belum terbentuk.
  • Bila RDT antibody reaktif, dan swab positif = Kasus konfirmasi dan kekebalan sudah terbentuk.
  • Bila RDT antibody reaktif, dan swab negatif (diulang 2 kali) = Kasus discarded, dikatakan yang bersangkutan sudah sembuh dan sudah terdapat kekebalan di dalam tubuhnya.
Satu hal yang harus juga dimengerti, bahwa walaupun seorang sudah masuk ke dalam kategori “Kasus konfirmasi” bukan selalu berarti dirinya infeksius dan dapat menyebarkan virusnya ke orang lain. Hal ini ditegaskan oleh Dr. Abrar Karan peneliti di Brigham and Women’s Hospital and Harvard Medical School. Karena hasil PCR seseorang bisa tetap positif 9-10 hari tapi dirinya sudah tidak menularkan virusnya lagi. Bahkan pernah ditemukan hasil PCR seorang pasien masih positif sampai beberapa minggu  setelah dirinya tidak lagi bisa menularkan ke orang lain. Walaupun demikian kita tidak boleh lengah dan tetap harus mengisolasi yang bersangkutan di rumah sakit atau isolasi mandiri di rumah, tergantung protokol yang ada. Dr. Karan juga menegaskan untuk tidak terburu-buru menyimpulkan suatu kekebalan terjadi pada orang dengan antibody reaktif di tubuhnya, karena masih panjang penelitian yang harus dilakukan untuk men-support pendapat tersebut.
 
Siapa dan Kapan Harus di-Tes
Dapat kita simpulkan bahwa semakin luas cakupan pemeriksaan, akan semakin baik kita menangani penyebaran penyakit ini di tanah air. Tapi karena keterbatasan resource yang ada maka ada 3 kelompok orang yang wajib untuk diperiksa dengan tujuan screening, sbb.:
  1. Orang dengan kategori “Kontak Erat”
  2. Orang dengan kategori “Kasus Suspek”
  3. Orang dengan kategori “Pelaku Perjalanan”
Lalu ada juga kondisi di mana sekelompok orang harus diperiksa baik karena satu kondisi atau pun pemeriksaan rutin:
  1. Terdapat satu cluster penyebaran baru.
  2. Para petugas medis dan petugas garda terdepan penanganan dan pencegahan C19.
  3. Karyawan atau orang karena pekerjaannya sering kontak dengan banyak orang seperti teller bank, customer services, air crew maskapai penerbangan, pramuniaga toko, pelayan restoran, operator kendaraan umum, petugas di bandara, pelabuhan dan terminal, petugas kurir barang, pedagang di pasar, dll.
  4. Perusahaan atau kantor yang masih harus mempekerja-kan sebagian besar dari karyawannya.
 
False Negative
Karena penyakit ini masih baru, alat ujinya pun relatif baru, maka banyak yang masih harus dipelajari oleh kita sejalan dengan pandemi ini. Sebuah penelitian awal di China melaporkan bahwa false negative (atau negatif palsu) dari tes untuk C19 bisa mencapai 30%. Sebuah alat tes PCR  dan antibody biasanya dan harusnya diteliti bertahun-tahun sebelum digunakan, tapi tidak demikian halnya dengan C19. Kita tidak memiliki waktu untuk itu, dan ketersediaan tes sifatnya sangat mendesak. Namun hal ini membuat khawatir ilmuan, karena bisa saja seorang yang memiliki tes false negative berfikir dirinya benar negatif, tanpa disadari dirinya menyebarkan virus ke orang-orang di sekitarnya.
 
Penutup
Singkat saja. Sampai dengan tengah Juli 2020 ini, tidak ada yang bisa benar-benar yakin bahwa dirinya memiliki virus atau tidak, apakah dirinya sudah kebal atau belum. Sehingga yang paling bijaksana adalah menjalani protap kesehatan dengan sebaik-baiknya.

©IKM 2020-07
0 Comments



Leave a Reply.

    Home >> Medical Articles >> 2020

    Medical Articles 2020

    Picture
    Lihat daftar artikel lainnya, click pada gambar

    Picture
    Maknai stres, untuk membuat hidup menjadi lebih hebat. Baca di sini.

    Bila Anda suka dengan blog ini, silakan "like" artikelnya di bagian bawah setiap artikel dan silakan menikmati artikel lainnya pada blog tahun 2019. Click di sini.

    Picture

    Author

    Dr. Indra K. Muhtadi adalah seorang Health Influencer dan konsultan pada berbagai professional training di Indonesia.

    Selama pandemi COVID-19, Dr. Indra juga aktif sebagai New Normal Consultant (Konsultan Adaptasi Kebiasaan Baru) di beberapa perusahaan.

    Sebagai dokter, ia sangat piawai memberikan konsultasi kesehatan dengan bahasa ringan sehingga membuat masalah medis menjadi sesuatu yang mudah untuk dipahami.

    Click di sini untuk berkonsultasi dengan Dr. Indra

    These Blogs are written in Bahasa Indonesia. I hope these blogs can help those who search the information about the topic discussed in the radio.  Feel free to give comments and if you need an English version of the content from these blogs, please don't hesitate to
    contact me.


    Instagram Follow Dr. Indra on Instagram
    Follow @indrakm

    Archives

    December 2020
    November 2020
    October 2020
    September 2020
    August 2020
    July 2020
    June 2020
    May 2020
    April 2020
    March 2020
    February 2020
    January 2020

    Categories

    All
    Agar Tidak Sering Sakit
    Antara Pria & Wanita
    Batuk Pilek Biasa (Common Cold)
    Berpacu Menemukan Vaksin C19 (C19 Vaccine Race)
    COVID-19
    COVID-19 Dan UV-C
    COVID-19; To Vaccine Or Not To Vaccine
    Dewasa Muda & COVID-19
    Dewasa Muda & Diabetes
    Diabetes Pada Orang Kurus
    Diet Dan Kanker
    EVALI
    Fakta-Mitos-Hoax Seputar COVID-19
    Gagal Jantung (Heart Failure)
    Gejala Dan Deteksi Dini Kanker
    Gelaja COVID-19 Yang Tidak Biasa
    Generasi Capek; Dewasa Muda Lebih Mudah Stres
    Generasi Cuek; Dewasa Muda Lebih Mudah Sakit
    Happy Hypoxia
    Jangan Kurang Tidur Di Masa Pandemi
    Kecemasan Pada Wanita
    Kesehatan Mata Vs. Gadget (Digital Eyestrain)
    Masker Di Masa Pandemi C19
    Melakukan Tes COVID-19
    Mutasi COVID-19 Vs. Obat & Vaksin
    New Normal Era & Kesehatan Versi 3.0
    OTG (Orang Tanpa Gejala) COVID-19
    Panduan Minum Sehat
    Pencegahan COVID-19
    Penyakit Katup Jantung (Heart Valves Disease)
    Penyakit & Kondisi Comorbid COVID-19
    Serba-Serbi Datang Bulan
    Sistem Imunitas
    Teh Vs. Kopi
    Wuhan Corona Virus (2019-nCoV / COVID-19)


    Picture
    Terima kasih untuk mendukung usaha saya dan berbagi informasi
    Thank you for supporting my effort and sharing my knowledge

    Picture

    Picture of the week
    Picture
    COVID-19; To Vaccine or Not To Vaccine - Divaksin Atau Tidak

    Navigation:
    Back to Blog Main Page
    Back to Blog Index

Proudly powered by Weebly