Sejak merebaknya pandemi COVID-19 (C19) yang dimulai dari Wuhan di China, orang di seluruh dunia menjalani hidup lebih higienis. Ada yang secara suka rela karena sudah menjadi suatu kebiasaan dirinya, tapi tidak sedikit yang harus dipaksa bahkan sampai harus ditetapkan sanksi dan hukuman. Andai saja mereka yang tidak mau diajak untuk hidup lebih higienis itu tahu bahwa peran serta mereka sampai tingkat individu berpengaruh sangat besar terhadap penyebaran penyakit ini yang dimulai dari setiap lingkungan terkecil setiap orang; maka mereka sudah pasti akan mau menjalaninya. Salah satu hidup higienis tersebut adalah menggunakan masker. Dalam artikel ini kita akan membahas masker dan penggunaannya terkait dengan pandemi C19 agar tepat pemanfaatan dan cara memakainya.
- Masker bukan satu-satunya cara mencegah penularan C19, tapi merupakan salah satu cara sangat penting agar kita bisa memutus mata rantai penularannya.
- Di akhir September 2020 ini, tidak hanya di Indonesia tapi juga di seluruh dunia, sangat banyak orang yang menggunakan masker dengan cara yang salah/tidak tepat.
- Masker kain memiliki efektivitas setengahnya masker bedah dan 50 kali lebih tidak efektif dibanding masker N95.
- Menggunakan masker sangat aman dan tidak akan membuat seseorang keracunan karbon dioksida.
Pada awal pandemi C19 penggunaan masker sempat tidak direkomendasikan secara umum dan hanya untuk tenaga medis, orang sakit, dan penjaga orang sakit saja. Tapi karena jumlah asymptomatic carrier atau orang tanpa gejala (OTG) kini semakin tinggi. Maka tidak ada cara selain menganggap setiap orang kini adalah seorang OTG sehingga setiap orang wajib menggunakan masker. Hal ini dilakukan untuk menjaga kemungkinan seseorang dapat menulari penyakit C19 ke orang lain di sekitarnya. CDC (Central of Disease Control) di AS mengatakan bahwa dengan menggunakan masker dapat memberikan perlindungan ekstra yang signifikan terhadap penyebaran C19.
Masker (Face Mask)
Masker pada dasarnya bertujuan lebih untuk melindungi orang lain dari penyakit yang mungkin ditularkan oleh si pemakai masker, dibandingkan untuk melindungi diri pemakai masker dari penyakit yang mungkin ditularkan orang di sekitarnya. Hal inilah yang membuat banyak orang egois yang merasa dirinya tidak memiliki penyakit dan enggan memakai masker atau memakai masker dengan cara yang salah. Bila ternyata dirinya seorang asymptomatic carrier atau OTG (orang tanpa gejala), maka setiap kali droplets keluar dari mulut atau hidungnya ketika ia berteriak, tertawa, bersin, batuk, bahkan bicara; setiap kali itu pula dia menyebarluaskan penyakitnya pada orang di sekitarnya. Selama pandemi ini masyarakat diperkenalkan oleh beberapa jenis masker yang masing-masing memiliki fungsi spesifik dengan kelebihan dan kelemahannya. Masker-masker tersebut adalah N95 respirator, masker bedah (surgical mask), masker kain (cloth face mask), dan masker scuba serta buff.
N95 Respirator
Sebuah N95 respirator (kita sebut saja masker N95), adalah masker dengan bentuk mirip mangkok dengan tali elastis agar dapat terpasang dengan rapat pada muka pemakainya. Ada tipe yang juga dilengkapi oleh exhalation valve (katup udara) agar bernafas menjadi lebih mudah serta mengurangi rasa panas dan lembab. Masker ini memiliki nama “N” yang berasal dari NIOSH (National Institute for Occupational Safety and Health), dan “95” karena kemampuannya yang dapat menyaring 95% airborne particle (partikel yang ada di udara). Masker N95 dapat menyaring cipratan (splashes), semprotan (sprays), droplets yang besar, juga partikel-partikel kecil termasuk virus dan bakteri. Dibandingkan dengan masker lainnya, masker N95 adalah yang paling mahal dan yang paling tidak nyaman digunakan, paling pengap dan panas. Apa lagi pada model yang tidak memiliki exhalation valve dan digunakan pada ruangan yang memang sudah panas dan lembab. Tapi kelebihannya selain melindungi orang lain dari kemungkinan penyakit yang dibawa si pemakai masker, dibandingkan dengan jenis masker lainnya, masker N95 juga memberikan perlindungan paling baik bagi si pemakai masker kemungkinan tertular penyakit dari orang di sekitarnya; asalkan digunakan dengan cara yang benar agar tidak sia-sia sbb.:
- Masker N95 lebih disarankan untuk digunakan pada sarana pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan, bukan untuk penggunaan umum sehari-hari.
- Harus dipilih sesuai dengan ukuran muka calon pemakainya, karena tidak bersifat one-size-fits-all.
- Setiap kali digunakan, pemakai harus meyakinkan tidak ada celah antara tepi masker dengan kulit mukanya.
- Bagi yang memiliki jambang atau jenggot, harus dicukur agar bisa terpasang dengan rapat.
- Selama masih berada di lokasi/ruangan rawan penularan, masker tidak boleh sekalipun dibuka-pasang.
- Setelah digunakan masker sebaiknya dibuang, atau disterilkan dengan cara khusus (tidak dibahas di sini).
- Buang dengan penanganan sebagai sebuah limbah medis.
Walaupun namanya masker bedah, tapi merupakan masker yang paling disarankan untuk digunakan secara umum sehari-hari saat pandemi C19 ini, karena selain harganya yang tidak mahal, mudah ditemukan, menggunakannya pun lebih nyaman dibandingkan dengan masker N95. Masker bedah memang sedianya ditujukan untuk penggunaan para tenaga medis saat memberikan tindakan bedah. Hal ini disebabkan oleh kemampuan masker bedah untuk menyaring droplets yang keluar dari hidung atau mulut pemakai agar tersangkut di bagian dalam masker sehingga tidak berhamburan pada wilayah yang luas. Tapi saat dipakai sudah pasti selalu terdapat celah antara masker dan wajah pemakai sehingga pemakai masih bisa menghirup aerosol yang terdapat di udara. Berikut adalah tips menggunakan masker bedah selama pandemi C19:
- Gunakan hanya masker bedah saat Anda sakit atau mengurusi keluarga yang sakit, apa pun jenis sakitnya.
- Bila memiliki dua warna, selalu yang berwarna putih ada di sisi dalam dan warna lain di sisi luar; kecuali ada tulisan petunjuk khusus yang membuatnya berbeda.
- Buatlah sedemikan rupa sebaik mungkin agar tidak terdapat celah antara masker dengan muka Anda.
- Tekankan klip/kawat pada bagian hidung sebaik mungkin mengikuti contour hidung Anda, jangan sisakan celah.
- Ganti secara berkala bila digunakan lebih dari 6 jam atau bila rusak, lembab atau bau walaupun masih kurang dari 6 jam.
- Buang setelah digunakan dan jangan digunakan ulang, apa pun alasannya.
- Buang pada tempat sampah tertutup. Sebaiknya gunting di tengahnya agar tidak digunakan kembali oleh orang lain.
Masker Kain (Cloth Face Mask)
Bila tidak dapat menemukan atau memiliki masker bedah, maka pilihan berikutnya bisa menggunakan masker kain. Masker kain tentu lebih nyaman dibandingkan masker bedah, apa lagi masker C95. Tapi sudah tentu kemampuannya untuk menyaring partikel di udara ada di bawah masker bedah. Banyak yang harus dimengerti dan diperhatikan bila menggunakan masker kain agar tidak sekedar memakainya tapi tidak bermanfaat sama sekali. Berikut tuntunannya:
- Masker kain tidak untuk digunakan oleh tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan, apa lagi tempat rujukan pasien C19.
- Hindari menggunakan masker kain bila Anda sedang sakit, merawat orang sakit, atau ada teman/orang di sekitar Anda yang sedang sakit. Apa pun sakitnya.
- Hindari menggunakan masker kain pada lokasi padat orang yang sulit menjaga jarak, atau bertemu dengan orang yang datang dari daerah rawan penularan C19.
- Ukuran masker kain harus sama seperti masker bedah yang menutup dari puncak hidung sampai bawah dagu, dan samping kedua pipi.
- Tepi masker kain tidak boleh keras agar dapat menempel dengan rapat meminimalisir adanya celah antara masker dan kulit muka.
- Tidak seperti masker bedah, masker kain tidak memiliki clip/ kawat pada bagian hidung hingga berpotensi adanya celah. Usahakan agar bisa serapat mungkin.
- Uji kemampuan masker kain untuk menyaring partikel dengan meniup dengan keras saat ada api dari korek di depan mulut Anda. Bila api dapat bergoyang apa lagi mati, jangan gunakan masker kainnya; karena sudah pasti droplets akan tembus.
- Penggunaannya sama seperti masker bedah yaitu diganti 6 jam sekali, atau lebih cepat bila terasa lembab dan bau.
- Cuci dengan sabun dan air mengalir sehabis digunakan.
- Bila akan dibuang karena sudah rusak, gunting bagian tangahnya agar tidak digunakan oleh orang lain.
Masker Scuba dan Buff
Dalam pandangan medis masker scuba dan buff hanya bersifat fashion saja dan tidak efektif untuk digunakan sebagai cara pencegahan penularan C19. Karena droplets masih bisa tembus baik dari si pemakai ke orang lain, maupun sebaliknya. Menggunakan masker scuba dan buff berpotensi menciptakan rasa aman palsu sehingga membuat penyebaran C19 semakin tidak terkendali. Bila Anda tetap ingin menggunakan masker scuba atau buff harus dilapis lagi dengan masker lainnya, atau dibuat lapis dua bahkan tiga. Diuji sampai jangan ada udara yang tembus seperti menguji masker kain yang diuraikan di atas.
Menggunakan Masker Ketika Berolahraga
Bila Anda ingin berolahraga di luar rumah atau di tempat umum, yakinkan bahwa Anda benar-benar sehat dan tidak ada keluhan apa pun sama sekali. Kemudian Anda tetap harus menggunakan masker, tanpa ada alasan apa pun. Jangan egois Anda ingin sehat dengan berolahraga, tapi ternyata Anda seorang OTG dan menulari penyakitnya ke orang lain. Jenis, porsi, durasi dan frekuensi olahraga tentu saja harus dikurangi agar tidak terlalu berat bernafas menggunakan masker sambil berolahraga. Bila dananya ada, milikilah masker yang memang didisain khusus untuk olahraga yang memiliki exhaust valve (tidak dibahas dalam artikel kali ini).
Penggunaan Masker yang Sering Salah
Sampai hampir akhir tahun 2020 ini, berarti sudah hampir satu tahun pandemi C19 berjalan, masih banyak orang yang menggunakan masker dengan cara yang salah atau tidak tepat. Berikut tuntunannya:
- Jangan salah memilih jenis masker. Seperti yang diuraikan di atas, masker N95 hanya untuk tenaga medis di pusat pelayanan kesehatan, masker bedah yang harusnya lebih digunakan secara umum, masker kain hanya digunakan saat sehat dan tidak ada orang sakit di sekitar, serta jangan menggunakan masker scuba atau buff.
- Jangan salah memilih ukuran masker. Masker harus digunakan sesuai ukuran muka, jangan memaksakan menggunakan masker yang terlalu besar atau terlalu kecil. Apa pun maskernya harus menutupi dari puncak hidung sampai bawah dagu, serta kedua sisi pipi.
- Apa pun jenis maskernya, usahakan tidak ada celah antar tepi masker dengan kulit pipi untuk menghindari kebocoran.
- Jangan melepas masker ketika bicara karena masker justru harus digunakan ketika bicara, berpidato, berkhutbah, dll.
- Bila melepas masker ketika berfoto atau selfie, jangan mengeluarkan suara dan jaga jarak 2 meter dari orang lain.
- Jangan terlalu sering menyentuh masker atau memperbaiki letak pemasangan masker, tangan Anda belum tentu bersih.
- Saat melepas masker, hindari menyentuh bagian luar, atau yakinkan Anda mencuci tangan setelahnya.
Penutup
Menggunakan masker tidak nyaman, itu sudah pasti. Tapi akan lebih tidak nyaman lagi bila kita mengetahui bahwa orang yang kita cintai tertular pandemi C19 ini karena ulah kita yang enggan atau sering melepas masker. Perlu diingat juga bahwa masker hanya cara melengkapi usaha mencegah penularan C19, bukan yang utama. Yang utamanya tetap menjaga jarak, meyakinkan tangan sudah dicuci sebelum menyentuh muka, dan menjaga kesehatan sebaik-baiknya dengan menjalani 5 pilar gaya hidup sehat.
©IKM 2020-09