Walaupun tidak ada definisi yang pasti untuk dewasa muda, tapi bila Anda di tahun 2020 ini berusia antara 22 sampai 34 tahun, atau yang lahir antara tahun 1986 sampai 1998, berarti Anda bisa dikatakan termasuk golongan dewasa muda. Dan bila Anda merasa mudah sekali untuk capek atau lelah, jangan khawatir karena Anda tidak sendirian. Sebab tendensinya sekarang memang dewasa muda sering mengeluhkan capek yang berkepanjangan. Bukan hanya capek, karena banyak juga yang melaporkan memiliki stres yang berkepanjangan. Hal ini perlu diwaspadai, karena rasa capek dan stres yang berkepanjangan hanya akan berujung pada berbagai jenis penyakit, terutama penyakit-penyakit metabolisme.
- Pencarian di Google search engine untuk kata kunci ‘millennial’ dan ‘tired’ menunjukkan banyak sekali artikel (termasuk artikel ini 😊); menunjukkan bahwa generasi dewasa muda adalah “generasi capek”.
- Survey yang dilakukan di AS, melaporkan bahwa saat ini dewasa muda dua kali lebih sering merasa capek berkepanjangan dibandingkan 20 tahun yang lalu.
- Ada juga penelitian yang melaporkan bahwa generasi dewasa muda saat ini adalah generasi yang paling stres.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh American Psychological Association melaporkan bahwa penyebab utama dewasa muda kini lebih mudah stres karena sering merasa cemas dan sering kurang tidur. Di AS dan mungkin juga di kota-kota besar Indonesia, generasi muda sering sekali ‘merampas’ hak istirahat tubuhnya dengan sering sekali begadang dan mengalami kurang tidur; dengan 1001 alasan yang melatarbelakanginya. Hal ini disampaikan oleh Rebecca Robbins seorang ahli di Department of Population Health di NY University. Kekurangan tidur yang berlarut-larut ini mencetus kelelahan fisik dan mental yang bersangkutan. Salah seorang responden penelitiannya menyampaikan alasan ia sering tidur larut malam adalah karena membaca berita di media online dan media sosialnya yang tidak ada habis-habisnya. Sudahlah kurang tidur, otak dipenuhi juga oleh informasi berlebihan, membuat insomnia menjadi masalah yang timbul selanjutnya.
Teknologi ‘Menjajah’ Dewasa Muda
Generasi millennials dan dewasa muda termasuk generasi yang hidupnya ‘terjajah’ oleh teknologi. Hidupnya tidak bisa lepas dan mungkin tidak akan berfungsi bila tidak ada teknologi. Mereka bahkan ter-obsessed dengan teknolgi. 8 sampai 9 dari 10 dewasa muda yang diteliti, mengatakan mereka tertidur dalam kondisi memegang HP (cellphone). Baik itu karena membaca sesuatu, menelepon, berkirim email, bermain games, sampai mendengarkan lagu. Hal ini disampaikan oleh Pew Research Study. Selain otak menjadi sangat aktif saat sangat dekat sekali dengan waktu tidur, sinar biru (blue light) dari gadget memiliki spektrum cahaya seperti sinar matahari, sehingga membuat respon biologis otak kita berfikir bahwa itu adalah siang hari berakibat tambah menghilangkan rasa kantuk. Belum lagi kewaspadaan tinggi ketika membaca atau menyimak sesuatu dari gadget membuat emosi naik turun yang juga dapat mencetus stres.
Gaya Hidup ‘Kecepatan Tinggi’
Dewasa muda pada awal abad 21 ini cendrung memiliki gaya hidup ‘berkecepatan tinggi’ (hustle culture). Yaitu gaya hidup yang harus bergerak cepat, kalau tidak akan ketinggalan. Ketinggalan informasi, ketinggalan trend, bahkan ditinggalkan oleh rezeki. Mereka tumbuh dengan inspirasi bahwa kerja keras akan menjadikan mereka berada di depan. Belum lagi gaya hidup hedonist membuat mereka harus memiliki pemasukan (income) yang cukup untuk membiayainya. Juga ada inspirasi yang sering dikaitkan dengan generasi muda, bahwa ketika muda mereka dapat menggapai setiap mimpi dan meraih dunia. Bagi yang menelan bulat-bulat kondisi tersebut sudah tentu hidupnya akan senantiasa berada dalam kecepatan tinggi. Membuat stres karena selalu berjuang di antara harapan dan kenyataan, expectation versus reality. Suatu kondisi yang sudah pasti membuat hidup stres secara fisik dan mental.
Khawatir Terhadap Uang
Gaya hidup berkecepatan tinggi tadi ujung-ujungnya sudah pasti bagaimana cara menggapai sebanyak-banyaknya dari keinginan dan mimpi para dewasa muda. Sangat banyak dewasa muda, yang berapapun besar penghasilan mereka, tapi tetap merasa kekurangan. Tidak sedikit yang senantiasa merasa mendapatkan sedikit (under paid) dibandingkan dengan tenaga yang sudah mereka keluarkan. Mereka cendrung hidup dengan utang dan cicilan, hanya untuk mengejar agar tidak ketinggalan dari orang lain. Hal ini membuat dewasa muda berusia antara 25 sd. 24 tahun di AS rata-rata memiliki utang US$42,000. Satu faktor dominan lagi berkontribusi terhadap stres dewasa muda.
Salah Mencari Solusi
Hal yang diuraikan di atas sudah dapat dipastikan memberikan akumulasi masalah yang tidak berujung, mencetus stres yang berkepanjangan. Sayangnya dari penelitian yang dilakukan di AS, banyak generasi muda yang salah mencari solusi dari masalah yang sedang mereka hadapi (poor coping behaviors). Banyak yang mencari pelarian dengan makan sampai menderita binge eating disorder, kecanduan caffeine, alkohol, dan merokok (konvensional atau vape) kecanduan games di gadget, dan prilaku menyimpang lainnya. Solusi yang salah ini tidak memutus mata rantai masalah, malah membuat putaran ‘lingkaran setan’ masalah akan semakin bertambah kencang dan sulit untuk dihentikan. Insomnia akan tambah menjadi, rasa lelah semakin parah, dan stres akan semakin dalam yang berpotensi menjadikannya patologis, mencetus masalah kesehatan pada diri yang bersangkutan.
Baca artikel lainnya di blog Dr. Indra K. Muhtadi
Bila Anda merasa apa yang diuraikan di atas, banyak kecocokan dan kesamaannya dengan Anda, maka Anda sebaiknya mengetahui tanda dan gejala memiliki stres berlebih. Tujuannya agar segera bisa diatasi sebelum bertambah parah hingga mencetus masalah kesehatan. Walaupun ada penelitian yang melaporkan bahwa sepertiga orang dewasa mengaku memiliki stres yang tinggi dalam hidupnya, tapi porsi terbesarnya terdapat pada dewasa muda berusia 22 hingga 35 tahun. Berikut tanda dan gejala stres yang harus diwaspadai:
- Degup jantung meningkat. Atau yang disebut palpitasi. Hadirnya hormon adrenalin atau cortisol saat dalam kondisi stres akan membuat denyut jantung meningkat. Pada dewasa muda juga bisa terjadi karena tekanan darah tinggi, konsumsi tinggi caffeine, minum alkohol, dan dehidrasi.
- Berkeringat yang lebih banyak dari biasanya, atau saat orang lain tidak berkeringat. Ini adalah kondisi instan saat adrenalin atau cortisol, dua hormon stres hadir terdapat tinggi di dalam tubuh. Pada kondisi berat bisa sampai terjadi palmar atau plantar hyperhidrosis, yaitu keringat pada telapak tangan atau kaki.
- Jerawat. Jangan anggap lucu dan sepele soal jerawat yang muncul saat usia bukan remaja lagi. Karena bisa terjadi akibat ketidakseimbangan hormonal yang sering dicetus oleh stres. Tingginya hormon stres dapat menyebabkan jerawat lebih mudah muncul terutama pada pria. Belum lagi bila seorang stres, tangan cendrung lebih sering menyentuh muka, di mana tangan kita sudah tentu banyak bakterinya.
- Sakit kepala. Stres dan tingginya hormon stres juga dapat menyebabkan sakit kepala, terutama tension headache yang meluas dari kepala sampai ke tengkuk, leher dan bahu bagian atas. Bahkan stres merupakan penyebab kedua sakit kepala setelah infeksi. 45% dari kasus sakit kepala kronis ternyata disebabkan oleh stres. Sakit kepala pada dewasa muda juga bisa disebabkan oleh kurang tidur, dehidrasi dan mengkonsumsi alkohol.
- Rasa nyeri kronis. Rasa sakit di tubuh dan sendi yang kronis juga sering diasosiasikan dengan stres, terutama akibat tingginya hormon stres cortisol. Hormon ini senantiasa tinggi di dalam darah seorang yang mengalami stres berkepanjangan.
- Mudah atau sering sakit. Terutama sakit infeksi seperti infeksi saluran nafas akut atau infeksi pencernaan. Hal ini disebabkan karena stres menekan sistem imunitas dan kemampuan tubuh untuk melawan agen penyakit. 70% dari orang yang mengalami stres tinggi sering terkena penyakit infeksi saluran pernafasan. Pada dewasa muda, rendahnya sistem imunitas juga bisa disebabkan oleh diet yang buruk, kurang beraktivitas fisik, kurang tidur, dan merokok.
- Perubahan nafsu makan. 62% orang akan menjadi tambah banyak makan, tapi 38% ada yang malah sulit untuk makan bila menderita stres. Yang tambah banyak makan bisa sampai menderita binge eating disorder sementara yang sulit makan, bisa sampai menderita kekurangan gizi.
- Masalah pencernaan. Baik sembelit atau diare yang tidak bisa dicari sebab lainnya, bisa merupakan tanda adanya stres yang tinggi. Bahkan diare bisa terjadi instan ketika stres itu tiba. Pada kasus berat sampai bisa terjadi IBS (irritable bowel syndrome) dan IBS (irritable bower disease), yang ditandai dengan keluhan nyeri perut, kembung, dan diare atau sembelit. Pada dewasa muda masalah pencernaan juga bisa muncul pada diet buruk dan dehidrasi.
- Kurang tenaga dan insomnia. Dua gejala ini bisa digabungkan karena hampir selalu datang berbarengan dan sering sekali dicetus oleh stres. Biasanya insomnia datang lebih dulu lalu menyebabkan kurang tenaga yang bisa sampai terjadi chronic fatigue syndrome. Pada orang muda kurang tenaga juga bisa disebabkan oleh dehidrasi, kadar gula darah yang rendah, dan diet yang buruk.
- Menurunnya libido. Karena hormon yang membuat seseorang bergairah itu bertolak belakang dengan hormon stres, maka pada orang yang stres sering sekali dikeluhkan menurunnya sampai hilang sama sekali gairah seksnya. Tapi hal ini bisa berlaku vice versa, karena aktivitas seks yang rendah juga bisa menyebabkan stres pada seseorang. Pada dewasa muda menurunnya libido bisa juga disebabkan oleh kurang istirahat, obesitas dan gangguan hormonal.
- Depresi. Stres yang kronis akan berujung pada depresi, terutama pada dewasa muda yang masih belum berpengalaman untuk mencari hikmah dari kejadian tidak mengenakkan dalam hidupnya.
Agar Tidak Menjadi Generasi Capek
Agar tidak menjadi generasi capek, dewasa muda harus bisa menyiasatinya. Seseorang tidak bisa merubah kondisi dan kenyataan hidup dalam era dan zaman yang memang seperti ini, tapi ia bisa merubah mindset-nya agar tidak menjadi korban dari zaman tersebut, dan tidak harus jatuh ke dalam kondisi stres yang berat. Berikut beberapa tips menyiasatinya:
- Mempraktekkan pola makan atau diet yang seimbang. Apa lagi yang sudah divonis oleh dokter memiliki penyakit metabolisme saat usia masih muda. Maka harus bisa untuk mengkonsumsi makanan rendah gula, tinggi serat, dan cukup nutrisi makro dan mikro nutriennya.
- Berhenti merokok dan jauhi asap rokok orang lain, karena rokok merusak metabolisme.
- Mencukupkan minum, karena tubuh yang dehidrasi mudah menjadi lelah dan rentan terkena berbagai penyakit dalam kondisi stres.
- Rutin beraktivitas fisik dan berolahraga. Tubuh yang fit, akan jauh dari keluhan merasa capek. Tapi olahraga yang dilakukan harus olahraga yang terukur.
- Berlatih agar 20 sd. 60 menit sebelum tidur untuk mematikan atau tidak kembali memegang HP. Ingat bahwa masih ada hari esok, karena tidak akan pernah ada habisnya.
- Mandi air hangat sebelum tidur bisa menjadi pilihan agar letih hilang, dan badan merasa nyaman untuk tidur.
- Membaca buku atau kitab suci, tapi jangan yang dari HP. Bila kita membaca yang menenangkan, badan dan fikiran juga akan menjadi rileks.
- Bila stres disebabkan oleh uang, belajarlah management keuangan. Yang namanya uang itu bila sedikit bisa menjadi cukup, dan bila banyak bisa saja selalu habis.
- Carilah teman untuk berbagi. Mencurahkan dan berbagi apa yang dirasakan pada orang yang dipercaya dapat me-ngurangi beban dan membuat fikiran menjadi lebih ringan.
Penutup
Stres adalah tanda bahwa kita hidup, tidak ada orang hidup yang tidak memiliki stres. Hanya orang yang sudah mati dan orang gila yang mungkin tidak memiliki stres. Karenanya harus disiasati agar stres yang ada dalam kehidupan tidak sampai merusak dan mengganggu kesehatan. Lebih baik lagi bila stres tersebut malah bisa dimanfaatkan. Sangat disayangkan bila usia masih muda tapi tubuh sudah rusak akibat terlalu capek dan terlalu stres.
©IKM 2020-10