Kortikosteroid atau yang biasa penyebutannya disingkat steroid, merupakan obat anti inflamasi atau anti radang dan sering juga disebut sebagai “obat dewa.” Karena hampir semua keluhan nyeri dan tidak nyaman pada tubuh manusia biasanya disebabkan oleh infeksi, iritasi, dan peradangan maka dengan meminum steroid hampir semua keluhan tersebut bisa hilang atau setidaknya berkurang. Sebenarnya tubuh kita menciptakan kondisi peradangan bukan tidak ada kegunaannya. Tujuannya adalah membuat suasana siaga satu pada sistem imunitas tubuh untuk melawan yang sedang “mengganggu.” Dengan meminum steroid, maka kesiagaan tadi menjadi menurun dan dapat menjadi boomerang memperparah kondisinya. Belum lagi efek samping bila steroid digunakan dalam jangka waktu yang lama. Inilah mengapa pemberian obat kortikosteroid selalu menjadi dilema; dilema pedang bermata dua.
Kortikosteroid yang sedang kita bahas di sini dan jenis steroid anabolik, keduanya disebut sebagai “steroid,” Tapi sebenarnya tidak sama. Steroid anabolik dibuat meniru testosteron yang termasuk dalam human growth hormone. Biasa digunakan sebagai terapi sulih hormon (hormon replacement therapy) untuk gangguan pertumbuhan dan beberapa penyakit lainnya. Tetapi steroid anabolik sering disalahgunakan dalam dosis tinggi oleh para atlit dan praktek body building untuk memperbesar massa otot dan menambah kekuatan, yang disebut sebagai obat peningkat kinerja atau performance-enhancing drugs. Oleh karena itu penggunaannya dilarang dalam kompetisi olahraga dan atlit yang bersangkutan dapat terkena diskualifikasi.