Apa yang terlintas di pikiran Anda ketika pertama kali mendengar kata “karbohidrat”? Sebagian besar orang Indonesia berkemungkinan besar jawabannya adalah “nasi”. Stereotyping seperti ini membuat nasi sering menjadi kambing hitam, ketika membahas karbohidrat dan dampaknya bagi kesehatan. Sehingga membuat banyak orang yang memantang nasi dan menghindari nasi sama sekali di dalam diet (menu makanan) kesehariannya. Padahal, pertama: nasi hanya satu jenis dari berbagai jenis karbohidrat. Lalu, kedua: tidak semua jenis karbohidrat berdampak buruk bagi kesehatan, dan ketiga: kenyataan-nya tubuh kita justru sangat membutuhkan karbohidrat. Jadi jangan takut dengan karbohidrat!
Semua jenis dalam diet kita, bahkan yang “katanya” paling bagus sekalipun, bila dikonsumsi secara berlebihan menjadi berbahaya dan berdampak buruk bagi kesehatan. Jadi benar bila ada yang mengatakan karbohidrat secara general berdampak buruk bagi kesehatan, tapi dengan catatan: bila dikonsumsi secara berlebihan. Celakanya saran untuk peng-ganti ketika memantang karbohidrat justru diperbolehkan untuk dikonsumsi dalam porsi besar dan sering; yang kita tahu dari pakem di atas, bahwa bahkan pengganti tersebut bila dikonsumsi berlebihan menjadi sama berbahayanya, malah mungkin lebih berbahaya. Padahal baik karbohidrat ataupun penggantinya bila dikonsumsi sama-sama dalam porsi seimbang akan baik dan berguna bagi kesehatan.
Ketika mendapatkan informasi bahwa karbohidrat memiliki dampak buruk bagi kesehatan, informasi itu langsung ditelan bulat-bulat, dan sudah pasti nasi menjadi korban. Sering kali motif propaganda bahaya karbohidrat ini dilatar-belakangi oleh alasan bisnis, menjual produk tertentu, serta dengan tujuan mendulang traffic ke situs tertentu atau meningkatkan viewer dari positing-annya. Jenis karbohi-dratpun menjadi digeneralisasi, yang menganggap semua jenis berbahaya. Padahal secara garis besar karbohidrat terbagi 2 yaitu: karbohidrat hasil olahan (refined carbs) yang biasanya berasa manis, dan karbohidrat utuh alami (whole-food source of carbs). Refined carbs lebih berbaha-ya bila dikonsumsi berlebihan dibandingkan dengan whole-food source of carbs.
Karbohidrat Kompleks vs. Sederhana
Karbohidrat dibutuhkan oleh tubuh untuk berfungsi dengan baik. Berdasarkan panduan gizi terbaru saat ini setengah dari sumber kalori kita berasal dari karbohidrat, sebagai 1 dari 3 makronutrien dalam diet kita (dua lainnya adalah protein dan lemak). Fungsi utama karbohidrat dalam diet kita adalah sebagai sumber bahan bakar, yang dipecah sampai dalam bentuk gula. Bila lebih dari yang dibutuhkan akan disimpan dalam bentuk lemak sebagai cadangan energi. Seperti yang disinggung di atas, karbohidrat secara garis besar terbagi 2 jenis yaitu yang kompleks dan yang sederhana, atau whole dan refined.
Karbohidrat kompleks (whole) seperti nasi, gandum, oat, kacang-kacangan, dan biji-bijian masih memiliki serat alami dan kandungan nutrisi yang sangat baik bagi tubuh. Sementara karbohidrat sederhana (refined) dalam diet kita biasanya dalam bentuk makanan dan minuman manis, kueh-kuehan, dan olahan makanan lainnya yang berasal dari tepung; yang sudah tidak memiliki serat alami lagi dan sudah tidak mengandung nutrisi sehingga sangat buruk bila dikonsumsi secara berlebih. Karbohidrat sederhana juga dikatakan sebagai “empty” calories, atau kalori kosong karena hanya berisi kalori tanpa manfaat lainnya. Sebenarnya ketika banyak yang mengatakan karbohidrat itu berdampak buruk bagi kesehatan, yang dimaksud adalah karbohidrat sederhana ini. Sayangnya seluruh jenis karbohidrat juga ikut dihindari, termasuk nasi.
Nenek Moyang Kita Pengkonsumsi Karbohidrat
Selain mengkonsumsi protein dan lemak, nenek moyang kita juga mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat dalam bentuk umbi-umbian, dan biji-bijian. Karbohidrat sangat bernutrisi dan lebih dapat menghilangkan rasa lapar. Secara ilmu genetika dapat dilihat bahwa manusia memiliki ekstra salinan gen amilase, yang membantu tubuh memproduksi enzim amilase untuk mencerna karbohidrat. Ini berarti, manusia memang diciptakan Tuhan untuk mengkonsumsi karbohidrat di dalam dietnya. Selain itu, setiap sel di tubuh kita menggunakan gula sebagai bahan bakarnya, yang kita tahu bahwa gula adalah bentuk sederhana dari karbohidrat kompleks yang berasal dari whole-food source of carbs. Bahkan otak kita yang sebagian besar terbentuk dari lemak, sel-selnya membutuhkan gula sebagai bahan bakarnya.
Populasi Umur Panjang Makan Banyak Karbohidrat
Populasi yang memiliki umur panjang di dunia yang disebut “blue zone” ternyata merupakan kelompok orang yang mengkonsumsi karbohidrat kompleks yang tinggi di dalam diet mereka. Blue zone pertama berada di sebuah pulau di Jepang, yaitu Pulau Okinawa yang memiliki harapan hidup sampai 100 tahun ke atas. Diet mereka tinggi asupan karbohidrat kompleks seperti umbi-umbian, nasi, dan kacang-kacangan. Bahkan sebelum tahun 1950, 69% sumber kalori dalam diet mereka adalah umbi-umbian. Blue zone kedua adalah sebuah pulau di Yunani bernama Pulau Ikaria. Hampir 1 dari setiap 3 orang di sana bisa hidup sampai 90 tahun, dan diet mereka tinggi karbohidrat kompleks seperti kentang, roti, dan kacang-kacangan.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
Karbohidrat kompleks memang bukan merupakan sumber nutrisi esensial, tetapi jenis diet yang sangat penting dan sangat sehat. Mereka yang menghentikan asupan karbohi-drat di dalam dietnya beranggapan bahwa otak tidak memerlukan karbohidrat, karena otak juga dapat meman-faatkan keton sebagai sumber energinya. Hal ini tentunya masih menjadi bahan perdebatan panjang di kalangan para ahli gizi. Namun yang jelas sumber makanan tinggi karbohi-drat seperti nasi, gandum, biji-bijian, kacang-kacangan, dan buah-buahan sangat bervariasi dan memiliki banyak sekali manfaat bagi kesehatan. Menghentikan konsumsinya justru dapat membuat ketidakseimbangan dan berpotensi menjadi sumber masalah bagi kesehatan.
Perdebatan Asupan Karbohidrat
Akhir-akhir ini topik asupan karbohidrat di dalam diet menjadi topik debat terpanas dalam dunia ilmu gizi. Karbo-hidrat dituduh menyebabkan kenaikan berat badan, penya-kit jantung, dan banyak masalah lainnya. Memang benar bahwa makanan yang dikategorikan “junk food” seringnya memiliki karbohidrat yang tinggi, dan memang benar diet rendah karbohidrat bermanfaat untuk menurunkan berat badan, untuk penderita kencing manis, dan untuk kondisi kesehatan lainnya. Tapi perlu diingat, bahwa tidak semua karbohidrat itu sama, dan perlu dimengerti jenis karbohi-drat mana yang memang memiliki dampak buruk bagi kesehatan. Karena karbohidrat yang tinggi dalam junk food dan yang sesungguhnya berdampak buruk bagi kesehatan adalah yang berjenis refined carbs tersebut.
Tidak Semua Jenis Menyebabkan Kegemukan
Ilmuan pernah berhipotesis bahwa karbohidrat lebih me-ningkatkan resiko obesitas dibandingkan protein, karena karbohidrat menyebabkan kenaikan kadar insulin yang membuat kalori disimpan dalam bentuk lemak. Hipotesis ini dikenal dengan carbohydrate-insulin model of obesity. Padahal semua asupan berlebih nutrisi sumber kalori, yaitu: karbohidrat, protein, dan lemak merupakan resep naiknya berat badan. Lalu seiring waktu, ternyata tidak ada bukti yang meyakinkan pula untuk mendukung hipotesis tsb. Malah faktanya banyak penelitian justru melaporkan tidak ada hubungan signifikan antara asupan tinggi karbohidrat terhadap obesitas. Diet rendah karbohidrat hanya terbukti menurunkan berat badan dalam waktu singkat saja, dan lebih terlihat penurunan berat badan bila menghentikan konsumsi refined carbs. Jadi menjaga jenis karbohidrat yang dikonsumsi lebih penting untuk menurunkan berat badan.
Mengurangi Karbohidrat dan Kebugaran
Di kalangan penggemar olahraga terutama di sasana kebu-garan beredar anggapan bahwa diet rendah karbohidrat lebih baik dibandingkan diet tinggi karbohidrat dalam hal menjaga performa dan kebugaran. Perlu dimengerti bahwa hal ini adalah mitos yang sulit dihilangkan. Sudah banyak penelitian yang mematahkan anggapan tersebut, salah satunya penelitian pada atlit sepeda yang melakukan perja-lanan 100 km dengan melakukan beberapa kali sprint, tidak terbukti bahwa kelompok atlit yang sebelumnya mengkon-sumsi rendah karbohidrat lebih hebat dibandingkan kelom-pok atlit yang mengkonsumsi tinggi karbohidrat. Malah kemampuan sprint lebih baik pada kelompok yang sebe-lumnya mengkonsumsi tinggi karbohidrat. Hasil serupa juga terjadi pada atlit angkat berat dan bodybuilding. Memang diet rendah karbohidrat tidak menurunkan performa tapi ternyata juga tidak meningkatkannya.
Diet Tinggi Protein Karena Merasa Alergi Gluten
Banyak orang di negara-negara Barat kini menghentikan asupan karbohidrat kompleks sama sekali dan beralih pada diet tinggi protein karena takut alergi terhadap gluten. Gluten adalah protein yang terdapat pada gandum dan sejenisnya. Alergi gluten sebenarnya hanya terjadi pada penderita celiac disease, sebuah penyakit autoimun yang membuat mereka diare setelah mengkonsumsi gluten. Ternyata banyak yang merasa alergi gluten, sebenarnya tidak alergi terhadap gluten, melainkan terhadap fructan, sejenis serat larut air yang terdapat dalam gandum dan diberi nama FODMAPs (fermentable oligosaccharides, disaccharides, monosaccharides, and polyol). Penderitanya akan sering buang angin, diare, dan sakit perut setelah mengkonsumsinya. Kondisi alergi gluten dan FODMAPs tidak banyak di Indonesia, tetapi lucunya banyak orang di Indonesia yang ikut-ikutan menghindari gandum, bahkan menghindari seluruh karbohidrat kompleks termasuk nasi.
Bakteri dalam Pencernaan Perlu Karbohidrat
Dalam tubuh kita bukan hanya sel-sel yang membutuhkan karbohidrat, karena bakteri baik yang ada di dalam usus juga sangat membutuhkan karbohidrat. Keseimbangan jumlah bakteri baik di dalam usus ini memegang peranan penting dalam menjaga kesehatan kita, dan menekan risiko terjadinya kondisi kesehatan terkait gaya hidup. Agar bakteri baik dapat tumbuh secara baik, mereka membu-tuhkan karbohidrat sebagai sumber tenaga. Karbohidrat yang sangat baik untuk menjaga kesehatan bakteri baik dalam usus ini adalah kacang-kacangan, biji-bijian, oats, bahkan nasi yang biasa dikonsumsi orang Indonesia. Itulah sebabnya rendah asupan karbohidrat kompleks dapat meningkatkan frekuensi buang angin, tanda terjadi ketidakseimbangan bakteri baik di dalam usus.
Karbohidrat Tidak Menyebabkan Kerusakan Otak
Ada juga anggapan bahwa karbohidrat dapat menyebab-kan peradangan otak yang berbahaya. Ternyata anggapan ini tidak ada dasar ilmiahnya sama sekali, dan seperti yang dibahas sebelumnya, terlalu mengeneralisir jenis karbohi-drat. Justru biji-bijian termasuk di dalamnya nasi yang biasa kita makan, memiliki kandungan mineral tinggi yang ber-kontribusi sebagai anti peradangan. Bahkan penelitian sudah membuktikan bahwa diet Mediterranean yang tinggi asupan karbohidrat jenis biji-bijianya justru diet yang paling menurunkan risiko untuk terjadinya penyakit Alzheimer’s.
Penutup
Karbohidrat kompleks dari sumber alami, tinggi kandungan serat dan nutrisinya, serta sehat untuk tubuh kita. Justru makanan olahan banyak mengandung refined carbs atau karbohidrat sederhana yang biasanya berasa manis tidak memiliki manfaat gizi yang sama dengan yang kompleks, serta berpotensi membahayakan kesehatan bila dikonsum-si dalam jumlah yang tinggi. Maka dalam kondisi sehat, sebenarnya tidak ada alasan sama sekali untuk memantang karbohidrat kompleks dalam diet keseharian kita.
©IKM 204-01