Dopamin merupakan satu hormon di otak kita yang tidak pernah berhenti bekerja. Dopamin selalu sibuk, pada setiap hantaran sinyal saraf di otak kita terdapat peran dopamin. Karenanya tanpa dopamin, otak kita tidak akan bisa berfungsi sama sekali. Efek dopamin akan berbeda-beda dan tergantung pada jalur saraf apa perjalanan sinyal tadi berlangsung. Yang paling menarik adalah pada jalur mesolimbik (mesolimbic pathways). Karena pada jalur ini efek dopamin memberikan kita motivasi dan konsentrasi untuk melakukan sesuatu, sehingga ia dikatakan sebagai hormon motivasi. Dan pada jalur ini juga efek dopamin membuat kita bisa jatuh cinta, memiliki dorongan seksual, dan yang berperan saat kita kecanduan akan sesuatu; sehingga ia dikatakan juga sebagai hormon candu. Juga yang bertanggung jawab saat seseorang tengah merasa galau dan mellow. Pada artikel ini kita lebih membahas dopamin pada mesolimbic pathways.
Fakta Tentang Dopamin
- Dopamin selalu dikaitkan pada kasus kecanduan termasuk kecanduan berjudi, narkotika, alkohol, rokok, seks, dll.
- Merupakan hormon yang dikontrol dan dimanipulasi oleh dokter pada orang yang schizophrenia.
- Sifat feminisme pada wanita atau pada pria yang terlihat feminim juga ditentukan oleh dopamin di dalam otak mereka.
- Dopamin juga berfungsi dalam produksi ASI pada ibu yang sedang menyusui, serta memegang peran dalam fungsi ginjal dan jantung kita.
- Dopamin bisa menjadi alasan yang membedakan kita manusia dengan hewan, karena kita bisa berfikir, membuat rencana, dan mengontrol dorongan keinginan. Karena homo sapiens (manusia) adalah spesies dengan dopamin terbanyak di otaknya.
Tubuh kita mensintesis dopamin. Tapi bahan dasarnya (precursor) kita dapatkan dari sumber protein yang kita makan, suatu asam amino yang disebut dengan tyrosine. Tapi dibuat atau tidaknya dopamin oleh tubuh dari precursor tyrosine ini dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Bila seseorang kekurangan dopamin ia bisa menderita keterbelakangan mental, mencetus ADHD, Alzheimer’s, dan depresi. Sebaliknya, bila terlalu banyak seseorang dopamin dapat menderita bipolar disorder, kecanduan kronis, sampai bisa menjadi gila (schizophrenia).
Dopamin dan Kecanduan
Kecanduan adalah kesalahan fungsi dari stimulasi nafsu pada otak manusia. Kecanduan bisa terhadap suatu aktivitas seperti olah raga tertentu, menyanyi, makan dan minum, berjudi, aktivitas seksual, dll., yang pada klimaksnya yang bersangkutan merasa terpuaskan. Ini terjadi karena terdapat banyak dopamin pada keadaan klimaks tersebut. Kemudian kecanduan bisa juga terhadap suatu zat stimulan seperti kopi, narkotika, alkohol, dan tidak ketinggalan; rokok. Yang karena keberadaan zat stimulan tersebutlah terjadi peningkatan jumlah dopamin.
Kita membutuhkan dopamin untuk belajar, mengingat, termotivasi, dan berkonsterasi terhadap jalannya kehidupan. Tapi zat stimulan tadi membajak pabrik dopamin dan mengakibatkan tubuh memproduksi 5 sampai 10 kali lebih banyak dopamin. Kondisi ini membuat reseptor dopamin di otak menjadi rusak dan pada akhirnya tubuh hanya bisa berfungsi bila mendapatkan dopamin dalam jumlah banyak. Ini artinya, tanpa zat stimulan, akan terbentuk kondisi ‘kekurangan’ dopamin sehingga seorang pecandu kehilangan fungsinya untuk belajar, mengingat, termotivasi, berkonsentrasi sampai bisa menyebabkan dirinya menjadi galau dan mellow.
Kejadian yang tidak jauh berbeda terjadi pada orang yang obesitas, yang tidak dapat menekan nafsunya untuk terus makan. Bagi mereka, makanan adalah zat stimulan tersebut, yang hanya dengan keberadaan makanan baru terjadi kondisi ‘cukup’ dopamin sehingga yang bersangkutan merasa puas. Kondisi kebanjiran dopamin ini merusak reseptor dopamin sehingga tanpa adanya banyak makanan, yang bersangkutan tidak dapat berfungsi dalam hidupnya.
Dopamin adalah alasan mengapa sangat sulit meninggalkan kebiasaan buruk atau suatu kecanduan terhadap sesuatu. Saat tubuh merasa senang dengan kondisi ‘kebanjiran dopamin’ otak akan mencatat dan mengingatnya dan membuat yang bersangkutan terdorong untuk melakukannya lagi. Meninggalkan kecanduan bisa jadi sesulit menghilangkan suatu ingatan dari otak kita. Pada kasus kecanduan, dopamin tidak hanya sebagai pembawa pesan terhadap apa yang dirasakan enak, tapi juga memberi tahu otak mana hal yang penting dan harus menjadi perhatiannya. Sehingga melawan suatu kecanduan bukan sekedar niat, tapi juga proses mentransformasi tubuh, jiwa, dan hidup yang bersangkutan dengan menggantikan ‘pencetus rasa senang’ tadi dengan sesuatu yang baru, yang dapat menggantikan ‘hal penting’ yang harus diperhatikan oleh otaknya.
Baca artikel lainnya di blog Dr. Indra K. Muhtadi
Dopamin ternyata lebih dominan pada otak kiri dari pada otak kanan. Ini artinya pada hampir semua orang yang tidak kidal dan tidak terlalu banyak orang kidal, dopamin lebih berpengaruh pada hidupnya. Sisi otak kiri manusia memegang peranan untuk daya ingat, kemampuan kognitif, menyusun rencana, dan motivasi. Sementara pada otak kanan, serotonin dan norepinephrine lebih dominan, di mana otak kanan memegang peranan untuk kemampuan seni, emosi, nafsu, dan kreativitas. Artinya di sini efek dari ‘kebanjiran dopamin’ pada otak akan lebih terasa pada orang yang lebih dominan otak kirinya.
Dopamin juga ternyata lebih dominan efeknya pada pria dari pada wanita. Dopaminlah yang bertanggung jawab membuat sebagian besar pria itu lebih agresif dari pada sebagian besar wanita. Sementara wanita lebih dipengaruhi tingkah lakunya oleh serotonin dan epinephrine yang membuatnya lebih mudah untuk terbawa emosi. Inilah sebabnya mengapa kondisi dan kelainan medis terkait dopamin lebih banyak diderita pria dari pada wanita, seperti schizophrenia, ADHD, autisme, kecanduan. Sementara kelainan medis terkait emosi lebih banyak terdapat pada wanita dibandingkan pria seperti depresi, dan yang membuat sebagian besar wanita lebih mudah untuk menjadi galau dan mellow dari pada sebagian besar pria.
Bila bicara penyakit jiwa, maka pria lebih cendrung untuk menderita antisocial personality disorder, yang membuatnya menjadi sociopath, kehilangan rasa empati, impulsif, agresif, dan cendrung abusive. Penderita biasanya menjadi seorang pembunuh berantai atau kejahatan lainnya. Sementara wanita akan lebih cendrung untuk menderita borderline personality disorder, di mana penderitanya memiliki kesulitan untuk menjalin hubungan, sering menjadi histeria, dan banyak berakhir dengan kejadian bunuh diri.
Dopamin dan Jatuh Cinta
Ternyata dalam urusan jatuh cinta pun tidak terlepas dari efek dan kerja dari dopamin di otak manusia. Di sini dopamin mengontrol 3 fungsi utama yaitu nafsu seks, rasa suka terhadap lawan jenis, dan keterikatan dengan orang lain. Ini lah yang membuat kita hanya menyukai atau mencintai orang tertentu dan tidak pada orang lain atau semua orang.
Proses ini dimulai sejak masa kanak-kanak dan menciptakan rasa suka dan tidak suka yang kemudian terukir di dalam otak oleh dopamin. Pada saat usia remaja, otak manusia sudah memiliki katalog terhadap apa yang diinginkan dari seorang pasangan atau lawan jenis. Tanpa disadari, seseorang akan mencari pasangan percintaannya yang sesuai dengan katalog tersebut. Bila profile pada katalog tersebut terlalu unik atau boleh dikatakan sulit ditemukan, maka mungkin ini adalah salah satu alasan mengapa ada orang yang sangat sulit untuk jatuh cinta.
Fisik sudah tentu menjadi daya tarik utama. Tinggi atau pendek, putih atau hitam, tua atau muda, rapi atau urakan, cantik dan ganteng, dll. Tapi akhirnya sifat dasarlah yang memutuskan dua individu berlawanan jenis itu dapat cocok atau tidak, terlepas dari kelebihan dan kekurangan fisiknya. Sifat dasar yang dimiliki seseorang dapat menjadi sesuatu yang dicari pasangannya dalam ‘katalog abstrak’ yang ada di otak masing-masing, dan begitu pula sebaliknya berlaku hukum vise-versa. Bila waktunya tepat, tempatnya tepat, maka tidak sulit untuk membuat kedua individu tersebut dapat merasakan cinta, dibutuhkan dan membutuhkan.
Penutup
Dopamin. Hormon yang ada di otak kita, hormon yang kita butuhkan pada setiap tindakan kita, pada setiap apa yang kita fikirkan dan rasakan, dan yang mengatur bagaimana kita bersikap terhadap apa yang terjadi di sekeliling kita. Homo sapiens atau manusia adalah satu-satunya spesies di alam maya pada ini yang memiliki dopamin terbanyak pada otaknya. Hormon inilah yang membedakan kita terhadap spesies lain yang tidak memiliki akal dan rasionalitas. Hormon ini pula yang membuat kita dapat merasakan cinta. Semisteri-misterinya cinta, ternyata ilmu kedokteran dapat memberikan penjelasan faktual, yaitu karena keberadaan dopamin. Tidak seperti spesies lain yang hanya memenuhi kebutuhan reproduksi agar spesiesnya terhindar dari kepunahan.
Tapi keberadaan hormon ini harus dijaga. Berikut adalah cara agar dopamin senantiasa optimal di otak kita, namun tidak sampai membuat kerusakan:
- Senantiasalah merasa bergairah dalam kehidupan, termasuk terhadap hal-hal yang kecil. Rasa gairah akan memancing dopamin keluar dan membuat kita termotivasi dalam hidup.
- Carilah hobi yang dapat membuat kita senantiasa bersemangat dalam melakukannya. Bila kita bersemangat dopamin akan senantiasa hadir untuk membuat kita lebih dapat bekonsentrasi.
- Hindari stimulan, terutama yang bersifat addictive, seperti narkotba, alkohol dan rokok. Stimulan seperti narkoba, alkohol, dan rokok hanya akan menipu otak kita akan sensasi rasa senang dan sensasi rasa puas. Bahkan reseptor dopamin bisa menjadi rusak dan membuat tubuh membutuhkan dopamin lebih banyak hanya untuk sekedar merasa puas dan senang. Mudah untuk dikatakan, sulit untuk dilakukan. Tapi tidak ada cara lain selain mencoba memulainya dari sekarang dan membuat hidup lebih bermakna dan bermanfaat. Cari lah cara-cara pengganti pemancing dopamin seperti dengan berolah raga, pergi berlibur, atau lebih mendekatkan diri kepada yang Maha Kuasa.