Istilah Bell’s palsy diambil dari nama seorang ahli bedah berkebangsaan Inggris Sir Charles Bell, yang pertama kali mendefinisikan kondisi tersebut. Bell’s palsy dikenal juga dengan facial palsy yang dalam bahasa Indonesianya adalah kelemahan atau kelumpuhan otot muka. Biasanya terjadi pada satu sisi, terjadi secara tiba-tiba dan merupakan kondisi sementara yang terjadi karena inflamasi atau peradangan syaraf muka yang mengontrol otot-otot di daerah muka. Akibatnya otot muka yang bermasalah menjadi jatuh. Selain mempengaruhi otot muka, peradangan pada syaraf muka ini juga mempengaruhi indra perasa, sistim air mata, dan sistim air ludah, serta menyebabkan keluhan-keluhan lainnya.
Fakta Tentang Bell’s Palsy
- Syaraf muka adalah syaraf yang paling sering menderita kejadian lemah atau lumpuh.
- Banyak masalah kesehatan yang dapat menyebabkan kelemahan dan kelumpuhan otot muka, sehingga bila alasan spesifik tidak ditemukan, barulah ditegakkan diagnosis Bell’s palsy.
- Kejadian Bell’s palsy sama antara laki-laki dan perempuan, dan sama pada semua ras di dunia.
- Dapat terjadi pada seluruh kelompok umur, namun lebih sering terjadi pada orang dewasa.
- Bell’s palsy sering diperkirakan sebagai serangan stroke oleh penderitanya, yang sebenarnya tidak ada hubungan sama sekali antara Bell’s Palsy dan stroke.
- Banyak artis Hollywood yang diduga menderita Bell’s palsy yang terlihat dari foto-foto mereka.
- Penyebab langsung biasanya tidak diketahui. Tapi pencetus yang sering adalah karena stres, trauma, demam, setelah cabut gigi, serta setelah kejadian infeksi virus herpes simplex dan herpes zooster.
- Sebagian besar penderita Bell’s palsy (sekitar 70-80%), sembuh dengan sempurna tanpa pengobatan sama sekali dalam 2 sampai 3 minggu, atau maksimal 1 sampai 2 bulan.
- Terdapat 10% kasus yang berulang, dan mereka merupakan kelompok resiko tinggi untuk mengalami kerusakan syaraf yang permanen pada satu sisi dari mukanya.
- Kerusakan syaraf permanen walau pun lebih beresiko terjadi pada penderita dengan kejadian berulang, tapi bisa juga terjadi pada kejadian pertama Bell’s palsy.
Tanda dan Gejala Bell’s Palsy
Kondisi lemah atau lumpuhnya otot muka ini terjadi secara tiba-tiba, seringnya saat bangun tidur, bertahan selama hitungan jam atau hari, dan biasanya membaik setelah beberapa minggu. Gejala yang paling sering adalah:
- Otot muka melemah sampai dengan lumpuh total pada sebagian, satu sisi, atau seluruh bagian dari muka. Lebih seringnya terjadi pada satu sisi.
- Kelopak mata jatuh dan lebih rendah dari sisi yang sehat.
- Kesulitan menutup mata dengan sempurna pada sisi yang sakit.
- Terjadi gangguan produksi dan pengontrolan air mata pada mata sisi yang sakit. Bisa mengalir keluar dengan sendirinya seperti menangis, atau malah bisa kering sama sekali.
- Bagian yang sakit akan dirasakan membengkak oleh penderitanya.
- Otot pipi juga jatuh pada sisi yang sakit dan baal.
- Ludah tidak terkontrol dan mengalir keluar dari mulut pada sisi yang sakit.
- Kemampuan merasa pada lidah menurun.
- Gangguan pendengaran, bisa menurun atau malah menjadi lebih sensitif terhadap suara.
- Terasa nyeri di sekitar telinga pada sisi yang sakit.
- Tidak mampu mengerutkan kulit dahi.
- Saat tersenyum mulut terlihat mengok atau mencong.

- Bila terjadi kondisi seperti di atas, segeralah ke dokter untuk ditegakkan diagnosis yang tepat dan diberikan penanganan. Harus dipastikan gejala yang timbul bukan karena penyakit yang mengancam jiwa seperti stroke.
- Bila merupakan kejadian yang berulang, karena boleh jadi disebabkan oleh masalah medis serius lainnya. Karena ada penyebab lain dari lumpuhnya otot muka seperti: Stroke, Tumor dan kanker, Infeksi seperti meningitis, Multiple sclerosis.
- Bila tiba-tiba merasa sulit untuk berbicara, baik susah mengeluarkan ide atau kecepatan bicara jadi menurun dari biasanya. Apa lagi bila dibarengi oleh kelemahan pada otot bagian tubuh lainnya, karena sudah tentu bukan suatu kasus Bell’s palsy lagi.
Penarikan Diagnosis Bell’s Palsy
Tidak ada pemeriksaan khusus untuk Bell’s palsy, dan biasanya diagnosis sudah bisa ditegakkan hanya dari anamnesis dan pemeriksaan fisik saja. Tapi dokter bisa saja meminta pemeriksaan seperti CT scan atau MRI bila mencurigai atau untuk menggugurkan diagnosis lain seperti stroke, tumor dan kanker, serta penyakit syaraf lainnya. Pemeriksaan darah juga mungkin dilakukan untuk tujuan yang sama.
Penanganan Bell’s Palsy
Dilakukan Sendiri
- Menjalani program latihan untuk menstimulasi otot-otot di muka seperti yang dianjurkan oleh dokter. Biasanya merupakan gerakan mengkontraksikan dan melemaskan otot muka secara berulang-ulang kali. Latihan ini akan mempercepat proses penyembuhannya.
- Melakukan pemijatan pada dahi, pipi, dan bibir untuk tujuan yang sama yaitu menstimulasi otot-ototnya agar lebih cepat terjadi pemulihan.
- Mengkonsumsi obat yang dijual bebas untuk mengurangi rasa nyeri dan peradangan, seperti contohnya ibuprofen.
- Bila mata pada sisi yang sakit senantiasa kering, untuk menghindari iritasi, gunakan obat tetes mata pada siang hari dan salep mata pada malam hari. Kedua jenis obat ini juga dijual bebas di apotek.
- Pergunakan kaca mata pada siang hari dan alat bantu penutup mata saat tidur, agar kelopak mata senantiasa menutup saat tertidur.
- Lebih sering menyikat gigi, karena bila ada tumpukan air ludah di dalam mulut, bisa membuat bakteri tumbuh dengan subur sehingga bisa menyebabkan gingivitis dan gigi berlubang.
- Makan secara santai dan kunyah dengan baik, agar tidak terjadi tersedak akibat otot menelan juga dapat terkena efeknya.
Dilakukan Dokter
- Dokter akan memberikan rekomendasi untuk mulai melakukan latihan menstimulasi otot muka.
- Dokter juga akan memberikan obat-obatan untuk mengatasi segala gejala dan keluhan yang mungkin timbul.
- Obat kortikosteroid dapat diberikan bila kondisi peradangan pada syaraf muka diperkirakan lumayan parah. Penggunaannya bisa diteruskan bahkan setelah sembuh untuk mencegah serangan ulang. Namun harus senantiasa dengan kontrol dari dokter, karena kortikosteroid memiliki efek samping bila digunakan dalam waktu yang lama.
- Terkadang juga diberikan antiviral seperti acyclovir karena Bell’s palsy sering diasosiasikan berbarengan dengan infeksi virus herpes.
- Bisa pula dilakukan electro stimulation atau perangsangan menggunakan listrik tegangan rendah pada bagian yang sakit dengan tujuan yang sama yaitu menstimulasi otot agar cepat terjadi pemulihan.
Pencegahan Bell’s Palsy
- Karena pencetus pastinya tidak diketahui, maka tidak ada cara untuk mencegah Bell’s palsy.
- Untuk memperkecil kemungkinan bisa dengan berusaha untuk terjauhkan dari kondisi stres, terkena trauma, dan terinfeksi virus herpes simplex atau zooster
- Langsung kontrol ulang ke dokter gigi setelah mencabut gigi, bila terjadi hal-hal yang tidak normal dan tidak sebagaimana mestinya.