Penyakit virus Ebola yang akhir-akhir ini kembali menggemparkan dunia juga dikenal dengan sebutan Ebola Hemorrhagic Fever atau Demam Berdarah Ebola. Merupakan penyakit yang amat sangat menular, dan berakibat fatal. Ebola adalah virus yang awalnya menulari primata seperti monyet, simpanse, gorila, kemudian akhirnya menulari manusia. Karena sampai saat ini belum ditemukan antivirus-nya dan juga belum dapat dihasilkan vaksin-nya, maka penanganan dari demam berdarah Ebola adalah terapi supportive. Mungkin yang paling penting dari semuanya adalah pencegahan agar jangan sampai terkena sama sekali.
Fakta Tentang Demam Berdarah Ebola
- Virus ini origin-nya ada pada keluarga primata non manusia yang kemudian menulari manusia. Untuk selanjutnya bisa menular antar manusia.
- Asal nama Ebola diambil dari nama sungai di negara Congo di Afrika di mana pertama kali virus ini dikenal.
- Ada strain virus Ebola yang dinamai Reston strain tidak menyebabkan sakit pada manusia, sedangkan yang paling mematikan dari strain virus ini adalah Zaire Ebola virus yang merupakan virus daerah asalnya (Congo dulu bernama Zaire).
- Di Afrika sering terjadi kejadian luar biasa (KLB) terutama di pedesaan pedalaman Benua Afrika bagian tengah dan Barat.
- Tingkat kematian atau mortalitas dari penyakit ini sangat tinggi, mencapai 90%.
Pertama kali terdeteksi pada tahun 1976 di Republik Congo (dulu Zaire), di Tepian sungai Ebola. KLB pertama terjadi pada tahun yang sama menginfeksi 318 orang di mana 280 di antaranya meninggal dunia (mortalitas 88%). Setelah itu silih berganti KLB terjadi di Sudan dan negara-negara tetangga lainnya dengan mortalitas 53%. Pada tahun 1989 ditemukan Reston Strain dari virus ini di kota Reston Virginia, AS, yang menginfeksi seekor monyet yang dikirim dari Filipina. Belakangan diketahui bahwa Reston strain tidak menyebabkan sakit pada manusia.
Kasus demam berdarah Ebola ini sempat menghilang cukup lama antara tahun 1979 sampai 1994. Sesekali ditemukan ada kejadian setelah tahun 1994 tapi tidak menyebabkan KLB. Kemudian di bulan Maret 2014 terjadi KLB kembali di Afrika Barat dan dikatakan sebagai KLB demam berdarah Ebola terburuk sepanjang masa, tersebar di negara Guinea, Liberia, Sierra Leone, dan Nigeria. Pada Agustus 2014 ini, sudah mencapai 2000 kasus dengan 1000 orang meninggal karenanya. Dibandingkan pada tahun 1970-an kejadian KLB tidak pernah melebihi 500 kasus.
Penyebab dan Faktor Resiko DBE
Demam berdarah Ebola (DBE), disebabkan oleh virus dari keluarga Filoviridae. Dipercaya virus ini berjenis zoonotic atau berasal dari hewan dengan kelelawar sebagai reservoir virusnya. Sejauh ini diketahui 5 spesies atau jenis dari virus Ebola, 4 di antaranya menyebabkan penyakit pada manusia. Kelima spesies tersebut adalah: Zaire ebolavirus, Sudan ebolavirus, Taï Forest ebolavirus, Bundibugyo ebolavirus, Reston ebolavirus.
Resiko untuk tertular penyakit demam berdarah Ebola ini sebenarnya rendah, dan sejauh ini kasus pesakitan dan kematian semuanya berawal di Afrika, kecuali pernah ada penularan melalui kontaminasi laboratorium di Rusia dan Inggris. Namun resikonya akan meningkat dengan banyaknya orang yang bepergian dari dan ke Afrika, bahkan untuk tinggal di sana. Sehingga ada kelompok resiko tinggi seperti di bawah ini:
- Pekerja kesehatan yang mengurusi serta keluarga dan teman-teman dari seorang penderita DBE.
- Pekerja laboratorium yang menangani sampel cairan tubuh pasien DBE.
- Peneliti fauna yang menangani kelelawar dan primata.
- Travellers yang berasal dan akan pergi ke negara-negara endemi BDE.
- Pergi ke lokasi di mana banyak orang berasal dari daerah endemi berkumpul seperti jemaah haji.
- Sering berada di bandara internasional di mana banyak orang berasal dan akan pergi ke daerah-daerah endemi.
Penularan Demam Berdarah Ebola
Terjangkitnya orang pertama saat mulai terjadi KLB, sampai sekarang masih misteri, namun diduga karena ada kontak dengan primate atau kelelawar. Sementara seseorang menjadi sumber penularan bagi orang lain adalah saat dia sudah menunjukkan gejala-gejala sakit. Penularan terjadi karena adanya kontak terhadap cairan tubuh penderita seperti urin, ludah, feses, muntah, dan cairan genital. Dapat juga tertular melalui kontak jarum suntik dan alat-alat kesehatan lainnya.
Baca artikel lainnya di blog Dr. Indra K. Muhtadi
Sudah diketahui bahwa DBE adalah penyakit yang amat sangat fatal dengan angka keselamatan (survival rate) di bawah 50% bahkan ada yang hanya 10% saja. Walau pun proses kesembuhan berjalan lamban dan menyakitkan, tapi bagaimana seseorang bisa melewati masa-masa kritis dan dapat selamat dari penyakit ini, masih dalam misteri dan masih diteliti. Diduga karena terdapat antibody yang akhirnya terbentuk pada tubuh orang-orang yang selamat. Dalam proses kesembuhannya mereka akan menderita inflamasi di mata (uveitis), radang hati (hepatitis), radang testis (orchitis), dan keluhan-keluhan seperti fatigue, lemah, nyeri-nyeri sendi, dan sakit kepala hebat.
Bagi yang tidak selamat, yang terjadi setelah virus Ebola menginfeksi adalah terjadi kegagalan organ-organ di dalam tubuh seperti paru-paru, ginjal, dan liver. Saat terjadi kegagalan fungsi liver, akan terjadi kuning. Kemudian terjadi perdarahan baik dari organ di dalam tubuh, maupun kasat mata keluar melalui lubang-lubang yang ada pada tubuh. Selanjutnya penderita mengalami kejang-kejang, turun tekanan darah, shock, coma, dan akhirnya meninggal.
Tanda dan Gejala Demam Berdarah Ebola
- Gejala mulai terlihat sejak 2 sampai 21 hari setelah kontak dengan virus Ebola, tapi seringnya antara 8 sampai 10 hari.
- Gejala yang sering adalah: demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, sakit-sakit sendi, sakit-sakit otot, lemas, dan hilang nafsu makan.
- Selanjutnya sering diikuti oleh gejala mual dan muntah, diare, dan sakit pada perut.
- Beberapa kasus ada juga yang menderita merah-merah di kulit, merah pada mata, cegukan, batuk, sulit bernafas, dan sakit dada.
- Akhirnya terjadi perdarahan yang keluar dari lubang-lubang pada tubuh seperti melalui mata, hidung, dan telinga.
Penegakan Diagnosis Demam Berdarah Ebola
- Penegakan diagnosis pada hari-hari pertama tergolong sulit karena gejala tampak seperti gejala infeksi virus pada umumnya.
- Bila dicurigai ada kontak dengan virus Ebola, maka sampel cairan tubuh dan darah akan diperiksa untuk memastikan atau menggugurkan diagnosis.
- Tes yang dipakai adalah Antigen-capture enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), IgM ELISA, dan polymerase chain reaction (PCR) untuk mengidentifikasi materi genetik dari virus.
- Dalam proses perjalanan penyakitnya dapat diperiksa antibody IgG dan IgM terhadap virus ini.
- Bagi yang sudah meninggal, sampel darah dapat mengkonfirmasi pasti saat virus ditemukan dan diperiksa menggunakan mikroskop elektron.
Penanganan Demam Berdarah Ebola
Karena belum ada obatnya, maka penanganan DBE hanya terbatas supportive therapy saja.
Dilakukan Sendiri
Tidak ada yang dapat dilakukan sendiri bila seseorang terinfeksi virus ini selain dibawa ke RS untuk diisolasi dan mendapatkan penanganan yang secepat-cepatnya.
Di Rumah Sakit
- Pasien diisolasi di ruangan khusus dengan penanganan khusus dan penjagaan ekstra ketat.
- Infus dipasang untuk menjaga cairan dan level elektrolit tubuh dan mencegah dehidrasi.
- Tanda-tanda vital senantiasa dipantau seperti tekanan darah, denyut jantung, respirasi dan suhu tubuh.
- Diberikan oksigen bila pasien sudah mengalami gangguan atau keluhan organ pernafasan.
- Dokter akan menangani keluhan dan gejala yang ada serta menangani bila terjadi infeksi sekunder.
- Bila terjadi perdarahan, maka mungkin akan dilakukan transfusi menggantikan darah yang keluar.
- Ada dua macam obat antivirus yang masih dalam tahap penelitian yang sudah mulai diberikan pada pasien DBE. Kedua obat tersebut dinamakan ZMapp dan TKM-Ebola. Walaupun keberhasilan dari kedua obat ini masih dalam tahap penelitian.
- ZMapp berisi kombinasi tiga antibody monoclonal yang dapat berikatan dengan virus Ebola. Pertama kali diberikan kepada relawan AS yang tertular dan menunjukkan tanda-tanda penyembuhan.
- TKM-Ebola dikembangkan oleh Tekmira Pharmaceutical dan terbukti memberikan perlindungan 100% pada hewan percobaan. Tapi pada manusia belum bisa dikatakan memberikan hasil yang sama.
Pencegahan Demam Berdarah Ebola
Vaksin untuk memberikan kekebalan terhadap virus Ebola juga belum berhasil dikembangkan. Saat ini lembaga yang meneliti vaksin virus Ebola adalah The U.S. National Institutes of Health (NIH) yang dalam waktu dekat akan memasuki tahap uji klinis. Juga banyak dilakukan penelitian-penelitian untuk mencari cara lebih cepat menegakkan diagnosis DBE, juga penelitian di dunia fauna untuk memahami lebih dalam terhadap hewan origin virus ini yaitu primata, dan hewan reservoir virus ini yaitu kelelawar.
Sehingga sampai saat ini, cara terbaik untuk mencegah agar tidak terkena penyakit ini adalah dengan menjauhi diri dari kemungkinan bisa tertular, seperti berikut:
- Bila merupakan keluarga atau teman dari penderita, jangan dirawat sendiri, percayakan pada para profesional di RS.
- Bila seorang pekerja kesehatan dan pekerja laboratorium, apa lagi yang mengurusi penderita DBE, pakai selalu alat pelindung diri.
- Tidak pergi ke negara-negara yang sudah terbukti terdapat kasus Ebola di sana.
- Tidak pergi ke tempat banyak orang berkumpul dari seluruh dunia ke suatu tempat, atau bila harus pergi lengkapi diri dengan alat-alat pelindung diri.
- Hindari bandara-bandara internasional di mana banyak pendatang dari negara-negara terbukti endemi.
- Senantiasa jaga kesehatan dengan makan teratur, istirahat yang cukup, olahraga rutin, tangani stress, serta bila perlu konsumsi multivitamin dan antioksidan.