Senjata biologis atau yang dikenal dalam Bahasa Inggris Biological Warfare adalah segala usaha yang digunakan sebagai senjata bertujuan merusak, membunuh, atau pun menghancurkan pihak lain dengan menggunakan agen biologis. Agen biologis ini termasuk di dalamnya bakteri, virus, jamur, atau toxin yang diproduksi oleh makhluk hidup. Senjata biologis terkadang digunakan sebagai ancaman yang bersifat hoax atau bohong, tapi juga tercatat dalam sejarah digunakan bahkan sampai sebagai senjata pemusnah masal. Bila sampai digunakan, efek negatifnya dapat berakibat panjang pada lingkungan dan bisa membutuhkan waktu yang lama untuk menetralisir kondisinya.
Fakta Tentang Senjata Biologis
- Dari sejarahnya sampai dengan saat ini, pada dasarnya senjata biologis dikembangkan dan diciptakan tidak pernah bertujuan untuk maksud yang baik, tapi sering dipakai sebagai alasan untuk membela diri.
- Senjata biologis tercatat digunakan sejak zaman pra sejarah. Beberapa peperangan besar di dunia, pembunuhan tokoh-tokoh besar, sampai dengan tindakan-tindakan terorisme dewasa ini, tercatat pernah menggunakan senjata biologis.
- Agen biologis yang sering digunakan sebagai senjata biologis adalah anthrax, pes, cacar, cholera, botulinum toxin, aflatoxin, dan ricin.
Zaman Sejarah Kuno
- Manusia purba (abad 400 SM) sudah menggunakan senjata biologis dengan cara melumuri ujung senjata atau anak panah mereka dengan feses, atau cairan tubuh dari bangkai hewan yang sudah membusuk.
- Bangsa Persia, Yunani dan Romawi kuno pada abad 300 SM, menggunakan bangkai hewan untuk mengkontaminasi sumur atau persediaan air musuhnya.
- Pada peperangan Eurymedon (abad 190 SM), Hannibal memenangkan pertempuran dari Raja Eumenes II dari Pergamon dengan menembakkan dari meriam mereka bungkusan yang penuh berisi ular berbisa ke atas perahu musuh.
Zaman Awal Sejarah
- Pada abad 12 AD, selama perang Tortona, bangsa Barbarossa menggunakan mayat prajurit yang tewas untuk mengkontaminasi sumber air bersih lawannya.
- Pada abad 14 AD, selama pertempuran Kaffa, bangsa Tatar mengirimkan mayat manusia yang terinfeksi pes ke dalam kota musuh yang menyebabkan epidemi di sana. Keberhasilan ini diulang pada tahun 1710 saat Rusia melawan pasukan Swedia di Reval dan Estonia.
- Selama peperangan Prancis vs. Indian pada abad 18, pasukan Inggris yang dipimpin oleh Sir Jeffrey Amherst menghadiahkan selimut-selimut yang telah dipakai oleh penderita cacar untuk pasukan Indian, dan mengakibatkan banyak pasukan Indian yang terjangkit penyakit cacar.
- Cacar juga dipakai dalam membuat kekuatan musuh melemah dengan menyebarkan penyakitnya pada perang saudara di AS pada abad 18.
Sejarah Modern
- Selama perang dunia pertama, Jerman menggunakan anthrax, cholera, dan jamur sebagai senjata biologis. Target mereka adalah alat angkut musuh seperti keledai-keledai Rusia di St. Petersburg dan kuda-kuda pasukan Perancis.
- Tahun 1925, ditandatangani perjanjian bersama di Genewa oleh 108 negara untuk tidak menggunakan senjata biologis dan kimia saat peperangan. Tapi sangat sulit mencari metoda untuk mengawasinya.
- Selama perang dunia kedua, Jepang membangun fasilitas rahasia (Unit 731) di Manchuria untuk mengembangkan senjata biologis dengan subjek penelitian para tahanan perang. Mereka menginfeksikan penyakit pes, anthrax, dan syphilis pada 3000 tahanan perang. Sebagian besar dari mereka ditembak mati atau mati karena penyakitnya.
- Tahun 1942 – 1944, AS dan Inggris mengembangkan senjata biologis menggunakan anthrax dan botulinum toxin untuk mengimbangi Jerman.
- Selama perang Vietnam, gerilia Viet Cong mencelupkan ujung anak sumpit mereka ke feses agar luka pada tubuh pasukan AS terinfeksi.
- Tahun 1979, secara tidak sengaja di fasilitas persenjataan biologis yang menggunakan anthrax milik Rusia, melepas anthrax ke udara dan membunuh 66 orang. Baru pada tahun 1992 diakui oleh pemerintah Rusia.
- Pada September 1984, 751 orang terinfeksi Salmonella saat seorang teroris Bhagwan Shree Rajneesh menggunakannya di sebuah Restoran Salad Bars di Oregon, AS.
- Tahun 1985 Iraq menggunakan anthrax, botulinum toxin, dan aflatoxin pada hulu ledak peluru kendali Scud mereka untuk melawan AS saat melangsungkan Operation Desert Storm.
- Tahun 1994, sebuah sekte di Jepang Aum Shinrikyo mengancam melepas anthrax di udara kota Tokyo.
- Pada Februari 2004, tiga kantor Senator di AS ditutup karena ditemukannya racun ricin pada mailroom-nya.
Walau pun ada lebih dari 1200 agen biologis yang dapat menyebabkan penyakit atau kematian, tapi hanya sedikit yang ideal untuk dijadikan senjata. Karena agen biologis yang akan dijadikan senjata harus mudah untuk dikembangkan, mudah diisolasi, dapat hanya membutuhkan dosis kecil untuk menciptakan efek besar, mudah untuk disebarkan, dan sudah tentu harus murah. Selain itu harus mudah disembunyikan, sulit untuk dideteksi, serta harus tidak terlihat, tidak berbau, dan tidak berasa. Dengan persyaratan ini, hanya sedikit dari 1200 agen biologis itu yang ideal dijadikan senjata biologis.
Cara yang digunakan untuk menyebarkan agen biologis ini menjadi senjata biasa dilakukan sbb.:
- Menyebarkannya di udara dalam bentuk aerosol. Agar efektif agen biologis tersebut harus dalam bentuk partikel yang amat halus, dan korban harus menghirupnya dalam jumlah yang cukup untuk menimbulkan penyakit.
- Digunakan bersamaan dengan peledak seperti peluru kendali dan bom. Tapi cara kedua ini tidak seefektif cara pertama karena banyak agen biologisnya yang juga ikut hancur saat peledak atau bom diledakkan.
- Dimasukkan ke dalam makanan dan sumber air. Tapi cara ini membutuhkan jumlah agen biologis yang amat sangat banyak untuk membuatnya efektif.
- Langsung dibuat kontak dengan calon korban. Cara ini digunakan untuk korban yang lebih spesifik.
Mendeteksi Senjata Biologis
Deteksi dini adalah kunci dalam mengatasi ancaman senjata biologis. Saat ini di AS sudah dikembangkan alat untuk mendeteksi kehadiran agen biologis di udara. Adanya hewan yang mati secara tidak lazim juga bisa dijadikan tanda kemungkinan senjata biologis telah digunakan. Akan tetapi, secanggih-canggihnya alat, terkadang agen biologis ini masih tetap tidak terdeteksi, dan hanya baru diketahui setelah tenaga medis dan dokter mengidentifikasi adanya pola kejadian penyakit yang tidak biasa telah terjadi pada suatu komunitas. Bila ada agen biologis dicurigai sudah digunakan sebagai senjata, maka sejumlah protokol akan diberlakukan untuk mengisolasi dan menahan laju penyebarannya.
Menghindari Terkena Senjata Biologis
Ucaha untuk menghindari terkena paparan senjata biologis dimulai sedini mungkin sejak saat pertama teridentifikasi. Cara yang direkomendasikan adalah sbb.:
- Menggunakan masker khusus seperti yang biasa digunakan oleh pasukan militer.
- Mengenakan pakaian khusus dan sarung tangan karet.
- Pemberian antibiotik sebagai usaha profilaksis atau pencegahan sebelum terjadinya infeksi.
- Melakukan vaksinasi untuk mencegah beberapa penyakit yang bisa dijadikan sebagai senjata biologis.
Tanda dan Gejala Terpapar Senjata Biologis
Tanda dan gejala terpapar senjata biologis sangat tergantung pada jenis penyakit yang ditimbulkan oleh agen biologis yang dijadikan senjata, berikut di antaranya:
- Anthrax. Anthrax akan menimbulkan gejala setelah 5 hari sejak terpapar. 95% mengenai kulit di mana timbul seperti jerawat di seluruh permukaan kulit yang biasanya tidak nyeri. Saat pecah akan terlihat warna hitam seperti arang. Penderita bisa mengeluhkan demam dan sakit kepala. Dengan terapi antibiotik yang tepat, kurang dari 1% penderita anthrax yang meninggal.
- Pes. Pes akan menimbulkan gejala demam tinggi yang tiba-tiba, nyeri pada kelenjar-kelenjar getah bening, dan dapat terjadi radang paru-paru (pneumonia). Infeksi kemudian dapat menyebar ke limpa, hati, paru-paru, kulit, bahkan sampai ke otak, sehingga menyebabkan kematian.
- Cacar. Cacar akan memberikan gejala antara 7 sampai 17 hari setelah terpapar sumber infeksi. Gejala dimulai dengan demam yang tinggi, sakit kepala, mual dan muntah, nyeri perut dan punggung, serta yang jelas keluar bruntus merah di kulit setelah 2-3 hari.
- Toxin Ricin. Toxin Ricin yang berasal dari tumbuhan ini akan memberikan gejala tersumbatnya saluran pernafasan, mual dan muntah, gatal di mata. Dalam 12-24 jam akan terjadi gangguan pernafasan berat dan kematian terjadi antara 36-48 jam dari terpapar racun ini.
- Botulinum Toxin. Paparannya baru akan menimbulkan gejala setelah beberapa hari seperti pandangan kabur, kesulitan menelan, kesulitan bicara, dan lemah otot. Jarang terjadi kematian, tapi dapat secara efektif melumpuhkan lawan dalam pertempuran karena efeknya dapat bertahan selama hitungan minggu sampai berbulan-bulan.
- Mycotoxin. Merupakan racun yang berasal dari jamur memberikan gejala sesuai dengan tempat masuknya. Bila dari kulit, maka akan terasa seperti terbakar. Bila dari pernafasan akan terasa nyeri pada saluran pernafasan sampai bisa terjadi mimisan. Bila tertelan menimbulkan mual dan muntah serta diare. Dan bila masuk melalui mata, akan terasa amat sangat nyeri. Seperti Botulinum Toxin, Mycotoxin hanya bertujuan melumpuhkan kekuatan lawan.
Penutup
Ilmu kedokteran khususnya dan ilmu pengetahuan pada umumnya, sedianya dipergunakan untuk kepentingan umat manusia. Tapi dalam sejarah tercatat, ternyata juga digunakan untuk membuat senjata biologis. Seiring dengan berkembangnya teknologi di dunia militer, maka penelitian untuk mengembangkan senjata biologis juga berkembang pesat. Walau pun belum ada tercatat pernah dipakai di peperangan pada abad 21 ini, namun pengembangan senjata biologis yang sebagian besar bersifat rahasia ini tetap membuat kita prihatin bila benar-benar memang digunakan. Semoga saja sampai kapan pun senjata biologis tidak harus digunakan lagi di dunia ini.
IKM 2011-11