Setiap orang yang hidup dan tidak gila sudah pasti mengalami stres di dalam hidupnya. Ada yang stres ringan, ada yang berat. Ada yang terjadi pelan-pelan, ada yang tiba-tiba. Banyak orang yang merasa dirinya memiliki stres, tapi ada yang tidak. Satu yang jelas adalah setiap stres diwarnai oleh rasa cemas, di mana frekuensi dan intensitasnya juga berbeda-beda tergantung dari apa yang menjadi masalah atau pencetusnya. Antara wanita dan pria ternyata juga berbeda. Wanita diteliti memiliki tingkat kecemasan lebih tinggi di banding pria dan lebih sering mengalami episode cemas di dalam hidupnya dibandingkan pria. Kecemasan yang berlarut, dan tidak bisa diatasi dapat sampai mengganggu sistem imunitas dan pencetus berbagai penyakit; mulai penyakit pencernaan, infeksi, bahkan kanker.
- Wanita bahkan sering merasa cemas tapa dirinya sendiri tahu apa yang menyebabkannya.
- Karena sering merasa cemas akan sesuatu hal, wanita sampai dikatakan lebih dapat merasakan atau memiliki firasat lebih baik akan sesuatu hal buruk yang akan terjadi.
- Diperkirakan di AS saat ini ada 6,8 juta orang mengidap GAD, suatu penyakit jiwa karena kecemasan tanpa alasan jelas. Dan 15 juta mengidap SAD, versi beratnya social phobia. Keduanya lebih banyak diderita oleh wanita.
- Yang membuatnya berbeda adalah simfoni hormonal di dalam tubuh wanita yang berbeda dengan pria.
Rasa cemas atau bisa kita sebut juga sebagai rasa khawatir adalah bagian normal dari hidup kita. Mulai dari hal kecil seperti khawatir akan terjadi macet di jalan, sampai suatu yang besar saat ini seperti khawatir terkena COVID-19. Efek instant dari rasa cemas atau khawatir ini pada tubuh adalah frekuensi pernafasan dan denyut jantung akan meningkat tanpa kita sadari. Tujuannya adalah untuk mempertinggi asupan darah ke otak, karena otak harus berfikir mengatasi hal penyebab rasa cemas tersebut. Bila rasa cemas berlanjut, maka mulai terasa tidak nyaman di kepala (sampai bisa merasa sakit kepala), dan timbul rasa mual. Dan bila berlarut-larut tidak terselesaikan, mulai berefek pada semua sistem metabolisme termasuk sistem imunitas, karena tubuh sudah dipenuhi oleh hormon cortisol.
Positif dan Negatif
Memiliki rasa cemas yang lebih tinggi pada diri seorang wanita memiliki manfaat tapi juga tidak sedikit efek negatifnya. Seorang wanita dikatakan memiliki “naluri keibuan” karena sebenarnya wanita lebih sering memikirkan dan mencemaskan segala sesuatu. Cemas akan keselamatan anaknya, maka ada naluri keibuan untuk juga menyayangi anak lain, atau bahkan bayi dari hewan. Seorang wanita dikatakan memiliki firasat tajam akan sesuatu kejadian buruk yang akan terjadi, karena sering mencemaskan hal tersebut untuk terjadi. Maka bila benar terjadi, dikatakan sampai bisa melihat masa depan. Tidak demikian halnya bila hal baik terjadi setelah seseorang mengucapkannya, tidak pernah dikatakan sebagai seorang yang memiliki firasat tajam atau kemampuan sampai bisa melihat masa depan. Hal negatifnya sudah tentu dapat membuat wanita menjadi lebih sering menderita sendiri dengan rasa cemasnya tersebut. Di lain pihak pria yang lebih sering memilih untuk mendahulukan logika dari pada perasaan, sehingga kurang peka terhadap potensi suatu bahaya. Tapi hal positifnya pria lebih jarang termakan oleh perasaan cemasnya.
Hormonal yang Membuatnya Berbeda
Yang membuatnya berbeda adalah simfoni dari hormon-hormon wanita yang tidak dimiliki oleh pria. Hormon-hormon yang memang diciptakan Tuhan agar seorang wanita dapat menjadi ibu yang sebaik-baiknya. Tapi simfoni hormonal ini pula yang membuat seorang wanita secara periodik dalam hidupnya dapat mengalami kejadian kecemasan sbb.:
- Rasa cemas saat ‘datang bulan’. Rasa cemas sampai dikatakan sebagai satu gejala dari PMS (premenstrual syndrome) yang ditandai dengan gejala khawatir berlebih, gugup dan ketegangan. Dalam kondisi berat sampai dapat menjadi PMDD (premenstrual dysphoric disorder). Rasa cemas ini sebenarnya dibutuhkan wanita agar lebih menjaga dirinya bila terjadi kehamilan. Rasa cemas ini dapat diatasi dengan mencoba untuk berolahraga aerobik, berelaksasi, mendekatkan diri pada Tuhan, perbaiki tidur, perbaiki diet, dan konsumsi vitamin. Tapi kurangi konsumsi kopi, makanan berlemak, minuman manis, dan garam.
- Rasa cemas saat hamil. Bila terjadi kehamilan, maka seorang wanita memang harus berjaga, senantiasa berhati-hati agar kehamilannya aman. Tapi kehati-hatian tersebut dapat berubah menjadi rasa cemas yang berlebih. Hal ini bisa terjadi bila ada riwayat panic attacks sebelumnya atau di riwayat dalam keluarga, pernah mengalami sebuah trauma, penggunaan narkoba, atau terlalu stres dalam kehidupan-nya. 1-2 dari 10 wanita mengalami kecemasan berlebih saat hamil. Gejala yang bisa muncul: merasa khawatir berlebih terhadap kesehatan diri dan bayinya, gangguan konsentrasi, mudah tersinggung, sering mengeluhkan kaku otot, atau insomnia. Panik saat kehamilan ini bisa diatasi dengan sering curhat dengan pasangan atau orang terdekat, cari kesibukan atau berolahraga ringan, membuat diary, mencukupkan tidur, dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
- Rasa cemas setelah melahirkan. Setelah melahirkan pun wanita tidak lepas dari rasa cemas karena memang diperlukan agar ia dapat menjaga bayinya dengan baik. Tapi bisa terjadi menjadi berlebih yang disebut dengan post-partum depression (PPD). Hal ini ditandai dengan rasa cemas yang tidak kunjung hilang, selalu takut sesuatu yang buruk akan terjadi, gangguan tidur, dan terlalu banyak fikiran yang berkecamuk di dalam kepala. Pada fisik dapat terjadi lelah, palpitasi, nafas memburu, berkeringat, gemetar, mual dan muntah, rasa tercekik, nyeri dada, dan sakit kepala. Hal ini bisa diatasi dengan mencukupkan tidur, berolahraga secara rutin, relaksasi serta mendekatkan diri kepada Tuhan.
- Rasa cemas terkait menopause. Bahkan ketika memasuki masa menopause (peri menopause) dan menopause itu sendiri, seorang wanita tidak terlepas dari terkena rasa cemas. Hal ini terjadi karena berkurangnya produksi estrogen yang bertugas meregulasi hormon-hormon pengontrol mood dan perasaan seperti serotonin, norepinephrine, dan dopamin. Estrogen juga membantu dalam fungsi kognitif di otak seorang wanita. Belum lagi karena wanita merasa dirinya sudah tidak secantik dulu atau karena issue masalah hubungan suami-istri yang tidak seperti dulu lagi. Rasa cemas terkait menopause ini biasa diderita oleh wanita yang memiliki riwayat depresi sebelumnya, memiliki stres tinggi dalam hidup, dan secara fisik memang tidak sehat. Seperti jenis kecemasan di atas sebelumnya, hal ini bisa diatasi dengan berolahraga secara rutin dengan mengajak pasangan/teman, perbaiki diet, cukupkan tidur, dekatkan diri kepada Tuhan.
Efek Kecemasan pada Tubuh
Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, bahwa rasa cemas yang berlebih ini berbahaya bagi tubuh kita. Berikut yang dapat terjadi:
- Pada sistem syaraf pusat. Otak akan melepaskan hormon-hormon stres lebih banyak dari kondisi normal. Hal ini akan meningkatkan frekuensi terjadinya pusing, sakit kepala, dan depresi. Paparan jangka panjang dari hormon stres terutama cortisol, sangat membahayakan kesehatan fisik dan dapat mempermudah terjadinya kenaikan berat badan.
- Pada sistem peredaran darah (cardiovascular). Akan menyebabkan kenaikan denyut jantung, bahkan palpitasi, tekanan darah tinggi, dan penyakit-penyakit jantung. Bila sudah memiliki penyakit jantung sebelumnya, akan dapat mempermudah terjadinya serangan jantung.
- Pada sistem pencernaan. Dapat terjadi sakit perut, diare, mual dan muntah, hilang nafsu makan, dan gangguan pencernaan lainnya. Bahkan dapat mencetus kejadian IBS.
- Pada sistem pernafasan. Akan terjadi nafas cepat dan pendek. Bila sebelumnya sudah memiliki bronkhitis, maka dapat terjadi gangguan nafas berat hingga perlu mendapatkan perawatan di rumah sakit.
- Pada sistem imunitas. Pada saat awal kejadian rasa panik justru dapat meningkatkan sistem imunitas, karena tubuh masuk dalam mode fight or flight. Namun bila terjadi berkepanjangan, malah dapat melemahkan sistem imunitas sampai gagal berfungsi sama sekali.
Anxiety Disorder
Anxiety disorder bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah “gangguan kecemasan”, adalah suatu kondisi kecemasan yang menetap atau berat (excessive or persistent state of anxiety) yang sudah menjadi patologis (suatu penyakit). Penyakit yang bukan hanya merusak fisik tapi juga mental. Anxiety disorders yang lebih banyak diderita oleh wanita dibandingkan pria ini, dapat terjadi pada setiap masa di dalam kehidupan. Tapi biasanya baru dimulai pada usia pertengahan (30-40 tahunan). Hal ini disampaikan oleh National Institute of Mental Health (NIMH) di AS. Dijelaskan juga bahwa pengalaman penuh stres di dalam kehidupan dapat meningkatkan resiko seseorang untuk terkena anxiety disorder. Gejalanya bisa muncul secara langsung, atau baru muncul bertahun-tahun kemudian.
Tipe-Tipe Anxiety Disorders
Kelaian jiwa yang lebih sering diderita oleh wanita dari pada pria ini bisa dibagi menjadi beberapa jenis, sbb.:
- Generalized anxiety disorders (GAD). Merupakan suatu kecemasan yang berat tanpa adanya alasan yang logis. Seperti yang disebutkan sebelumnya, saat ini ada 6,8 juta orang dewasa di AS yang menderitanya. GAD ini terjadi bila rasa khawatir akan banyak hal terjadi selama 6 bulan atau lebih. Bila GAD-nya ringan, penderita masih bisa beraktivitas sehari-hari, tapi bila berat akan berpengaruh kepada kehidupannya.
- Social anxiety disorder (SAD). Suatu rasa cemas dengan kondisi sosial karena khawatir dipermalukan oleh orang lain. Ini adalah versi berat dari social phobia. Diperkirakan 15 juta orang dewasa di AS saat ini yang menderitanya. Awal terjadinya (onset) biasa sekitar usia 13 tahun. Lebih dari 50% penderita SAD ini baru mencari pertolongan medis setelah menderitanya selama 10 tahun atau lebih.
- Post-traumatic stress disorder (PTSD). PTSD terjadi setelah menyaksikan atau mengalami sendiri suatu kejadian traumatis, seperti bencana alam, peperangan, atau kekerasan fisik. Gejala bisa muncul secara langsung, tapi bisa juga setelah beberapa tahun kemudian. Episode renjatan PTSD bisa muncul tanpa ada tanda-tanda sebelumnya.
- Obsessive-compulsive disorder (OCD). Penderita OCD sering merasa dorongan keras atas keinginan untuk melakukan suatu kegiatan atau ritual secara berulang (compulsion), atau mengalami/memiliki fikiran untuk senantiasa melakukan sesuatu (obsessions). Kondisi compulsion yang sering seperti cuci tangan, menghitung atau memeriksa sesuatu. Sementara kondisi obsessions yang sering adalah mengenai kebersihan, ingin semuanya tertata rapi, dll.
- Phobias. Sangat banyak sekali jenis fobia atau rasa takut akan sesuatu ini. Yang paling sering adalah takut akan ruangan sempit (claustrophobia), takut ketinggian (acrophobia), takut naik pesawat (aerophobia), takut melihat darah (hemophobia), dll.
- Panic disorder. Suatu kelainan yang dapat membuat penderitanya mengalami panic attacks atau perasaan /kecemasan spontan yang luar biasa hebat. Penderitanya akan mengalami palpitasi (denyut jantung sangat cepat), rasa nyeri di dada, dan nafas pendek, bahkan pingsan. Episode serangan dapat terjadi kapan saja. Panic disorder sering juga diderita berbarengan dengan jenis anxiety disorder lainnya.
Penutup
Kehidupan dan rasa cemas adalah pasangan yang tidak bisa dipisahkan. Rasa cemaslah yang membuat kita menjadi berhati-hati dalam menjalani kehidupan. Tapi bila terjadi secara berkepanjangan, yang sering terjadi pada diri seorang wanita karena adanya hormon-hormon “keibuan” dalam dirinya; baru harus ditangani secara serius, karena dapat mengganggu kesehatan. Terutama dapat menurunkan sistem imunitas yang sangat kita perlukan dalam menghadapi pandemi COVID-19 seperti yang masih berlangsung sampai pertengahan Desember 2020 ini.
©IKM 2020-12