Dr. Indra K. Muhtadi - "dokter plus"
  • Home
    • My Curriculum Vitae
    • Dr. Indra on Media
  • What's New
  • Health & Wellness Influencer & Motivator
    • Retirement Preparation from Health Point of View
    • Stres untuk Hebat
    • Health Topic Seminars
    • The Secret of Healthy Life Style
    • Company Health Management
    • Stop Smoking Course
    • Quality Service Excellent
    • Change Leadership Training and Self Improvement
    • Smile in Assertive Communication
    • Assertive Communication Skills
    • Employee Counseling for Productivity
    • Managerial Skills and Self Leadership Skills
    • Motivation and Job Satisfaction
  • Dr. Indra's Books
    • Book: "SEHAT untuk HEBAT"
    • Book: "STRES untuk HEBAT"
    • Book: "Revolusi Mental"
  • Blog: Medical Articles
    • Blog Index (A to Z)
    • Blog Index (by category)
    • Blog Articles: 2025
    • Blog Articles: 2024
    • Blog Articles: 2023
    • Blog Articles: 2022
    • Blog Articles: 2021
    • Blog Articles: 2020
    • Blog Articles: 2019
    • Blog Articles: 2018
    • Blog Articles: 2017
    • Blog Articles: 2016
    • Blog Articles: 2015
    • Blog Articles: 2014
    • Blog Articles: 2013
    • Blog Articles: 2012
    • Blog Articles: 2011
    • Blog Articles: 2010
  • Health Consultant (Praktek)
    • Location
    • Adult Vaccination
  • Health Tips Video
  • Health Calculator
    • BMI Calculator
    • Advanced BMI Calculator
    • BMI Calculator for Children
    • Ideal Body Weight Calculator
    • Exercise Calorie Calculator
    • Daily Calorie Calculator
    • Liquid Calorie Calculator
  • Health Pictures
  • My Travel and Other Blog
  • ABN Group
  • References & Partners
  • Contact Me

Topik ke-496: Hipertensi karena Kehamilan, Preeklamsia, dan Eklamsia

22/3/2024

0 Comments

 
Picture
Pendahuluan
Memiliki penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi saja sudah berbahaya dan sampai dapat mengancam nyawa. Apa lagi bila terjadi ketika hamil, maka bahayanya bukan hanya untuk ibu, tapi juga bayi di dalam kandungan. Hiper-tensi karena kehamilan ini sering juga disebut “hipertensi dalam kehamilan. Dalam istilah medis disebut gestational hypertension. Lalu ada istilah preeklamsia (preeclampsia) dan eklamsia (eclampsia), yang keduanya juga merupakan naiknya tekanan darah pada wanita hamil, dan di Indonesia sering disebut sebagai “keracunan kehamilan” walaupun keduanya bukan kondisi yang terkait dengan racun apa pun.

Hipertensi dlm Kehamilan vs. Preeklamsia-Eklamsia
Sebelum kita membahas detil tentang ketiga kondisi naik-nya tekanan darah wanita yang sedang hamil ini, berikut adalah definisi dan batasan dari ketiganya:
  1. Hipertensi dalam kehamilan. Gestational hypertension ini dikatakan terjadi pada seorang wanita yang sedang hamil bila tekanan darahnya tinggi pada usia kehamilan minimal 20 minggu, namun tanpa adanya protein di dalam urin. Terjadi pada 1 dari 12-17 kehamilan.
  2. Preeklamsia (preeclampsia) adalah kondisi nomor 1 di atas dan terdapat protein di dalam urin (proteinuria), dengan gejala sakit kepala, pandangan kabur, dan ada pembengkakan pada bagian tubuh. Kejadiannya 20-50% dari wanita dengan hipertensi dalam kehamilan.
  3. Eklamsia (eclampsia) adalah kondisi preeklamsia yang lebih parah, yang sudah terjadi kejang. Eklamsia terjadi pada 1 dari 200 kejadian preeklamsia dan dapat sangat fatal sampai menyebabkan kematian ibu dan janin.

Gestational Hypertension
Bila seorang wanita hamil ketika memasuki usia kehamilan 20 minggu tekanan darahnya tinggi dengan sistolik >140 mmHg dan/atau diastolik >90 mmHg (yang diukur pada 2 waktu berbeda), maka ia dikatakan mengalami gestational hypertension. Terlepas dari sebelumnya ia memiliki riwayat tekanan darah tinggi atau tidak. Tapi naiknya tekanan darah ini tanpa ditemukannya protein di dalam urin yang disebut proteinuria, karena bila ada proteinuria berarti sudah masuk kategori preeklamsia yang akan dijelaskan di bawah.

Hipertensi dalam kehamilan cukup sering terjadi yaitu pada 1 dari setiap 12-17 wanita hamil di seluruh dunia. Sayangnya pada tahap awal tidak bergejala kecuali diperiksa tekanan darah dan diukur taksiran berat badan janin yang bisanya di bawah normal. Namun dapat diwaspadai faktor risikonya, seperti: merupakan hamil yang pertama, hamil dengan janin kembar, memiliki riwayat tekanan darah tinggi juga ketika hamil sebelumnya, berusia di atas 35 tahun, obesitas, memiliki penyakit kencing manis, penyakit ginjal, atau penyakit autoimun.

Preeclampsia
Bila hipertensi dalam kehamilan disertai dengan adanya proteinuria, maka sudah bisa dikatakan preeklamsia. Na-mun preeklamsia dapat terjadi bahkan sebelum kehamilan 20 minggu atau setelah persalinan. Karenanya setiap ibu hamil yang memiliki tekanan darah tinggi akan dipantau protein dalam urinnya sampai beberapa hari pasca persa-linan. Penderita gestational hypertension akan lebih besar risikonya menjadi preeklamsia bila hamil di atas 40 tahun, memiliki riwayat dalam keluarga atau dirinya sendiri pada kehamilan sebelumnya yang juga pernah mengalami pre-eklamsia, serta pada wanita hamil dengan proses bayi ta-bung. Ras yang paling sering mengalami preeklamsia adalah wanita kulit hitam, Indian, dan wanita penduduk asli Alaska.

Gejala Preeklamsia
Sangat penting mengetahui gejala preeklamsia, terutama pada wanita hamil yang sudah mengalami tekanan darah yang tinggi. Gejalanya adalah sbb.:
  • Sakit kepala yang susah hilang
  • Nyeri perut bagian atas
  • Mual dan muntah
  • Nafas pendek
  • Pandangan kabur dan seperti melihat bercak hitam
  • Bengkak pada muka dan tangan
  • Berat badan naik sangat cepat karena akumulasi cairan
  • Pada pemeriksaan darah didapati trombosit rendah.

Komplikasi Preeklamsia
Diagnosis preeklamsia harus cepat ditegakkan untuk menghindari terjadinya eklamsia dan jatuh dalam risiko yang lebih besar karena munculnya komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan janinnya. Bila terlambat tertangani, dapat terjadi perdarahan spontan karena terlepasnya plasenta dari dinding rahim, kerusakan liver, gagal ginjal sehingga penderita sulit atau tidak bisa buang air kecil, dan pembengkakan paru. Komplikasi juga terjadi pada bayi yang biasanya terpaksa dilahirkan prematur atau bayi dapat meninggal di dalam kandungan.

Eclampsia
Preeklamsia dapat berkembang menjadi eklamsia, atau bisa dikatakan eklamsia bentuk lebih parah dari preeklamsia. Dengan membaiknya pelayanan kesehatan, angka kejadian eklamsia kini lebih rendah karena lebih dapat dicegah. Wanita hamil mengalami eklamsia bila preeklamsia yang diderita sebelumnya menyebabkan komplikasi seperti di atas ditambah terjadinya kejang, walaupun penderita tidak pernah mengalami kejang di dalam hidupnya. Kejang tidak langsung terjadi, biasanya dimulai dengan episode tatapan kosong penderita, menurunnya kewaspadaan terhadap sekitar, gelisah, barulah kemudian muncul kejang.

Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
Picture
Kejang pada eklamsia terjadi karena kerusakan arteri akibat tekanan darah yang tinggi. Bila terjadi pada arteri yang menyalurkan darah ke otak, maka fungsi otak akan tergang-gu, sehingga terjadi manifestasi kejang sampai bisa terjadi stroke. Arteri yang menyalurkan darah ke plasenta juga dapat rusak, membuat oksigen dan nutrisi terganggu distribusinya ke janin. Sudah pasti pertumbuhan janin juga akan terganggu, cacat, dan masalah kesehatan janin lainnya.

Pentingnya Pemeriksaan Lab pada Ibu Hamil
Inilah sebabnya sangat penting untuk melakukan pemerik-saan lab pada ibu hamil, apa lagi yang memiliki tekanan darah tinggi, terutama yang sudah memasuki usia hamil 20 minggu. Pemeriksaan lab yang harus rutin dilakukan sbb.:
  • Hematologi untuk mengetahui angka trombosit, karena pada preeklamsia terjadi penurunan trombosit.
  • Urin untuk mengetahui ada tidaknya proteinuria yang terjadi pada penderita preeklamsia.
  • Kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal, karena pada preeklamsia terjadi penurunan fungsi ginjal.
Selain pemeriksaan lab, bila tersedia juga sangat dianjurkan memeriksa janin menggunakan USG sehingga dapat dilihat apakah pertumbuhannya sesuai dangan usia kehamilan. Pada preeklamsia, berat badan janin di bawah normal karena terjadi gangguan pada arteri di plasenta.

Penanganan
Penanganan harus sudah dilakukan sejak awal didapati tekanan darah yang tinggi pada seorang wanita hamil, terlepas sebelumnya ia pernah menderita hipertensi atau tidak. Obat-obatan yang biasa diberikan dokter adalah:
  • Obat penurun tekanan darah.
  • Obat antiplatelet (di Indonesia dikenal dengan istilah “obat pengencer darah”) berdosis rendah. Mulai diberi-kan pada awal trimester kedua untuk menekan risiko.
  • Magnesium sulfat untuk mencegah kejang.
  • Steroid yang disuntikkan untuk mempercepat kema-tangan paru-paru bayi.
Bila preeklamsia tetap terjadi dan kehamilan sudah mencapai 37 minggu, maka bayi lebih baik segera dilahirkan. Tujuannya untuk mencegah memburuknya kondisi ibu seperti uraian di atas dan mencegah still birth (bayi mening-gal di dalam kandungan).

Namun bila kehamilan masih di bawah 37 minggu kondisi-nya akan lebih sulit, karena dokter harus senantiasa mem-pertimbangkan apakah bayi harus dilahirkan prematur/ kehamilan diterminasi atau mempertahankannya. Berikut adalah tanda kehamilan harus segera diterminasi:
  • Menurunnya denyut jantung janin
  • Muncul nyeri perut
  • Terjadi gangguan fungsi ginjal dan/atau fungsi liver
  • Terdapat cairan di paru-paru'
  • Terjadi perdarahan yang biasanya tanda placental abruption (terlepasnya plasenta dari dinding rahim)
  • Terjadi kejang
  • Ketika ada ibu hamil pertama datang ke dokter/RS sudah terjadi tanda-tanda di atas (sudah eklamsia).

Setelah Persalinan
Setelah persalinan, baik itu persalinan di atas 37 minggu, prematur, atau terpaksa diterminasi mengorbankan bayi-nya; dalam beberapa hari sampai beberapa minggu tekan-an darah akan kembali normal semua gejala akan hilang dengan sendirinya. Fungsi ginjal dan liver juga akan kembali normal dalam beberapa bulan.

Preeklamsia Setelah Persalinan

Seperti disinggung di atas, bahwa preeklamsia juga dapat terjadi setelah persalinan. Selama kehamilan sampai bayi lahir tekanan darah ibu yang tinggi walaupun tidak sampai masuk ke dalam kondisi preeklamsia; namun justru setelah persalinan baru terdapat proteinuria (terjadi preeklamsia). Walaupun jarang, kondisi preeklamsia yang lebih serius justru dapat terjadi setelah persalinan. Preeklamsia setelah persalinan ini bisa terjadi segera setelah persalinan sampai 48 jam setelah persalinan, bahkan ketika selama persalinan ibu tidak pernah mengalami tekanan darah tinggi. Karena-nya sangat penting, apa lagi selama hamil memiliki tekanan darah tinggi, untuk tetap memeriksakan diri ke dokter setelah persalinan, terutama dalam beberapa hari pertama. Preeklamsia setelah persalinan sangat berbahaya sampai dapat merenggut nyawa seorang wanita.
 
Hipertensi Setelah Persalinan
Gestational hypertension hilang sendiri setelah persalinan, namun sudah meningkatkan risiko seorang wanita menjadi memiliki penyakit tekanan darah tinggi setelah persalinan, walaupun sebelum hamil tidak memiliki riwayat hipertensi. Ia juga akan lebih berisiko untuk kembali mengalami preeklamsia pada kehamilan selanjutnya. Tinggi rendahnya risiko tersebut tergantung dari tingkat keparahan preeklamsia yang dialami pada kehamilan sebelumnya. Juga pada usia kehamilan berapa sebelumnya terjadi yang semakin cepat terjadi pada kehamilan sebelumnya, maka semakin tinggi akan terulang kembali pada kehamilan selanjutnya.
 
HELP Syndrome
Kondisi lainnya yang bisa terjadi adalah HELP syndrome singkatan dari hemolysis (kehancuran sel darah merah), elevated liver enzyme (peningkatan enzim liver), and low platelet counts (turunnya trombosit). Sindroma ini terjadi pada 4-12% wanita yang menderita preeklamsia. HELP syndrome juga dapat terjadi selama kehamilan, dan akan membuat risiko terulang juga pada kehamilan selanjutnya.
 
Mencegah
Mencegah eklamsia adalah dengan cara mencegah pre-eklamsia. Namun tidak ada cara untuk mencegah preekalm-sia atau mencegah terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Yang ada adalah menjauhkan diri dari semua faktor risiko yang dapat dijauhi. Pastikan makan dengan gizi seimbang selama kehamilan, konsumsi vitamin ibu hamil dan asam folat, dan lakukan pemeriksaan kehamilan rutin ke dokter. Dengan demikian setidaknya menurunkan terjadinya peningkatan tekanan darah. Bagi ibu yang sebelum hamil memang memiliki tekanan darah tinggi, harus menjaga tekanan darahnya normal terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk hamil. Lalu selama hamil harus menjalankan DASH diet dan berusaha kuat menghindari hal-hal yang bisa menaikkan tekanan darah.

©IKM 204-03
0 Comments



Leave a Reply.

    Home >> Medical Articles >> 2024

    Medical Articles 2024

    Picture
    Lihat daftar artikel lainnya, click pada gambar

    Picture
    Maknai stres, untuk membuat hidup menjadi lebih hebat. Baca di sini.

    Bila Anda suka dengan blog ini, silakan "like" artikelnya di bagian bawah setiap artikel dan silakan menikmati artikel lainnya pada blog tahun 2023. Click di sini.

    Picture

    Author

    Dr. Indra K. Muhtadi adalah seorang Health Influencer dan konsultan pada berbagai professional training di Indonesia.

    Sebagai dokter, ia sangat piawai memberikan konsultasi kesehatan dengan bahasa ringan sehingga membuat masalah medis menjadi sesuatu yang mudah untuk dipahami.

    Click di sini untuk berkonsultasi dengan Dr. Indra

    These Blogs are written in Bahasa Indonesia. I hope these blogs can help those who search the information about the topic discussed in the radio.  Feel free to give comments and if you need an English version of the content from these blogs, please don't hesitate to contact me.

    Instagram Follow Dr. Indra on Instagram
    Follow @indrakm

    Archives

    December 2024
    November 2024
    October 2024
    September 2024
    August 2024
    July 2024
    June 2024
    May 2024
    April 2024
    March 2024
    February 2024
    January 2024

    Categories

    All
    Batu Calcium Oxalate & Diet T Kita
    Begadang Membunuhmu
    Bercak Putih Di Kulit Tapi Bukan Panu
    Blue Light (Sinar Biru)
    Diabetes Hacks
    Fatty Liver & Kematian Mendadak
    Henti Nafas Saat Tidur (Sleep Apnea)
    Hipertensi Dlm Kehamilan-Preeklamsia-Eklamsia
    Hipertensi & Stres Pada Usia Muda
    Jangan Takut Dengan Karbohidrat
    Kanker Tulang
    Kematian Mendadak Akibat Jantung (Sudden Cardiac Death)
    Ketidakpastian Ekonomi & Kesehtan Mental
    Kolesterol Dan Diet Kita
    Komedo (Comedones)
    Krisis Identitas Pada Dewasa & Remaja
    Kritis Menyikapi Hoax Kesehatan
    Lagi Stres
    Lawan Peradangan Dengan Rempah-Rempah
    Makan Aja (Eat To Beat Stress)
    Melewatkan Waktu Makan (Skipping Meals)
    Mencegah Penyakit Jantung Dengan Rutin Checkup
    Mengigau & Berjalan Saat Tidur (Parasomnia)
    Mitos Multitasking
    Obat Generik Vs. Paten & Bermerek
    Pengawet Makanan (Food Preservatives)
    Pilihan Anda
    Plak & Karang Gigi
    Polip Hidung (Nasal Polyp)
    Preventive Medicine: Hidup Anda
    Puasa Sehat Bebas Hipertensi
    Rasa Cemas & Over Thinking
    Schizophrenia (Sakit Jiwa)
    Sikap Masa Bodoh Dengan Kesehatan
    Susu Sapi Vs. Susu Ikan


    Saya tidak mencantumkan rujukan atau sumber dari artikel yang saya tulis, karena akan menambah panjang body dari posting-an blog-nya.
    Bila ada yang memerlukan silakan hubungi saya di contac me. Saya dengan senang hati akan menginfokannya.


    Disclaimer
    All data and statements in all articles in these blogs on this website were true at the time of writing. Some update may be required.

    The Content is not intended to be a substitute for professional medical advice, diagnosis, or treatment. Always seek the advice of your physician or other qualified health provider with any questions you may have regarding a medical condition.

    Picture
    Terima kasih untuk mendukung usaha saya dan berbagi informasi
    Thank you for supporting my effort and sharing my knowledge


    Picture

    Info graphic
    of the week

    Picture
    Preventive Medicine - Your Life, Your Choice!

    Navigation:
    Back to Blog Main Page
    Back to Blog Index

Proudly powered by Weebly