Memiliki penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi saja sudah berbahaya dan sampai dapat mengancam nyawa. Apa lagi bila terjadi ketika hamil, maka bahayanya bukan hanya untuk ibu, tapi juga bayi di dalam kandungan. Hiper-tensi karena kehamilan ini sering juga disebut “hipertensi dalam kehamilan. Dalam istilah medis disebut gestational hypertension. Lalu ada istilah preeklamsia (preeclampsia) dan eklamsia (eclampsia), yang keduanya juga merupakan naiknya tekanan darah pada wanita hamil, dan di Indonesia sering disebut sebagai “keracunan kehamilan” walaupun keduanya bukan kondisi yang terkait dengan racun apa pun.
Sebelum kita membahas detil tentang ketiga kondisi naik-nya tekanan darah wanita yang sedang hamil ini, berikut adalah definisi dan batasan dari ketiganya:
- Hipertensi dalam kehamilan. Gestational hypertension ini dikatakan terjadi pada seorang wanita yang sedang hamil bila tekanan darahnya tinggi pada usia kehamilan minimal 20 minggu, namun tanpa adanya protein di dalam urin. Terjadi pada 1 dari 12-17 kehamilan.
- Preeklamsia (preeclampsia) adalah kondisi nomor 1 di atas dan terdapat protein di dalam urin (proteinuria), dengan gejala sakit kepala, pandangan kabur, dan ada pembengkakan pada bagian tubuh. Kejadiannya 20-50% dari wanita dengan hipertensi dalam kehamilan.
- Eklamsia (eclampsia) adalah kondisi preeklamsia yang lebih parah, yang sudah terjadi kejang. Eklamsia terjadi pada 1 dari 200 kejadian preeklamsia dan dapat sangat fatal sampai menyebabkan kematian ibu dan janin.
Bila seorang wanita hamil ketika memasuki usia kehamilan 20 minggu tekanan darahnya tinggi dengan sistolik >140 mmHg dan/atau diastolik >90 mmHg (yang diukur pada 2 waktu berbeda), maka ia dikatakan mengalami gestational hypertension. Terlepas dari sebelumnya ia memiliki riwayat tekanan darah tinggi atau tidak. Tapi naiknya tekanan darah ini tanpa ditemukannya protein di dalam urin yang disebut proteinuria, karena bila ada proteinuria berarti sudah masuk kategori preeklamsia yang akan dijelaskan di bawah.
Hipertensi dalam kehamilan cukup sering terjadi yaitu pada 1 dari setiap 12-17 wanita hamil di seluruh dunia. Sayangnya pada tahap awal tidak bergejala kecuali diperiksa tekanan darah dan diukur taksiran berat badan janin yang bisanya di bawah normal. Namun dapat diwaspadai faktor risikonya, seperti: merupakan hamil yang pertama, hamil dengan janin kembar, memiliki riwayat tekanan darah tinggi juga ketika hamil sebelumnya, berusia di atas 35 tahun, obesitas, memiliki penyakit kencing manis, penyakit ginjal, atau penyakit autoimun.
Preeclampsia
Bila hipertensi dalam kehamilan disertai dengan adanya proteinuria, maka sudah bisa dikatakan preeklamsia. Na-mun preeklamsia dapat terjadi bahkan sebelum kehamilan 20 minggu atau setelah persalinan. Karenanya setiap ibu hamil yang memiliki tekanan darah tinggi akan dipantau protein dalam urinnya sampai beberapa hari pasca persa-linan. Penderita gestational hypertension akan lebih besar risikonya menjadi preeklamsia bila hamil di atas 40 tahun, memiliki riwayat dalam keluarga atau dirinya sendiri pada kehamilan sebelumnya yang juga pernah mengalami pre-eklamsia, serta pada wanita hamil dengan proses bayi ta-bung. Ras yang paling sering mengalami preeklamsia adalah wanita kulit hitam, Indian, dan wanita penduduk asli Alaska.
Gejala Preeklamsia
Sangat penting mengetahui gejala preeklamsia, terutama pada wanita hamil yang sudah mengalami tekanan darah yang tinggi. Gejalanya adalah sbb.:
- Sakit kepala yang susah hilang
- Nyeri perut bagian atas
- Mual dan muntah
- Nafas pendek
- Pandangan kabur dan seperti melihat bercak hitam
- Bengkak pada muka dan tangan
- Berat badan naik sangat cepat karena akumulasi cairan
- Pada pemeriksaan darah didapati trombosit rendah.
Komplikasi Preeklamsia
Diagnosis preeklamsia harus cepat ditegakkan untuk menghindari terjadinya eklamsia dan jatuh dalam risiko yang lebih besar karena munculnya komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan janinnya. Bila terlambat tertangani, dapat terjadi perdarahan spontan karena terlepasnya plasenta dari dinding rahim, kerusakan liver, gagal ginjal sehingga penderita sulit atau tidak bisa buang air kecil, dan pembengkakan paru. Komplikasi juga terjadi pada bayi yang biasanya terpaksa dilahirkan prematur atau bayi dapat meninggal di dalam kandungan.
Eclampsia
Preeklamsia dapat berkembang menjadi eklamsia, atau bisa dikatakan eklamsia bentuk lebih parah dari preeklamsia. Dengan membaiknya pelayanan kesehatan, angka kejadian eklamsia kini lebih rendah karena lebih dapat dicegah. Wanita hamil mengalami eklamsia bila preeklamsia yang diderita sebelumnya menyebabkan komplikasi seperti di atas ditambah terjadinya kejang, walaupun penderita tidak pernah mengalami kejang di dalam hidupnya. Kejang tidak langsung terjadi, biasanya dimulai dengan episode tatapan kosong penderita, menurunnya kewaspadaan terhadap sekitar, gelisah, barulah kemudian muncul kejang.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
Pentingnya Pemeriksaan Lab pada Ibu Hamil
Inilah sebabnya sangat penting untuk melakukan pemerik-saan lab pada ibu hamil, apa lagi yang memiliki tekanan darah tinggi, terutama yang sudah memasuki usia hamil 20 minggu. Pemeriksaan lab yang harus rutin dilakukan sbb.:
- Hematologi untuk mengetahui angka trombosit, karena pada preeklamsia terjadi penurunan trombosit.
- Urin untuk mengetahui ada tidaknya proteinuria yang terjadi pada penderita preeklamsia.
- Kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal, karena pada preeklamsia terjadi penurunan fungsi ginjal.
Penanganan
Penanganan harus sudah dilakukan sejak awal didapati tekanan darah yang tinggi pada seorang wanita hamil, terlepas sebelumnya ia pernah menderita hipertensi atau tidak. Obat-obatan yang biasa diberikan dokter adalah:
- Obat penurun tekanan darah.
- Obat antiplatelet (di Indonesia dikenal dengan istilah “obat pengencer darah”) berdosis rendah. Mulai diberi-kan pada awal trimester kedua untuk menekan risiko.
- Magnesium sulfat untuk mencegah kejang.
- Steroid yang disuntikkan untuk mempercepat kema-tangan paru-paru bayi.
Namun bila kehamilan masih di bawah 37 minggu kondisi-nya akan lebih sulit, karena dokter harus senantiasa mem-pertimbangkan apakah bayi harus dilahirkan prematur/ kehamilan diterminasi atau mempertahankannya. Berikut adalah tanda kehamilan harus segera diterminasi:
- Menurunnya denyut jantung janin
- Muncul nyeri perut
- Terjadi gangguan fungsi ginjal dan/atau fungsi liver
- Terdapat cairan di paru-paru'
- Terjadi perdarahan yang biasanya tanda placental abruption (terlepasnya plasenta dari dinding rahim)
- Terjadi kejang
- Ketika ada ibu hamil pertama datang ke dokter/RS sudah terjadi tanda-tanda di atas (sudah eklamsia).
Setelah Persalinan
Setelah persalinan, baik itu persalinan di atas 37 minggu, prematur, atau terpaksa diterminasi mengorbankan bayi-nya; dalam beberapa hari sampai beberapa minggu tekan-an darah akan kembali normal semua gejala akan hilang dengan sendirinya. Fungsi ginjal dan liver juga akan kembali normal dalam beberapa bulan.
Preeklamsia Setelah Persalinan
Seperti disinggung di atas, bahwa preeklamsia juga dapat terjadi setelah persalinan. Selama kehamilan sampai bayi lahir tekanan darah ibu yang tinggi walaupun tidak sampai masuk ke dalam kondisi preeklamsia; namun justru setelah persalinan baru terdapat proteinuria (terjadi preeklamsia). Walaupun jarang, kondisi preeklamsia yang lebih serius justru dapat terjadi setelah persalinan. Preeklamsia setelah persalinan ini bisa terjadi segera setelah persalinan sampai 48 jam setelah persalinan, bahkan ketika selama persalinan ibu tidak pernah mengalami tekanan darah tinggi. Karena-nya sangat penting, apa lagi selama hamil memiliki tekanan darah tinggi, untuk tetap memeriksakan diri ke dokter setelah persalinan, terutama dalam beberapa hari pertama. Preeklamsia setelah persalinan sangat berbahaya sampai dapat merenggut nyawa seorang wanita.
Hipertensi Setelah Persalinan
Gestational hypertension hilang sendiri setelah persalinan, namun sudah meningkatkan risiko seorang wanita menjadi memiliki penyakit tekanan darah tinggi setelah persalinan, walaupun sebelum hamil tidak memiliki riwayat hipertensi. Ia juga akan lebih berisiko untuk kembali mengalami preeklamsia pada kehamilan selanjutnya. Tinggi rendahnya risiko tersebut tergantung dari tingkat keparahan preeklamsia yang dialami pada kehamilan sebelumnya. Juga pada usia kehamilan berapa sebelumnya terjadi yang semakin cepat terjadi pada kehamilan sebelumnya, maka semakin tinggi akan terulang kembali pada kehamilan selanjutnya.
HELP Syndrome
Kondisi lainnya yang bisa terjadi adalah HELP syndrome singkatan dari hemolysis (kehancuran sel darah merah), elevated liver enzyme (peningkatan enzim liver), and low platelet counts (turunnya trombosit). Sindroma ini terjadi pada 4-12% wanita yang menderita preeklamsia. HELP syndrome juga dapat terjadi selama kehamilan, dan akan membuat risiko terulang juga pada kehamilan selanjutnya.
Mencegah
Mencegah eklamsia adalah dengan cara mencegah pre-eklamsia. Namun tidak ada cara untuk mencegah preekalm-sia atau mencegah terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Yang ada adalah menjauhkan diri dari semua faktor risiko yang dapat dijauhi. Pastikan makan dengan gizi seimbang selama kehamilan, konsumsi vitamin ibu hamil dan asam folat, dan lakukan pemeriksaan kehamilan rutin ke dokter. Dengan demikian setidaknya menurunkan terjadinya peningkatan tekanan darah. Bagi ibu yang sebelum hamil memang memiliki tekanan darah tinggi, harus menjaga tekanan darahnya normal terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk hamil. Lalu selama hamil harus menjalankan DASH diet dan berusaha kuat menghindari hal-hal yang bisa menaikkan tekanan darah.
©IKM 204-03