Gas air mata (tear gas) disebut juga sebagai riot control agents atau agen pengontrol massa. Gas air mata ini biasa digunakan oleh aparat keamanan atau tentara untuk mengendalikan massa saat melakukan demonstrasi atau dengan tujuan membubarkan kumpulan massa pada satu area. Selain itu gas air mata juga ada yang dijual dan dapat dipakai oleh perorangan saat membela diri dari orang yang berpotensi mencelakai dirinya, yang lebih dikenal dengan pepper spray (semprotan merica). Di dalam gas air mata terdapat senyawa kimia yang secara tidak permanen membuat orang sulit untuk beraktivitas dengan cara menyebabkan iritasi pada mata, mulut, kulit, tenggorokan, dan paru-paru. Ada beberapa jenis senyawa yang digunakan untuk membuat gas air mata. Di antaranya ada yang masih digunakan, namun ada yang sudah dilarang karena dapat menyebabkan efek kerusakan permanen pada manusia.
Senyawa Chlorobenzalmalononitrile atau (CS) ditemukan pertama kali oleh dua ilmuan AS pada tahun 1928, dan tercatat dalam sejarah digunakan sebagai senjata kimia dalam Perang Dunia I. Senyawa ini lalu digunakan pertama kali untuk mengontrol massa oleh tentara AS pada tahun 1959 saat mengatasi sebuah demonstrasi di sana. Mulai saat itulah dikenal dengan nama riot control agents atau agen pengontrol massa, atau nama singkatnya sebagai tear gas (gas air mata). Pada tahun 1993 banyak negara dunia berkumpul di Genewa, Swiss untuk menandatangani perjanjian internasional mencegah penggunaan gas air mata di dalam peperangan. Dalam pasal 5 di dalam perjanjian tersebut tertulis, “Setiap negara dilarang menggunakan gas pengontrol massa sebagai senjata dalam peperangan.” Semua menandatanganinya kecuali Korea Utara, Sudan Selatan, Mesir, dan Israel.