Menurut para ahli jiwa di beberapa negara, sangat mungkin sekali tanpa terkecuali setiap individu di dunia, mulai dari derajat yang ringan sampai berat terkena dampak secara psikis terhadap pandemi COVID-19 (C19) ini. Ternyata dampak psikis itu tidak terjadi saat pandemi berada pada puncak tertingginya seperti tahun 2021 yang lalu saja. Karena bahkan ketika pandemi menjelang dan setelah usai nanti, dampak psikis tersebut masih akan terasa. Memang sekali lagi, derajatnya bisa sangat ringan sampai bisa diabaikan oleh yang bersangkutan, tapi tidak sedikit bergejala berat sampai mengganggu aktivitas keseharian mereka. Gejala berat sudah tentu bisa bermanifes-tasi menjadi depresi, dan gejala ringan kita tidak definisikan. Namun yang berada di tengahnya dikatakan dalam bahasa Inggris sebagai "languishing” atau kehilangan semangat.
Languishing yang dibaca “leng-guising” menggambarkan kondisi berkurangnya kesehatan mental seseorang. Kata yang sulit dicari padanan artinya dalam kata bahasa Indonesia. Tapi bila diterjemahkan bebas bisa digambarkan sebagai “kehilangan semangat”. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang psikolog bernama Corey Keyes di tahun 2002, untuk menggambarkan kesehatan mental di antara bagus dan buruk. Dia membagi kesehatan mental itu menjadi 4 level:
- Kesehatan mental yang bagus
- Kesehatan mental sedang
- Languishing atau kesehatan mental yang kurang
- Depresi (kesehatan mental buruk).