Tubuh kita membutuhkan beragam vitamin dan mineral yang sangat penting bagi pertumbuhan, konservasi sel-sel tubuh, dan pencegahan penyakit. Vitamin dan mineral ini sering disebut sebagai mikronutrien (micronutrients) yang tidak diproduksi oleh tubuh sehingga senantiasa harus terdapat dalam diet (konsumsi makanan) kita. Kebutuhan mikronutrien ini berbeda tergantung usia, jenis kelamin, dan kondisi yang sedang dialami seperti wanita hamil, dalam masa penyembuhan penyakit, dll. Defisiensi vitamin dan mineral atau yang bisa juga disebut sebagai defisiensi nutrisi (nutritional deficiencies) terjadi ketika tubuh tidak mendapatkan dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Defisiensi nutrisi ini dapat berujung pada berbagai jenis masalah medis seperti masalah pertumbuhan (stunting), masalah pencernaan, penyakit kulit, gangguan pertahanan tubuh, bahkan kepikunan.
Sejak di bangku sekolah dasar, anak-anak diajarkan sumber makanan yang tinggi kandungan vitamin dan mineralnya dan harus senantiasa dikonsumsi secara rutin. Tapi di zaman modern seperti saat ini, vitamin dan mineral bisa didapatkan dalam bentuk tablet atau kapsul, atau terdapat pula pada berbagai jenis makanan olahan hasil pabrikasi. Contohnya adalah cemilan, sereal untuk sarapan, susu dalam kemasan yang hampir selalu diperkaya dengan tambahan vitamin dan mineral. Jadi seharusnya, kondisi defisiensi nutrisi ini tidak perlu terjadi. Tapi tetap saja banyak orang yang mengkonsumsi makanan dan minuman yang tidak seimbang sehingga asupan mikronutrien-nya tidak sempurna, atau memiliki penyakit gangguan penyerapan yang mereka konsumsi. Ada beberapa jenis defisiensi nutrisi yang sering terjadi dan akan dibahas di sini.
Defisiensi zat besi (Fe), merupakan kasus defisiensi nutrisi yang paling umum dan paling sering terjadi di seluruh dunia, tidak melihat faktor sosioekonomi. Defisiensi zat besi menjadi alasan terbesar terjadinya anemia atau kurang darah. Bukan volume darahnya yang berkurang, tapi kandungan hemoglobin di dalam darah yang berada di bawah normal sehingga tidak bisa mengangkut oksigen dengan cukup ke seluruh organ. Penderita akan mengeluhkan lemah, fatigue, dan gejala lainnya. Di alam zat besi dapat ditemukan di dalam saluran hijau, daging merah, dan kuning telur. Menurut WHO, lebih dari 30% penduduk dunia menderita anemia yang sebagian besar terjadi karena defisiensi zat besi. Karenanya WHO sampai menetapkan defisiensi zat besi sebagai penyakit epidemi kesehatan masyarakat di dunia.
2. Defisiensi Vitamin A
Vitamin A adalah salah satu dari mikronutrien yang sangat penting bagi kesehatan dan fungsi mata. Selain itu memegang peranan penting dalam fungsi reproduksi dan sistem imunitas. Menurut WHO, defisiensi vitamin A menjadi penyebab utama kasus kebutaan yang dapat dicegah pada anak-anak di dunia. Kekurangan vitamin A juga menjadi penyebab tingginya angka kematian pada ibu hamil. Beta carotene sebagai zat yang akan dirubah oleh tubuh menjadi vitamin A, masuk ke dalam golongan antioksidan yang terdapat pada sayuran dan buah berwarna merah (susu, paprika, dll.), jingga (wortel, labu, ubi, dll.), kuning (paprika, pepaya, peach, dll.), dan berwarna hijau tua (bayam, brokoli, dll.). Selain itu juga banyak terdapat pada susu segar dan telur.
3. Defisiensi Vitamin B-1
Defisiensi vitamin B-1 (thiamine) juga sering ditemukan. Vitamin yang penting untuk sistem syaraf ini juga berperan dalam metabolisme yaitu membantu tubuh merubah karbohidrat menjadi energi. Defisiensi vitamin B-1 dapat mengakibatkan turunnya berat badan, lemah (fatigue), bingung, dan kehilangan ingatan jangka pendek. Bila berlanjut dapat terjadi kerusakan syaraf dan otot dan mengganggu kerja jantung. Di negara Barat, defisiensi vitamin B-1 sering terjadi pada pengkonsumsi minuman beralkohol dalam jumlah tinggi, karena alkohol menurunkan kemampuan tubuh menyerap thiamine, mengganggu penyimpanan thiamine di liver, dan mengganggu metabolisme thiamine. Sumber thiamine terbaik adalah telur, kacang, biji-bijian, dan ragi.
4. Defisiensi Vitamin B-3
Vitamin B-3 (niacin) juga berfungsi membantu tubuh merubah makanan menjadi energi. Defisiensi berat niacin disebut sebagai pellagra dengan gejala diare, dementia, dan kerusakan kulit. Niacin banyak terdapat pada protein hewani dan kacang-kacangan. Defisiensi vitamin B-3 ini sering ditemui pada kelompok orang yang tidak banyak mengkonsumsi protein hewani, dan vegan.
5. Defisiensi Vitamin B-9
Vitamin B-9 dikenal juga sebagai folat, membantu tubuh memproduksi sel darah merah dan produksi DNA. Juga membantu pertumbuhan otak dan sistem syaraf, sehingga sangat diperlukan oleh ibu hamil dan anak dalam masa pertumbuhan. Karenanya folat sering ditambahkan ke dalam makanan atau cemilan anak-anak, dan menjadi suplemen rutin dan wajib bagi ibu hamil. Kekurangan folat sering menjadi penyebab cacat dari dalam kandungan, gangguan pertumbuhan dan anemia. Folat di alam bisa didapatkan di buncis, jeruk-jerukan, sayuran hijau, asparagus, daging merah, kerang, dan oatmeal. Pada kondisi yang jarang, ada orang yang mengalami mutasi genetis yang menghalangi tubuhnya mengolah folat.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
Vitamin B-12 bertanggung jawab membantu tubuh membuat sel darah merah. Kejadian defisiensi vitamin B-12 sering ditemukan pada vegan, manula, penderita kencing manis yang mengkonsumsi metformin, dan penggunaan jangka panjang antacid (obat penetralisir asam lambung). Dalam proses penyerapan vitamin B-12 di usus halus, tubuh membutuhkan asupan calcium yang cukup. Karenanya banyak kejadian defisiensi vitamin B-12 terjadi pada mereka yang rendah asupan kalsiumnya. Gejala defisiensi vitamin B-12 di antaranya adalah fatigue, lemah lengan dan tungkai, pusing, nafas pendek, turun berat badan, mual dan nafsu makan turun, lidah memerah dan sering sariawan, serta kulit menjadi pucat atau menguning. Bila tidak diterapi dapat merusak sistem syaraf permanen membuat penderitanya menderita lemah otot, sulit berjalan, mudah marah, dementia, depresi, dan kehilangan daya ingat. Vitamin B-12 banyak terdapat pada daging merah dan produk hewani.
7. Defisiensi Vitamin D
Menurut Harvard’s School of Public Health, sekitar 1 miliar manusia di dunia saat ini tidak mendapatkan vitamin D yang cukup. Vitamin D didapatkan tubuh dari merubah pro vitamin D menjadi vitamin D3 yang dibutuhkan tubuh dengan bantuan sinar matahari. Karenanya semakin gelap warna kulit seseorang, semakin tinggi resikonya untuk menderita defisiensi vitamin D. Vitamin D3 sangat dibutuhkan untuk memiliki tulang yang kuat. Juga membantu tubuh menjaga kadar calcium untuk kesehatan tulang dan gigi. Defisiensi vitamin D3 bisa membuat buruknya pertumbuhan dan kesehatan tulang serta mempercepat terjadinya osteoporosis. Pro vitamin D dapat ditemukan di minyak ikan, ikan yang berlemak, jamur, kuning telur, dan hati sapi/ayam. Saat ini banyak produk susu (dairy product) sengaja ditambahkan vitamin D3.
8. Defisiensi Calcium
Selain untuk menjaga kesehatan tulang dan gigi seperti yang sudah sangat dimengerti, ternyata calcium juga sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk menjaga kesehatan jantung dan syaraf. Sayangnya kondisi defisiensi calcium tidak serta merata memunculkan gejala, dan bila sudah bergejala, kondisinya sudah parah. Bila asupan calcium berkurang, tubuh akan mencukupkan kebutuhan dengan “menggerogoti” tulang, sehingga dapat mencetus osteoporosis terutama pada manula. Dapat juga mencetus kejang dan denyut jantung abnormal yang mengancam jiwa. Sumber terbaik calcium adalah produk susu seperti susu segar keju, mentega, dan yogurt, serta ikan yang dikonsumsi tulangnya seperti ikan teri. Pada tumbuhan calcium banyak terdapat pada kale dan brokoli.
9. Defisiensi Yodium (Iodine)
Bila kebutuhan yodium tubuh tidak terpenuhi, maka tubuh tidak akan memproduksi hormon tiroid yang cukup untuk membantu metabolisme, mengatur suhu tubuh, dll. Defisiensi yodium sangat berbahaya bila terjadi pada ibu hamil karena dapat menurunkan tingkat kepintaran anak nantinya. Tanda defisiensi yodium disebut goiter, yaitu pembengkakan pada kelenjar tiroid di leher. Lalu bisa mencetus hipotiroid dengan gejala peningkatan berat badan, fatigue, merasa selalu kedinginan, dan rambut yang menipis. Di zaman modern ini sangat lumrah bagi produsen garam untuk menambahkan yodium, karena hal ini juga dianjurkan oleh WHO untuk mencegah defisiensi yodium di masyarakat. Selain ditambahkan pada garam, yodium bisa dijumpai di alam pada seafood dan telur.
10. Defisiensi DHA (Docosahexaenoic Acid)
DHA merupakan asam lemak esensial yang sangat penting bagi pertumbuhan dan fungsi otak. Defisiensi DHA dapat mencetus gangguan mental, kemampuan belajar dan berfikir, serta pada ibu hamil menghambat pertumbuhan otak janin yang dikandungnya. DHA banyak terdapat pada minyak ikan, lemak ikan terutama ikan laut, dan minyak beberapa jenis alga. Walaupun tubuh juga bisa membuat DHA dari asam lemak omega-3 ALA yang banyak terdapat pada kenari, namun tidak akan mencukupi kebutuhan. Karenanya seorang vegan atau yang tidak suka ikan biasa memiliki kadar DHA rendah di dalam tubuhnya, sehingga mereka membutuhkan suplemen DHA.
Tanda dan Gejala Defisiensi Nutrisi
Walaupun setiap kejadian defisiensi nutrisi tertentu bisa menimbulkan gejala tertentu pula seperti yang diuraikan di atas, namun ada gejala umum yang bisa muncul di tubuh pada kondisi defisiensi nutrisi, yaitu: kulit pucat, fatigue (lemah), kesulitan bernafas, rambut rontok, sering sakit kepala ringan, sembelit, mudah mengantuk, konsentrasi menurun, palpitasi, sering kesemutan dan kram pada persendian, perasaan ingin pingsan sampai benar pingsan, depresi, gangguan siklus haid (menjadi lebih jarang), dan keinginan mengkonsumsi makanan tertentu yang biasanya makanan yang mengandung nutrisi yang sedang dialami defisiensinya. Bila kondisi defisiensi nutrisi ini tidak ditangani, tubuh biasanya beradaptasi dan menjadi sulit untuk menegakkan diagnosisnya. Karenanya segeralah memeriksakan diri ke dokter bila pernah mengalami gejala-gejala di atas.
Sebagian besar masalah yang ditimbulkan karena defisiensi nutrisi akan hilang ketika nutrisi tersebut kembali tercukupi. Tapi seperti yang disinggung di atas, pada beberapa kasus berat, masalah yang disebabkannya bisa terjadi alam waktu lama bahkan permanen. Contoh paling nyatanya adalah kasus stunting yang masih banyak terjadi di Indonesia dan negara berkembang. Oleh karena itu, WHO sangat merekomendasikan agar anak-anak dalam pertumbuhan mengkonsumsi suplemen vitamin dan mineral, dan menyarankan agar produsen makanan memperkaya produknya dengan menambahkan vitamin dan mineral yang penting bagi pertumbuhan anak.
Menangani Defisiensi Nutrien
Penanganan defisiensi nutrien tergantung kepada penyebab dan keparahan defisiensinya. Tapi yang jelas apa pun jenis nutrisi yang dialami defisiensinya, penanganan utamanya adalah dietary changes atau memperbaiki diet (pola makan). Penderita harus mau mengkonsumsi makanan yang dianjurkan. Dokter yang menangani dan ahli gizi juga akan meresepkan suplemen vitamin dan mineral untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dari kondisi defisiensinya. Sementara untuk gejala dan kondisi medis akibat defisiensi akan ditangani secara paralel oleh dokter, selama belum bersifat permanen. Bila sudah terjadi kerusakan permanen, maka fisioterapi akan menjadi pilihannya.
Mengkonsumsi Suplemen
Sebenarnya bila diet seseorang seimbang, akan sulit baginya untuk menderita defisiensi vitamin dan mineral karena sudah tercukupi dari makan yang dikonsumsi. Ada nutrisi yang dapat disimpan oleh tubuh seperti vitamin A, D, E, dan K serta beberapa jenis mineral, tapi ada juga yang dibutuhkan harian seperti vitamin C dan B. Bila dalam kondisi tubuh tercukupkan kebutuhan vitamin dan mineralnya lalu yang bersangkutan mengkonsumsi suplemen, kelebihannya akan dibuang melalui urin, keringat, dan liver. Karenanya jangan terlalu berlebihan mengkonsumsi suplemen dan konsultasikanlah selalu dengan dokter Anda. Serta yang tidak kalah penting, harus dicukupkan minum air bila sedang mengkonsumsi suplemen.
©IKM 2022-01