“Serangan otak” atau “brain attack” merupakan istilah yang tidak lazim diucapkan. Tapi apa yang terjadi sesungguhnya adalah memang merupakan serangan pada otak, sama seperti “serangan jantung” (“heart attack”) seperti yang terjadi pada jantung. Faktor predisposisi dan faktor resikonya relatif sama, patogenesis atau perjalanan penyakit penyebabnya pun sama. Hanya yang satu terjadi di jantung dan lainnya di otak. Apa yang dikatakan sebagai serangan otak ini lebih umum dikenal dengan istilah “stroke”, yang merupakan kasus kegawatdaruratan medis, saat darah yang mengaliri otak terhalang atau terputus. Tanpa suplai darah yang mengangkut nutrisi dan oksigen, sel-sel otak akan mati, menimbulkan gejala serius, kelumpuhan permanen, bahkan kematian. Stroke kini semakin sering terjadi pada dewasa muda karena gaya hidup modern yang dijalani.
Antara stroke atau serangan otak dengan serangan jantung sama-sama terjadi secara tiba-tiba, dengan kedua penyebab yang melatar-belakanginya sama-sama terjadi karena proses lama bahkan bisa sampai tahunan ke belakang. Keduanya dimungkinkan karena yang bersangkutan memiliki gaya hidup yang tidak sehat. Orang yang pernah stroke beresiko besar untuk mengalami serangan jantung, dan juga sebaliknya orang yang pernah mengalami serangan jantung beresiko besar untuk mengalami stroke. Antara keduanya, gejala dan tingkat keparahannya tergantung dari beberapa faktor yaitu:
- Usia: semakin tua semakin beresiko
- Jenis kelamin: pada usia muda pria lebih beresiko, tapi pada usia tua wanita lebih tinggi resikonya.
- Kondisi kesehatan secara umum: bila yang bersangkutan memiliki penyakit metabolisme seperti hipertensi, kencing manis, kadar lemak darah tinggi, obesitas, dll.
Ketiga faktor yang membedakan gejala atau tingkat keparahan stroke di atas juga merupakan faktor resiko bagi seseorang untuk lebih mudah bisa terkena stroke. Tapi bila diurutkan berdasarkan penelitian, 7 faktor resiko terbesar seseorang terkena stroke adalah: (1) merokok, (2) lemak darah tinggi, (3) tekanan darah tinggi, (4) usia, (5) riwayat penyakit serupa di keluarga, (6) kencing manis, dan (7) obesitas. Faktor resiko usia kini semakin tidak signifikan, karena stroke sering juga terjadi pada dewasa muda, yaitu mereka yang memiliki enam faktor resiko di atas lainnya. Semakin sering kini stroke terjadi bukan pada orang tua yaitu mereka yang merokok, memiliki kadar lemak darah tinggi, bertekanan darah tinggi, penderita kencing manis, berbadan obese, apa lagi memiliki riwayat di keluarga.
Tiga Jenis Stroke
Walaupun kelumpuhan dan menyebabkan kematiannya sama, tapi stroke dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
- Transient ischemic attack yang disingkat TIA dan dikatakan juga stroke mini atau stroke ringan. Terjadi karena tidak bisa mengalirnya darah ke bagian otak disebabkan oleh sumbatan yang sementara atau tidak permanen, sehingga kejadian TIA pun hanya beberapa saat saja
- Ischemic stroke merupakan stroke dengan kejadian terbanyak yaitu sebesar 87% dari seluruh kejadian stroke. Terjadi ketika tidak mengalirnya darah ke bagian otak disebabkan oleh sumbatan yang permanen. Biasanya merupakan suatu atherosclerosis, yaitu penebalan lemak pada dinding pembuluh darah. Selain menyempitkan rongga pembuluh darah, bisa sampai lepas dan menyumbat aliran darah itu sendiri. Sama seperti serangan jantung yang disebabkan oleh sumbatan arteri coronaria. Stroke iskemik ini bisa bersifat emboli, atau bekuan (clot) berasal dari bagian tubuh lain, bisa juga bersifat trombotik di mana bekuan berasal dari pembuluh darah di otak sendiri. Tidak seperti TIA, stroke iskemik tidak akan hilang tanpa pengobatan. Kejadian stroke iskemik semakin tinggi pada pasien yang memiliki abnormalitas denyut jantung atrial fibrillation. Karena jantung tidak memompa secara baik menyebabkan penumpukan darah di dalam jantung dan rentan membentuk bekuan.
- Hemorrhagic stroke yang terjadi ketika tidak mengalirnya darah ke bagian otak disebabkan oleh robek atau pecahnya pembuluh darah itu sendiri, lalu darah akan menggenangi jaringan di sekitarnya dan merusak otak. Ada 3 tipe stroke perdarahan ini:
- Aneurysm (aneurisma), yaitu kondisi melemahnya sebagian dinding pembuluh darah sehingga menggelembung seperti balon yang akhirnya bisa pecah.
- Arteriovenous malformation, yaitu kondisi abnormal mal-formasi pembuluh darah sehingga rentan pecah.
- Tekanan tinggi pembuluh darah yang melewati ambang batas bisa menerima tekanannya sehingga pecah.
Brain Stem Stroke
Selain tiga kelompok besar atau jenis stroke di atas, ada juga yang dikatakan sebagai brain stem stroke atau stroke batang otak yang terletak di atas syaraf tulang belakang pada bagian bawah dari otak. Jadi stroke batang otak bukan jenis stroke yang berbeda, hanya lokasinya terjadi pada batang otak, yang selain bertugas untuk mengontrol pernafasan, denyut jantung, dan tekanan darah; juga mengatur kita berbicara, menelan, mendengar, dan gerakan bola mata. Kita sangat bergantung pada fungsi batang otak untuk memiliki tubuh yang berfungsi. Bila salah satu dari ketiga jenis stroke di atas terjadi pada batang otak, maka akibatnya bisa sampai henti nafas dan henti jantung alias kematian. Penderita stroke batang otak yang dapat deselamatkan bisa hidup dengan komplikasi kehilangan kemampuan mencium (anosmia) dan kemampuan merasa di lidah (ageusia). Bila lebih berat, tapi belum meninggal, penderita akan berada pada kondisi koma seumur hidup atau setidaknya menderita locked-in syndrome, yaitu lumpuh seluruh tubuh kecuali hanya kedipan kelopak mata saja.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
Berbagai jenis stroke dengan perbedaan penyebab dan kondisi seperti diuraikan di atas, memberikan gejala yang mirip dan satu-satunya cara untuk menentukan jenis atau penyebab stroke-nya adalah dengan pemeriksaan pencitraan menggunakan CT-scan atau MRI. Seluruh jenis stroke merupakan kegawatdaruratan medis. Walaupun TIA yang hanya terjadi beberapa menit, tetap harus diperiksakan ke dokter. Gejala yang biasa muncul ketika terjadi “serangan otak” ini dan harus segera mencari pertolongan medis ini adalah sbb.:
- Pada muka: ketika tersenyum satu sisi dari muka tidak terangkat.
- Pada lengan dan tungkai: terjadi kelemahan sampai tidak bisa digerakkan sama sekali.
- Berbicara: terjadi kesulitan berbicara, atau berbicara menjadi tidak jelas.
- Penglihatan: kesulitan melihat dengan kedua belah mata.
- Gangguan kognitif: menjadi bingung, dan kesulitan mengerti apa yang disampaikan orang lain.
- Gangguan koordinasi: pusing dan kesulitan berjalan.
- Sakit kepala: sangat sakit yang terjadi tiba-tiba.
Penanganan Stroke
Setibanya di rumah sakit, selain memberikan obat-obatan, dokter akan melakukan pemeriksaan CT-scan atau MRI otak. Hal ini dibutuhkan untuk menentukan jenis stroke secara akurat, agar pemberian obat menjadi lebih tepat. Bila stroke yang terjadi adalah TIA, maka penanganannya adalah pencegahan agar tidak terjadi stroke yang lebih berat dengan memberikan obat antiplatelets dan anticoagulants atau yang di Indonesia sering dikatakan sebagai “obat pengencer darah”. Bila stroke yang terjadi merupakan stroke iskemik, maka dokter akan memberikan tissue plasminogen activator untuk memecah bekuan (clot). Bila merupakan stroke perdarahan, maka ada kemungkinan dilakukan bedah kepala untuk membuang tumpahan darah di sekitar otak serta memperbaiki pembuluh darah yang pecah. Setelah itu penderita harus berusaha untuk menjalani rehabilitasi medis pasca stroke untuk mengembalikan fungsi-fungsi otaknya yang rusak atau hilang, seperti belajar berjalan dan menggunakan tangan bila terjadi kelumpuhan, belajar bicara bila terjadi kesulitan bicara, serta berlatih agar fungsi koordinasi, kognitif, dan memori bisa lebih baik.
Komplikasi Stroke
Serangan stroke dikatakan sebagai kegawatdaruratan medis bukan tidak berdasar, karena yang mengalaminya bisa harus menerima konsekuensi seumur hidup. Otak manusia mengatur banyak sekali fungsi pada tubuh dan kehidupan manusia. Komplikasi bisa terjadi disebabkan oleh kerusakan otak tersebut. Yang sering dialami oleh penderita adalah:
- Kelumpuhan. Sudah jelas ini merupakan komplikasi utama dari stroke dan yang paling kasat mata. Penderita akan kesulitan untuk menggerakkan anggota tubuh bila tidak lumpuh sama sekali.
- Perubahan prilaku, karena stroke sering mencetus depresi dan kecemasan. Hal ini membuat penderita sering menjadi impulsif dan menarik diri serta enggan bersosialisasi.
- Penurunan koordinasi yang sangat mengganggu hari-hari penderita, seperti kesulitan menelan, kesulitan berbicara, kesulitan membaca dan menulis, serta kesulitan mengerti apa yang diucapkan atau disampaikan orang lain, dll.
- Baal dan nyeri sering terjadi di banyak bagian tubuh penderita, sehingga rentan terjadi cedera.
Prognosis Stroke
Prognosis atau outlook dari stroke sangat tergantung pada keparahan kejadian stroke-nya dan berapa cepat bisa mendapatkan pertolongan medis. Untuk TIA prognosisnya baik bila penyakit penyebabnya ditangani dengan baik. Untuk dua jenis stroke lainnya, penderitaan akibat kerusakan stroke bisa sangat lama bahkan seumur hidup dengan fungsi otak yang tak kembali lagi. Harapan hidup mereka bisa saja tetap panjang asal penyakit penyebabnya bisa di atasi, tapi sudah tentu kualitas hidup penderita stroke akan tidak baik. Apa lagi bila terjadi pada dewasa muda yang kemungkinan masih berumur panjang. Maka di sisa hidupnya yang mungkin masih puluhan tahun lagi harus dijalaninya dengan kondisi lumpuh, tidak bisa bicara, hidup tergantung bantuan orang lain, atau malah fungsi kognitif dan daya ingat yang juga terganggu. Sudah jelas yang bersangkutan tidak akan bisa produktif lagi di dalam hidupnya.
Mencegah Stroke
Pencegahan stroke (serangan otak) sama seperti pencegahan serangan jantung, seperti hal-hal berikut:
- Berhenti merokok dan menjauhi asap rokok orang lain, termasuk rokok elektrik dan VAPE.
- Menjaga kadar lemak darah normal dan gula darah normal, dengan cara periksa rutin setiap tahun (atau sesuai petunjuk dokter). Bila sudah tinggi harus rutin minum obat.
- Menjaga tekanan darah normal, dengan cara memeriksakan secara reguler. Bila sudah diharuskan dokter minum obat, harus rutin meminum obatnya.
- Menjaga 3-J makan, yaitu “Jenis-Jumlah-Jadwal” sesuai dengan faktor resiko penyakit yang ada dan sesuai anjuran dokter.
- Memastikan melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan rutin juga berolahraga dengan cara yang benar.
- Menjaga berat badan normal, bila sudah berlebih apa lagi obesitas, harus segera diturunkan dengan cara yang sehat.
Gaya Hidup Dewasa Muda Rentan Terkena Stroke
Para ahli menegaskan bahwa pilihan gaya hidup yang buruk di usia muda sangat meningkatkan resiko terkena stroke bagi generasi X dan generasi millennial sekarang ini. Semakin banyak dewasa muda tersebut yang harus menjalani kehidupan dengan kualitas yang tidak baik karena stroke, bahkan tidak sedikit yang meninggal di usia yang relatif muda. Dr. Salman Azhar, direktur di Lenox Hill Hospital, New York, AS mengatakan sekarang sudah tidak jarang kita menyaksikan dewasa muda terkena atau meninggal karena stroke. Di awal dekade 2020 ini, kasus tersebut didominasi oleh generasi X. Sebentar lagi kasus stroke dan meninggal karena stroke juga akan mengenai generasi millennial. Hal ini disampaikan oleh Dr. Larry B. Goldstein, profesor dan kepala Department of Neurology di University of Kentucky, AS. Faktor resikonya masih sama yaitu: kencing manis, obesitas, diet yang buruk dan malas berolahraga. Hanya <60% anak muda antara 12-19 tahun di negara maju, memiliki gaya hidup yang baik untuk kesehatan kardiovaskular mereka.
©IKM 2022-06