Saat artikel ini ditulis pada akhir tahun 2022, pemakaian vape dan rokok elektronik semakin meningkat. Komoditi tersebut semakin mudah didapat dengan semakin menjamur outlet yang menjualnya, bahkan mudah bisa dibeli dari toko online. Berbeda dengan rokok konvensional dengan regulasi dari pemerintah yang ketat, regulasi untuk vape dan rokok elektronik bisa kita rasakan lebih longgar. Padahal bahaya yang terdapat di dalam vape dan rokok elektronik bukan lebih ringan, bahkan memiliki bahaya yang tidak dimiliki oleh rokok konvensional. Lalu karena aroma aerosol vape dan rokok elektronik seperti buah-buahan dan makanan, banyak yang merasa produk ini tidak berbahaya. Akibatnya semakin banyak digunakan oleh anak-anak usia sekolah bahkan di bawah umur, sementara para orang tua dan pemerintah sebagai regulator terlena, bahwa produk ini tengah meracuni dan membahayakan masa depan generasi muda kita.
Asosiasi industri rokok elektronik atau trade associations for the e-cigarette industry, mengklaim vape dan rokok elektronik tidak beracun dan aman digunakan. Tapi semakin banyak kini para ahli kesehatan justru mengatakan sebaliknya dengan banyaknya penelitian yang mematahkan klaim di atas. Ilmu pengetahuan menggunakan pakem dasar: “the more you look the more you find” atau “semakin banyak dicari akan semakin banyak yang ditemukan”. Nyatanya kini setiap kali para ahli mencari selalu saja ditemukan potensi bahaya baru dari vape dan rokok elektronik. Bahkan bahayanya bukan hanya pada pengguna, tapi juga pada orang lain yang ada di sekitar pengguna. Bahaya pada orang lain atau second hand smokers dari vape dan rokok elektronik lebih tinggi, karena asap yang dikeluarkan beraroma wangi buah-buahan atau makanan. Suatu hal yang membuat orang tidak serta merta menghindar seperti kalau menghirup asap rokok konvensional yang lebih bau dan menyesakkan.
Produsen liquid untuk vape dan rokok elektronik kini semakin banyak, bahkan ada yang sifatnya home industry atau rumahan. Mereka sering disebut liquid brewer yang membeli base liquid (cairan dasar) dari perusahaan lain lalu ditambahkan flavor atau rasa sebelum dikemas ulang dan menjualnya. Sudah bisa dipastikan para liquid brewer ini tidak memahami benar zat-zat apa saja yang terkandung di dalam produk yang mereka jual. Karena produsen base liquid juga tidak mencantumkan isi kandungannya. Sangat besar sekali kemungkinan produsen base liquid tersebut juga tidak mengetahui secara pasti zat-zat apa saja yang akhirnya akan dihisap oleh penggunanya. Karena dari mulai industri, produksi, penjualan, sampai penggunaan vape dan rokok elektronik belum diatur secara ketat.
Kandungan Vape dan Rokok Elektronik
Para ahli sering menyampaikan bahwa zat-zat kimia yang terdapat di dalam asap (aerosol) vape dan rokok elektronik beresiko bagi kesehatan. Karena terdapat hampir 2000 jenis zat kimia berbahaya di dalamnya. Memang lebih sedikit dibandingkan rokok berbasis tembakau yang mengandung sekitar 5000 zat berbahaya, tapi jumlah yang sedikit bukannya memberikan bahaya yang lebih rendah. Celakanya, karena belum terkena regulasi yang ketat seperti pada rokok berbasis tembakau, pada produk vape dan rokok elektronik tidak ada keharusan mencantumkan kandungan zat kimia yang terdapat di dalamnya. Reaksi kimia yang terjadi akibat interaksi zat-zat kimia dari proses pemanasan liquid dengan baterai pun sudah diteliti dapat meningkatkan toksisitas aerosolnya.
Dari 2000 zat-zat kimia tersebut, enam di antaranya sangat berbahaya. Seperti yang ditulis di dalam Journal Chemical Research in Toxicology, bahwa aerosol dari vape dan rokok elektronik setidaknya mengandung enam zat kimia sangat berbahaya, bahkan tiga zat merupakan material yang tidak boleh dihirup oleh manusia. Ketiga zat tersebut adalah hydrocarbon (seperti dalam asap kendaraan bermotor), pestisida, dan nikotin yang sengaja ditambahkan oleh produsen untuk tetap menimbulkan efek kecanduan pada pengguna agar terus membeli dan menghisapnya. Kita tahu bahwa nikotin dapat menyebabkan kekakuan pembuluh darah yang berujung pada penyakit cardiovascular seperti serangan jantung, stroke, dan kerusakan fungsi ginjal.
Zat Kimia Lainnya
Selain hydrocarbon, pestisida, dan nikotin seperti uraian di atas, zat kimia berbahaya lain yang terdapat dalam vape dan rokok elektronik adalah methyl cyclopentenolone, acetyl pyrazine, dan ethyl vanillin. Ketiganya sangat berpotensi menyebabkan sesak nafas seperti asma dan iritasi pada saluran pernafasan dan paru-paru. Zat kimia golongan diacetyl yang terdapat pada zat tambahan rasa pada liquid juga diketahui menyebabkan gangguan paru-paru serius yaitu bronchitis obliterans atau popcorn lung (paru-paru berondong jagung). Hal ini disampaikan oleh Dr. Constantine Vardavas dari University of Crete di Yunani, yang mengambil sample liquid untuk diteliti dari merek-merek terkenal yang ada di seluruh Eropa. Hal yang sama sebenarnya juga sudah pernah disampaikan oleh peneliti dari Harvard University tahun 2015 lalu.
Pertemuan European Respiratory Society
Dari hasil kongres para peneliti dari European Respiratory Society menyampaikan bahwa vape dan rokok elektronik dapat menyebabkan masalah kesehatan yang sangat serius. Mereka juga menyampaikan bahwa slogan yang mengatakan bahwa vape dan rokok elektronik lebih sehat atau lebih aman dari rokok konvensional adalah sangat menyesatkan dan harus disampaikan pada seluruh orang di dunia. Dalam pertemuan tersebut dipresentasikan banyak sekali resiko bagi kesehatan yang timbul dari penggunaan vape dan rokok elektronik. Untuk liquid yang tidak mengandung nikotin sekalipun dibuktikan dari penelitian meningkatkan tekanan darah penggunanya pada 2-4 jam setelah menghisap aerosol. Sementara pengerasan arteri terjadi pada penggunaan liquid yang mengandung nikotin, persis seperti penggunaan rokok konvensional.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
European Respiratory Society Congress itu pun menyampaikan bahwa vape dan rokok elektronik tidak bisa digunakan sebagai alat bantu untuk berhenti merokok rokok konvensional. Hal ini didasarkan oleh penelitian terhadap 30 ribu orang di Swedia. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa penggunaan vape dan rokok elektronik lebih banyak pada mereka yang memang sudah merupakan seorang perokok rokok konvensional. Bahkan niat awal beralih pada vape dan rokok elektronik, sebagian besar gagal karena malah banyak di antara mereka yang justru melakukan keduanya, menghisap vape dan rokok elektronik tapi juga tetap menghisap rokok konvensional. Mereka dikenal dengan istilah “dual users” yang justru lebih berbahaya karena dari 30 ribu orang tersebut, dual users banyak yang mengeluhkan batuk kronis, nafas sesak dan berbunyi, serta peningkatan produksi dahak setiap harinya.
Bukan Hanya Masalah Paru
Pada bulan Agustus 2019, WHO dan para ahli mendefinisikan satu diagnosis penyakit baru yaitu EVALI (E-cigarette or Vaping product use Associated Lung Injury). Suatu penyakit di paru-paru yang terjadi karena penggunaan vape dan rokok elektronik. Tiga tahun berselang, ternyata bahayanya bukan hanya di paru-paru. Karena vape dan rokok elektronik juga dapat membahayakan otak, jantung, dan pembuluh darah seperti yang disinggung di atas. Centers for Disease Control and Prevention (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit) di AS juga melaporkan adanya outbreak atau kejadian luar biasa lebih dari 2000 kasus penyakit terkait vape dan rokok elektronik yang merenggut 42 nyawa di sana. Yang masih hidup menderita peradangan paru pengancam jiwa yang disebut sebagai hypersensitivity pneumonitis sehingga harus dilakukan transplantasi paru-paru. Suatu kondisi yang sekarang semakin sering dilakukan di AS dan Inggris pada korban penggunaan vape dan rokok elektronik.
Bahaya pada Cardiovascular
Sebuah penelitian di University Medical Centre Mainz, Jerman yang diterbitkan di European Heart Journal, menyampaikan bahwa satu episode vaping (menghisap vape) menyebabkan banyak perubahan pada kesehatan cardiovascular yang sama seperti menghisap 20 batang rokok konvensional. Didapati dari subjek penelitiannya, denyut jantung mereka meningkat, dinding arteri menjadi kaku, serta bagian dalam dinding arteri atau endothelium menunjukkan tanda-tanda tidak berfungsi secara baik. Padahal mereka hanya diminta menghisap vape atau rokok elektronik sebanyak 2 hisapan setiap menit selama 20 menit. Gangguan yang sama terjadi pada tikus percobaan setelah dipaparkan aerosol rokok elektronik 5 hari berturut-turut, 6 kali per hari selama 20 menit. Gangguan pada arteri ini jelas akan sangat bisa mencetus serangan jantung, stroke, kerusakan ginjal, dan penyakit pembuluh darah lainnya.
Selain itu, dari penelitian yang dilakukan oleh Smidt Heart Institute di Cedars-Sinai Medical Center, Los Angeles melaporkan bahwa rokok elektronik sama bahayanya atau bisa lebih berbahaya dari pada rokok konvensional. Karena mereka menemukan menurunnya aliran darah ke jantung pada subjek penelitian mereka yang merupakan 10 orang dewasa muda yang rutin menggunakan rokok elektronik dibandingkan dengan 10 orang dewasa muda pengguna rokok konvensional. Pada rokok konvensional aliran darah ke jantung meningkat sedikit setelah menghisap rokok dan menurun saat mengeluarkannya. Sementara pada rokok elektronik, aliran darah ke jantung menurun baik saat menghisap maupun mengeluarkannya. Penelitian ini disampaikan pada pertemuan tahunan ke-11 dari American Heart Association’s di Philadelphia.
Menyebabkan Kanker
Kalau tidak meninggal karena kerusakan paru yang luas atau harus dilakukan transplantasi paru, atau bisa terkena stroke, serangan jantung, kerusakan ginjal, dll.; pengguna vape dan rokok elektronik juga meningkat resikonya untuk terkena kanker. Namun karena fenomena penggunaan vape dan rokok elektronik masih baru, dan rata-rata usia penggunanya di bawah 35 tahun, menjadi sulit memastikan bahwa vape dan rokok elektronik menyebabkan kanker. Dibutuhkan waktu puluhan tahun untuk membuktikannya, dan hanya waktu yang akan memberitahu kita semua. Contohnya kanker paru yang biasa baru terdiagnosis pada seorang perokok konvensional setelah usia 65 atau 70 tahun. Selain itu 85% pengguna vape dan rokok elektronik adalah mantan perokok konvensional, membuat semakin sulit menentukannya karena kanker bisa disebabkan oleh keduanya.
Tapi bila dilihat kandungan yang terdapat di dalam aerosol vape dan rokok elektronik sangat besar sekali kemungkinan penggunanya memiliki resiko yang tinggi terkena kanker paru, kanker mulut dan tenggorokan, dan kanker kantung kencing. Bahkan tidak seperti rokok konvensional, vape dan rokok elektronik bisa sampai mengganggu di level gen yang membuat meningkatnya resiko seseorang untuk terkena kanker. Apa lagi yang sengaja ditambahkan nikotin ke dalamnya. Berikut adalah daftar zat kimia yang berbahaya tersebut: acetoin, acetyl propionyl, acrolein, acrylamide, acrylonitrile, benzaldehyde, citral, cinnamaldehyde, crotonaldehyde, diacetyl, ethylvanillin, formaldehyde, o-vanillin, pentanedione (2,3-pentanedione), propylene oxide, vanillin, dan nikotin.
Anak-Anak Menjadi Korban
Karena aroma aerosol atau asap dari vape dan rokok elektronik itu wangi seperti bau buah-buahan atau makanan, banyak orang menjadi kurang waspada dan lebih bebas merokok di dekat bayi, anak-anak, atau orang lain. Sebuah penelitian yang dikepalai oleh Dr. Jonathan Winickoff, dokter anak dan anggota American Academy of Pediatrics (AAP), melaporkan bahwa 26,3% orang tua yang merupakan “dual users”, merokok konvensional jauh dari anak-anaknya namun menghisap vape dan rokok elektronik di dekat anak-anak mereka. Ini merupakan bukti bahwa kurang lebih seperempat pengguna menganggap bahwa vape dan rokok elektronik tidak berbahaya pada anak.
Penutup
Dari penelitian-penelitian tentang vape dan rokok elektronik yang kini semakin banyak, harusnya pemerintah dalam hal ini Kementrian Kesehatan dan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan regulasi ketat terhadap penggunaannya. Malah harus lebih diatur dibandingkan rokok konvensional karena berpotensi lebih merusak kesehatan, dan lebih berpotensi digunakan oleh anak-anak usia sekolah. Edukasi pada masyarakat juga harus diperbanyak tentang bahayanya vape dan rokok elektronik ini.
©IKM 2022-10