Sangat banyak sekali orang di dunia yang memiliki sikap masa bodoh dengan kesehatan, termasuk di Indonesia. Jangankan dengan kesehatan lingkungan, kesehatan kelu-arga dan diri pun banyak yang masih bersikap masa bodoh, cuek, atau tidak peduli. Masih sangat banyak yang merasa bila dirinya tidak memiliki keluhan berarti semua baik-baik saja. Atau bahkan ketika sudah ada keluhan mereka cendrung merasa bahwa bukan sesuatu yang harus dikha-watirkan. Sampai semuanya menjadi sangat terlambat, sudah terlanjur sakit, terlanjur menimbulkan komplikasi, dan terlanjur susah untuk ditangani oleh dunia medis. Unik-nya saat sudah terlambat dan terlanjur, barulah mencari pertolongan medis dan berharap ada keajaiban dirinya tiba-tiba bisa sembuh dan sehat seperti sebelumnya.
Karena sikap masa bodoh terhadap kesehatan atau nonchalant behavior toward health ini ternyata sudah banyak membuat kerugian seperti berikut:
- Menyebabkan 200 ribu kematian usia dini di Eropa.
- Penderita kencing manis dan hipertensi yang cuek dengan kondisinya, angka kematiannya naik 2x lipat.
- Angka rawat inap untuk kasus medis yang seharusnya dapat dicegah berkisar antara 33-69% di dunia.
- Biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui asuransi kesehatan sangat besar untuk kasus medis yang seharusnya dapat dicegah: Di Eropa €1,25 milyar, di AS US$290 milyar, di Australia AU$7 milyar.
Terlalu khawatir dengan kesehatan atau hypochondriasis juga tidak baik dan juga dapat menghabiskan biaya peme-riksaan medis yang tidak perlu. Tapi ternyata sikap cuek dengan kesehatan ini malah mengeluarkan biaya yang lebih besar lagi. Karena orang dengan sikap nonchalant dengan kesehatan ini sampai tidak peduli sama sekali dengan kese-hatannya bahkan saat potensi masalah atau buktinya sudah ada di depan mata. Bahkan terkadang mereka malah bisa bersikap stoic atau menahan rasa sakit yang muncul. Sam-pai menolak untuk mengakui (in denial) bahwa dia sedang menderita penyakit. Memang ada orang yang memiliki toleransi tinggi terhadap rasa sakit. Namun antara mampu menahan rasa sakit dengan mengakui bahwa ada rasa sakit pada tubuhya merupakan 2 hal yang sangat berbeda.
Menolak Saran Medis
Ciri khas orang yang masa bodoh ini adalah sering bahkan selalu mengabaikan suatu saran medis. Mulai dari enggan memeriksakan diri, enggan melakukan medical checkup rutin, menentang dan menolak vaksin termasuk vaksin untuk anak-anaknya, sering tidak meminum obat ketika diresepkan dokter, sampai tidak patuh terhadap rencana terapi yang sudah dianjurkan dokter. Sudah tentu bukannya malah sehat, kondisi medis yang ada pada dirinya malah akan semakin memburuk. Menurut WHO, di Eropa 50% pasien tidak meminum obat seperti yang dianjurkan dokter. Tidak berbeda di AS pun 50% dari 3,2 milyar resep per tahun di sana tidak diminum sesuai anjuran dokter. Sepertiga pasien di Jerman mengaku gagal menuruti saran medis dokternya, bahkan di Prancis 20% pasien tidak menembus resep yang diberikan dokter. Sekali lagi data di Indonesia tidak ada, tapi sepertinya tidak akan jauh berbeda.
Merasa Seperti Superman
Rasanya tidak terlalu berlebihan bila mereka yang abai ter-hadap kesehatan ini disebut sebagai orang yang merasa dirinya seperti Superman. Merasa tidak akan kena penyakit dan tidak akan berbahaya bila kebetulan terkena penyakit. Biasanya mereka adalah yang:
- Tidak pernah peduli dengan apa yang dimakannya, merasa semua makanan selalu baik untuk kesehatan.
- Sangat malas melakukan olahraga, merasa tanpa olah-raga dirinya akan selalu bugar-bugar saja.
- Sering begadang, merasa diri tidak membutuhkan isti-rahat dan begadang tidak akan membahayakan dirinya.
- Tetap melakukan kebiasaan yang sudah jelas berbahaya bagi kesehatan seperti merokok, nge-Vape, minum minuman beralkohol, dll.
- Menentang dan menolak vaksinasi, bahkan yang gratis.
- Hidupnya tidak sehat atau sering melakukan tindakan tidak sehat seperti tidak ada rasa bersalah bila membuang sampah sembarangan.
Menyalahkan Hasil Pemeriksaan Medis
Ada satu ciri lagi untuk orang yang memiliki nonchalant behavior terhadap kesehatan ini, yaitu ketika mendapatkan suatu hasil pemeriksaan medis akan selalu merasa bahwa hasilnya salah atau alat ukurnya yang salah, seperti:
- Saat ada angka di luar batas normal pada suatu hasil pemeriksaan lab, tidak ada rasa khawatir dan bahkan menyalahkan hasil atau mencari alasan mengapa angkanya tinggi. Biasanya mengatakan, bahwa malam sebelumnya habis makan daging, kurang tidur, dll.
- Saat diperiksa seperti pemeriksaan tekanan darah dan hasilnya di atas normal, akan mengatakan bahwa alatnya salah dan berani bersumpah bahwa tidak pernah diukur dengan hasil tinggi sebelumnya.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
- Menyalahkan alat pemeriksaan digital seperti alat pengukur tekanan darah. Bila tidak normal akan mengatakan bahwa alat digital tidak akurat dan lebih akurat menggunakan “cara lama” menggunakan alat ukur analog. Alat pengukur tekanan darah digital selama tidak rusak dan tidak pernah terjatuh, malah seharusnya lebih akurat dibandingkan dengan yang manual. Apa lagi bila pemeriksaan manual dilakukan sendiri oleh yang bersangkutan tanpa didampingi tenaga medis atau dokter. Boleh jadi ada kesalahan cara pengukuran atau malah alat ukur manual yang digunakan sudah harus ditera ulang/diganti baru.
Penyebab Seseorang Masa Bodoh dg Kesehatan
Ada beberapa hal yang mungkin menjadi penyebab sese-orang memiliki sikap masa bodoh dengan kesehatannya. Penyebab ini bisa tunggal atau kombinasi, seperti di bawah:
- Cultural beliefs atau keyakinan turun temurun bahwa apa yang terjadi dalam kehidupan merupakan takdir. Padahal dalam agama justru kita harus berikhtiar mem-perbaiki nasib sendiri, baru Allah akan merubahnya.
- Faktor dan pengaruh sosial yang percaya bahwa kalau diperiksa justru akan ketahuan penyakitnya yang akan menjadi awal menurunnya kesehatan dirinya.
- Faktor lingkungan yang gemar melakukan kebiasaan yang berbahaya bagi kesehatan seperti merokok, nge-Vape, minum minuman beralkohol, sering begadang, dll.; lalu menyaksikan bahwa yang melakukan tersebut tidak terkena masalah medis atau suatu penyakit.
- Riwayat dalam keluarga yang jarang sakit dan rata-rata hidup berumur panjang, lalu merasa dirinya juga akan bernasib sama; tetap sehat dan berumur panjang.
- Rendahnya pengetahuan terhadap kesehatan seperti di Indonesia yang pendidikan di sekolah sangat sedikit sekali mengajarkan tentang penyakit dan cara hidup sehat agar terhindar dari penyakit.
- Tingkat pendidikan yang memang rendah, seperti di Indonesia yang 60% orang dewasa hanya tamatan SD.
- Memiliki kehidupan yang sangat stres, menjadi terlalu lelah dengan keseharian dalam kehidupannya dapat membuat seseorang tidak begitu peduli dengan kese-hatannya. Malah cendrung menjalankan kebiasaan hidup yang tidak sehat.
- Pernah mengalami suatu pengobatan secara medis dan tidak puas dengan hasilnya, sehingga tidak percaya lagi dengan ilmu medis. Biasanya mereka kalau sakit lebih percaya dengan CAM (complementary and alternative medicine) atau pengobatan alternatif yang seringnya menggunakan klaim anecdotal evidence.
- Pengalaman menjalani pengobatan medis dengan biaya mahal namun hasil tidak seperti yang diharapkan.
- Sudah sangat terbiasa dengan kondisi medis yang dimi-liki namun belum pernah menimbulkan masalah serius.
- Memiliki gangguan jiwa kecemasan (anxiety disorder) atau depresi.
Masalah Psikologis
Sebenarnya tanpa disadari, mereka yang bersikap masa bodoh dengan kesehatan ini sedang mengalami masalah psi-kologis. Dalam kehidupannya hampir bisa ditemukan juga sikap masa bodoh dengan hal lainnya. Inilah yang dikatakan sebagai sikap denial atau penyangkalan terhadap sesuatu yang pasti benarnya namun disangkal karena hanya akan membuat dirinya tidak nyaman. Ada yang khawatir bila ketahuan sakit akan mengganggu karirnya atau studi-nya, akan dianggap lemah, membuat orang terdekatnya menjadi khawatir, dll. Sikap penyangkalan ini bila dibiarkan sebenarnya dapat menjadi berbahaya karena bila memang pada akhirnya terkena batu menderita sakit parah, hanya akan membuat dirinya menjadi depresi sampai psikosis.
Dalam keseharian kita bersikap denial terkadang dibutuh-kan. Contohnya denial bahwa suatu yang lebih buruk akan terjadi, pada kejadian bencana alam misalnya. Hal ini akan dapat membuat kita lebih tegar, lebih yakin dengan diri sendiri untuk bertahan, dan yakin terhadap datangnya per-tolongan Tuhan. Tapi sikap denial terhadap masalah medis justru akan mencetus penyakit dan denial pada penyakit yang sedang diderita justru akan membuat penyakit bertambah parah bahkan dapat mencetus kematian. Contohnya denial hasil pengukuran tekanan darah yang tinggi dari hasil pemeriksaan. Lalu memutuskan tidak konsultasi dengan dokter, tidak minum obat, dan tetap nyaman menjalani kebiasaan hidupnya yang tidak sehat; hanya akan menciptakan bom waktu menunggu tekanan darah semakin tinggi mencetus masalah medis domino.
Menikmati Kondisi Sakit
Sebagian orang justru ada yang menikmati kondisi sakit, karena ketika sakit ia mendapatkan apa yang diinginkan, seperti mensabotase kehidupannya sendiri. Hal ini disebut sebagai secondary gain atau keuntungan sampingan. Contohnya seperti mendapatkan perhatian dari orang terdekat yang ketika sehat ia tidak dapatkan. Menjadi punya alasan untuk tidak bekerja atau tidak ke kampus/ke sekolah. Atau malah bila menderita sakit berat jadi punya alasan untuk berhenti bekerja secara permanen lalu mendapatkan manfaat dari asuransi yang dimiliki.
Membuat Tenaga Medis Frustrasi
Menghadapi orang atau pasien/keluarga pasien yang memiliki sikap masa bodoh dengan kesehatan ini tidak ja-rang membuat tenaga medis atau dokter menjadi frustrasi. Karena yang bersangkutan susah untuk diberi tahu pen-tingnya minum obat teratur, pemeriksaan medis teratur, pentingnya vaksinasi, atau harus merubah gaya hidup-nya. Lalu saat timbul penyakit atau penyakitnya menjadi lebih parah, biasanya menyalahkan dokter atau metoda pengo-batan yang dijalani sampai menuntut agar dirinya bisa sem-buh seperti sebelumnya. Yang paling sering adalah pada pasien kencing manis yang susah mengatur pola makan atau menurunkan berat badan, pasien hipertensi yang se-ring lupa minum obat, pasien tidak datang kontrol saat obat sudah habis, pasien penyakit paru yang terus merokok, dll.
Yang Dilakukan Dokter
Tapi tenaga medis atau dokter tetap harus menghadapi orang seperti ini. Cara yang paling ampuh berdasarkan pengalaman adalah memberikan informasi sebanyak-banyaknya yang disampaikan sesuai dengan tingkat pema-haman dan pendidikan pasien, disampaikan dalam bahasa ringan sehingga masalah medis lebih mudah dipahami. Dokter harus bisa membuat pasien merasa ikut serta membuat keputusan atas rencana pengobatan yang akan ia tempuh. Memberikan contoh dengan cerita, gambar visual, atau klip video juga dapat membantu membuat pasien lebih peduli terhadap kesehatan diri dan keluarganya.
©IKM 204-03