Dr. Indra K. Muhtadi - "dokter plus"
  • Home
    • My Curriculum Vitae
    • Dr. Indra on Media
  • What's New
  • Health & Wellness Influencer & Motivator
    • Retirement Preparation from Health Point of View
    • Stres untuk Hebat
    • Health Topic Seminars
    • The Secret of Healthy Life Style
    • Company Health Management
    • Stop Smoking Course
    • Quality Service Excellent
    • Change Leadership Training and Self Improvement
    • Smile in Assertive Communication
    • Assertive Communication Skills
    • Employee Counseling for Productivity
    • Managerial Skills and Self Leadership Skills
    • Motivation and Job Satisfaction
  • Dr. Indra's Books
    • Book: "SEHAT untuk HEBAT"
    • Book: "STRES untuk HEBAT"
    • Book: "Revolusi Mental"
  • Blog: Medical Articles
    • Blog Index (A to Z)
    • Blog Index (by category)
    • Blog Articles: 2023
    • Blog Articles: 2022
    • Blog Articles: 2021
    • Blog Articles: 2020
    • Blog Articles: 2019
    • Blog Articles: 2018
    • Blog Articles: 2017
    • Blog Articles: 2016
    • Blog Articles: 2015
    • Blog Articles: 2014
    • Blog Articles: 2013
    • Blog Articles: 2012
    • Blog Articles: 2011
    • Blog Articles: 2010
  • Health Consultant (Praktek)
    • Location
    • Adult Vaccination
  • Health Tips Video
  • Health Calculator
    • BMI Calculator
    • Advanced BMI Calculator
    • BMI Calculator for Children
    • Ideal Body Weight Calculator
    • Exercise Calorie Calculator
    • Daily Calorie Calculator
    • Liquid Calorie Calculator
  • Health Pictures
  • My Travel and Other Blog
  • ABN Group
  • References & Partners
  • Contact Me

Topik ke-399: Anosmia dan Ageusia pada COVID-19

26/2/2021

0 Comments

 
Picture
Pendahuluan
Pandemi COVID-19 (C19) pada akhir Februari 2021 ini, sudah hampir 1 tahun kita jalani di Indonesia. Kini bahkan masyarakat umum non medis pun bisa menyimpulkan bila seseorang sakit apakah terkena C19 atau tidak. Salah satunya dari gejala khas yang mungkin dimiliki oleh penderita. Gejala khas yang kini langsung dicurigai terkena C19 tersebut adalah anosmia dan ageusia. Keduanya walaupun bisa juga terjadi pada penyakit lain tapi memang kini hampir semua anosmia dan ageusia adalah manifestasi dari infeksi SARS-CoV-2 penyebab C19 ini. Secara ringkas dijelaskan anosmia adalah kehilangan sebagian atau keseluruhan kemampuan untuk mencium bau dan ageusia adalah kehilangan sebagian atau keseluruhan kemampuan untuk merasakan sebuah sensasi rasa di lidah/mulut.

Fakta Tentang Anosmia dan Ageusia pada COVID-10
  • Keduanya merupakan alarm bagi tenaga medis untuk lebih waspada dan tanda pemeriksaan C19 harus dilakukan.
  • 86% penderita C19 di dunia mengalami anosmia, dan 80% mengalami ageusia.
  • Anosmia pada C19 bertahan rata-rata selama 3 minggu. Tapi 15% kasus mengalami anosmia sampai 2 bulan, bahkan 5%-nya bertahan sampai > 60 hari.
  • Total anosmia lebih sering terjadi dari pada total ageusia.
Anosmia
Seperti dijelaskan di atas, anosmia adalah kehilangan sebagian atau seluruhnya kemampuan untuk mencium bau. Bisa terjadi secara sementara, bisa juga untuk selamanya. Penyebab anosmia sementara adalah alergi dan infeksi, termasuk C19. Sementara anosmia permanen biasa disebabkan oleh kerusakan otak karena proses penuaan, trauma atau kanker. Anosmia itu sendiri tidak berbahaya, hanya sudah pasti mengurangi kualitas hidup orang yang mengalaminya. Karena penderita anosmia tidak dapat menikmati makanan dan minuman secara utuh. Untuk menikmati makanan dan minuman manusia memerlukan rangsangan aroma dari makanan dan minuman tersebut. Hal ini membuat penderita anosmia kehilangan nafsu makan mereka, yang dapat berujung pada penurunan berat badan dan malnutrisi, sampai bisa mencetus depresi.
 
Ageusia
Sama seperti anosmia, ageusia yang merupakan kehilangan sebagian atau keseluruhan kemampuan untuk merasakan sebuah sensasi rasa di lidah/mulut yang juga dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya. Dari mulai malas makan, turun berat badan, malnutrisi, sampai depresi. Apa lagi bila terjadi bersamaan dengan anosmia. Kehilangan kemampuan merasa rasa tertentu disebut sebagai hypogeusia, dan kemampuan merasa menjadi rasa yang salah disebut sebagai dysgeusia. Tapi tidak seperti anosmia, kehilangan total sensasi rasa di lidah atau total ageusia sangat jarang terjadi. Biasanya hanya terjadi penurunan kualitas dari rasa, atau kehilangan satu sensasi rasa seperti tidak bisa merasakan manis, asin, asam atau pahit. Ageusia bisa terjadi secara sementara akibat alergi atau infeksi termasuk C19, sementara total ageusia bisa disebabkan oleh kerusakan otak karena penuaan, trauma, atau kanker.
 
Terjadinya Anosmia
Anosmia paling sering terjadi karena faktor mekanis yaitu adanya pembengkakan atau sumbatan di hidung yang menghalangi sebuah bau untuk mencapai bagian atas dari hidung, di mana terdapat lokasi syaraf penciuman. Bila karena faktor sensoris bisa terjadi akibat adanya masalah pada pengiriman sinyal saraf penciuman ke otak, atau terjadi kerusakan pada otak penerima sinyal saraf tersebut. Maka dari proses terjadinya, penyebab anosmia bisa dibagi menjadi:

1. Terjadi iritasi dan jaringan lendir di dalam hidung, karena:
Infeksi dan peradangan sinus (sinusitis), common cold (batuk pilek biasa), influenza, merokok, rhinitis karena alergi dan rhinitis karena infeksi. Dari semuanya, common cold merupakan yang tersering. Anosmia karena kejadian ini akan hilang dengan sendirinya saat penyebabnya hilang.

2. Sumbatan pada saluran udara di dalam hidung
, karena:
Adanya polyp hidung, deformitas (kelainan bentuk) dari tulang dan nasal septum (batas tengah dua lubang hidung), atau karena adanya tumor di dalam rongga hidung. Anosmia karena penyebab ini pun akan hilang bila penyebab teratasi.

3. Kerusakan syaraf atau otak
. Anosmia jenis ini bisa bersifat sementara bisa juga bersifat permanen tergantung penyebabnya, yaitu: penuaan, penyakit Alzheimer’s, penyakit Parkinson’s, penyakit Huntington’s, multiple sclerosis, schizophrenia, stroke, epilepsi, kanker otak[IKM1] , terapi radiasi, gangguan hormonal, hypothyroid, diabetes, cedera kepala dan otak, operasi otak, malnutrisi dan defisiensi vitamin, kecanduan alkohol parah, iritasi zat kimia yang terhirup, karena penggunaan obat-obatan antibiotik dan obat hipertensi, atau dalam kasus sangat jarang bayi bisa terlahir dengan anosmia kerana kondisi genetisnya.
 
Terjadinya Ageusia
Manusia dapat mendeteksi rasa manis, asam, asin, pahit dan gurih (umami) di lidahnya. Tapi sel reseptor rasa juga terdapat pada langit-langit mulut dan sisi kerongkongan. Setiap rasa disebabkan oleh adanya zat kimia yang menstimulasi reseptor spesifik tersebut. Hal ini dibutuhkan oleh manusia untuk menikmati makanan dan menentukan sebuah makanan/ minuman aman atau tidak untuk dikonsumsi. Ageusia bisa terjadi karena beberapa hal, sbb.:
  1. Penyakit seperti: infeksi saluran pernafasan atas termasuk C19, infeksi telinga tengah, dan infeksi pada lidah.
  2. Kondisi medis seperti: menjalani terapi radiasi pada kepala dan leher, mengkonsumsi obat-obatan (antihistamin dan antibiotik), paska operasi THT, dan kurang asupan Zinc.
  3. Cedera/kerusakan pada persyarafan di lidah, mulut, kerongkongan, atau di otak seperti: termakan zat kimia iritan, pencabutan gigi graham belakang, masalah pada gigi, kesehatan gigi dan mulut yang buruk, atau trauma kepala.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
Picture
Perbedaan Taste dan Flavor
Sulit untuk mencari padanan katanya dalam Bahasa Indonesia, karena keduanya diartikan sebagai “rasa”. Padahal antara “taste” dan “flavor” merupakan dua hal yang berbeda.
  • Taste menjelaskan persepsi dari sel perasa yang ada di lidah, yaitu ketika zat pada makanan mengaktifkan sel-sel perasa yang terdapat pada area spesifik tertentu pada lidah, langit-langit mulut dan sisi kerongkongan. Sinyal sensasi rasa lalu dikirimkan ke otak. Taste yang dapat dirasakan manusia adalah manis, asam, asin, pahit dan gurih atau umami.
  • Flavor menjelaskan tidak hanya “taste” (rasa manis, asam, asin, pahit, gurih) saja, tapi juga “odor” atau aroma dari makanan. Sehingga berbeda dengan “taste” yang hanya menjelaskan sensasi rasa, “flavor” merupakan gabungan sensasi persepsi pada otak manusia antara input dari indera perasa di lidah/mulut dan indera penciuman.
 
Hubungannya dengan COVID-19
Berbeda dengan anosmia pada common cold yang terjadi karena penyebab sumbatan mekanis, pada C19 anosmia lebih sering terjadi karena peradangan. Anosmia dan ageusia tambah jelas kini sangat terkait erat dengan C19, karena hampir setiap kasus anosmia dan/atau ageusia selama pandemi C19 ini merupakan kasus positif C19. Sampai sekarang, para peneliti masih mencari secara pasti bagaimana virus SARS-CoV-2 dapat menyebabkan anosmia dan/atau ageusia. Yang jelas setiap ada kasus anosmia atau ageusia selama pandemi ini, sudah hampir pasti akan dilanjutkan dengan pemeriksaan swab untuk PCR atau antigen C19, walaupun yang bersangkutan tidak menunjukkan gejala C19 lainnya. Sementara keberadaan gejala/keluhan lain, yang tanpa adanya riwayat kontak erat, pemeriksaan swab PCR atau antigen bisa saja ditunda.
 
Anosmia pada Pasien COVID-19
Kabar baiknya, sejauh ini tidak pernah ada laporan terjadi permanent lost atau anosmia yang menetap. Pada common cold karena rhinovirus atau common Coronavirus, anosmia bisa bertahan sampai 1 minggu. Pada C19, seiring dengan perjalanan kesembuhan anosmia pun akan hilang. Seperti yang disampaikan di atas, 86% dari seluruh penderita C19 di dunia kini mengalami anosmia yang bertahan rata-rata sampai 3 minggu, dengan 15%-nya sampai 2 bulan, dan 5%-nya bisa lebih dari 60 hari. Tapi mereka yang mengalami anosmia biasanya merupakan penderita C19 yang ringan sampai sedang, dan hanya terjadi pada 6.9% penderita C19 yang parah. Kesimpulan ini didapat dari penelitian di 18 rumah sakit di Eropa sebanyak 2.581 penderita C19. Walaupun belum sepenuhnya dimengerti, diduga oleh peneliti hal ini terjadi karena penderita C19 yang tidak berat memiliki level antibody lebih tinggi, sehingga manifestasi penyakitnya hanya sampai di bagian atas pernafasan saja, tidak masuk jauh ke dalam paru-paru.
 
Ageusia pada Pasien COVID-19
Setiap tahun lebih dari 200 ribu orang mencari pertolongan medis karena kehilangan kemampuan untuk membau dan merasa. Karena perbedaan persepsi antara “taste” dan “flavor” seperti dijelaskan di atas, banyak di antara mereka sebenarnya mengalami anosmia saja belum ageusia. Tapi memang 80% penderita C19 mengalami ageusia dari kadar yang kecil sampai besar. Mekanisme terjadinya pun masih belum sepenuhnya dimengerti, tapi diduga masih terkait oleh adanya sumbatan dan peradangan di daerah hidung dan pharynx. Dan sama seperti anosmia, ageusia akan hilang seiring dengan perjalanan kesembuhan penyakit C19. Hanya sedikit penderita C19 yang melaporkan indera perasa di lidah dan mulutnya tidak kembali sempurna walaupun mereka sudah sembuh.
 
Kapan Mencari Pertolongan Medis
Karena kita pada akhir Februari 2021 ini masih berada di dalam pandemi, maka kapan pun muncul, baik sedikit atau banyak anosmia dan ageusia harus segera diperiksakan ke dokter. Agar bila benar terinfeksi C19, tidak harus menularkannya ke teman, keluarga, dan orang banyak. Bila dipastikan bukan karena C19, dokter akan memberikan obat-obatan biasa. Tapi bila karena C19 maka yang bersangkutan harus melakukan isolasi mandiri dalam kondisi bergejala ringan atau dirawat di rumah sakit dalam kondisi gejala yang berat.
 
Penanganan Sendiri Anosmia dan Ageusia
  • Yang dapat dilakukan sendiri adalah mencegah dorongan untuk mengkonsumsi gula, garam, dll lebih banyak hanya untuk memuaskan rasa di lidah/mulut, agar asupan gula dan garam tidak menjadi berlebihan. Lalu cobalah untuk bereksperimen dengan berbagai macam benda/makanan yang memiliki bau atau rasa yang berbeda. Bersabar, karena bila bukan karena kerusakan syaraf dan otak maka anosmia dan/atau ageusia akan hilang dengan sendirinya.
  • Mengkonsumsi suplemen juga bisa dilakukan. Yang disarankan adalah asam lemak omega-3 yang banyak terdapat di dalam minyak ikan. Lalu suplemen Zinc dan nasal spray (semprot hidung) yang mengandung zinc. Omega 3 dan zinc bisa mempercepat kesembuhan anosmia dan ageusia.
  • Menjauhi zat iritan mutlak dilakukan, seperti menjauhi asap terutama asap rokok dan asap-asap lainnya. Bagi yang merokok harus berhenti merokok. Kemudian tidak mengkonsumsi alkohol karena memperparah indera perasa di lidah dan mulut juga.
 
Phantosmia dan Cacosmia
Selain Anosmia, juga ada kondisi phantosmia dan cacosmia. Keduanya dapat terjadi karena penyebab yang sama dan ditangani dengan cara yang sama seperti anosmia. Tapi sampai sekarang laporan penderita C19 yang mengalami phantosmia atau cacosmia masih tidak banyak.
  • Phantosmia adalah kondisi di mana seseorang mencium bau yang sebenarnya tidak ada. Biasa disebut juga dengan olfactory hallucination atau halusinasi penciuman. Kondisinya juga bisa sementara atau permanen, dengan kualitas bau dari ringan sampai sangat tercium. Bau yang biasa tercium adalah bau asap rokok, bau karet terbakar, bau pesing, dan bau busuk.
  • Cacosmia adalah kondisi di mana seseorang mencium bau yang salah dari sebuah benda atau zat. Bau yang tercium dari benda atau zat berubah menjadi bau yang tidak menyenangkan (offensive) seperti bau terbakar, bau feses, dan bau busuk lainnya. Bila bukan karena infeksi, penyebab tersering cacosmia adalah karena merokok yang kronis, trauma kepala, terhirup uap kimia iritan, kanker dan terapi radiasinya. Semuanya merusak jaringan syaraf sehingga mengirimkan sensasi bau yang salah ke otak.

©IKM 2021-02

0 Comments



Leave a Reply.

    Home >> Medical Articles >> 2021

    Medical Articles 2021

    Picture
    Lihat daftar artikel lainnya, click pada gambar

    Picture
    Maknai stres, untuk membuat hidup menjadi lebih hebat. Baca di sini.

    Bila Anda suka dengan blog ini, silakan "like" artikelnya di bagian bawah setiap artikel dan silakan menikmati artikel lainnya pada blog tahun 2020. Click di sini.

    Picture

    Author

    Dr. Indra K. Muhtadi adalah seorang Health Influencer dan konsultan pada berbagai professional training di Indonesia.

    Selama pandemi COVID-19, Dr. Indra juga aktif sebagai New Normal Consultant (Konsultan Adaptasi Kebiasaan Baru) di beberapa perusahaan.

    Sebagai dokter, ia sangat piawai memberikan konsultasi kesehatan dengan bahasa ringan sehingga membuat masalah medis menjadi sesuatu yang mudah untuk dipahami.

    Click di sini untuk berkonsultasi dengan Dr. Indra

    These Blogs are written in Bahasa Indonesia. I hope these blogs can help those who search the information about the topic discussed in the radio.  Feel free to give comments and if you need an English version of the content from these blogs, please don't hesitate to
    contact me.


    Instagram Follow Dr. Indra on Instagram
    Follow @indrakm

    Archives

    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    May 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021

    Categories

    All
    Alkaline Food & Drinks Vs. Asam-Basa Tubuh
    Ancaman Hipertensi Pasca Lebaran
    Angklung Dan Kesehatan
    Anosmia Dan Ageusia Pada COVID-19
    Badai Sitokin Pada COVID-19
    Berdamai Dengan Sakit Lambung Saat Berpuasa
    Berolahraga Aman Setelah PPKM
    Berpuasa & COVID-19
    Body Goal Di Tahun Baru
    Booster Vaksin C19
    COVID-19 & Kerusakan Ginjal
    Diet Sehat Alami
    Gerakan Anti Vaccine
    Hidup Normal Setelah Vaksinasi COVID-19
    Isolasi Mandiri
    Kanker Dan COVID-19
    Kanker Payudara Dan Diet Anda
    Kembali Ke Sekolah Di Masa Pandemi
    Long-Haul COVID-19
    Macrobiotic Diet
    Membongkar Hoax Vaksin C19
    Memulai Dan Selesainya
    Merdeka Dari Rasa Takut Di Masa Pandemi
    Pandemic Fatigue
    PCR Vs. Antigen Test Untuk C19
    Penyakit Jantung Pada Anak
    Post COVID-19 Syndrome
    Rahasia Kulit Sehat & Awet Muda
    Rasa Umami Pada Diet Kita
    Terapi Plasma Konvalesen Untuk Pasien C19
    Vaksin C19 Dari Oxford-AstraZeneca
    Vaksin CoronaVac Dari Sinovac
    Vaksin COVID-19 Untuk Anak
    Varian Berbahaya SARS-CoV-2 (Varian Of Concern)
    Varian Omicron COVID-19


    Disclaimer
    All data and statements in all articles in these blogs on this website were true at the time of writing. Some update may be required.

    The Content is not intended to be a substitute for professional medical advice, diagnosis, or treatment. Always seek the advice of your physician or other qualified health provider with any questions you may have regarding a medical condition.

    Picture
    Terima kasih untuk mendukung usaha saya dan berbagi informasi
    Thank you for supporting my effort and sharing my knowledge

    Picture

    Picture of the week
    Picture
    Body Goal di Tahun Baru - New' Years Body Goal

    Navigation:
    Back to Blog Main Page
    Back to Blog Index

Proudly powered by Weebly