Kortikosteroid atau yang biasa penyebutannya disingkat steroid, merupakan obat anti inflamasi atau anti radang dan sering juga disebut sebagai “obat dewa.” Karena hampir semua keluhan nyeri dan tidak nyaman pada tubuh manusia biasanya disebabkan oleh infeksi, iritasi, dan peradangan maka dengan meminum steroid hampir semua keluhan tersebut bisa hilang atau setidaknya berkurang. Sebenarnya tubuh kita menciptakan kondisi peradangan bukan tidak ada kegunaannya. Tujuannya adalah membuat suasana siaga satu pada sistem imunitas tubuh untuk melawan yang sedang “mengganggu.” Dengan meminum steroid, maka kesiagaan tadi menjadi menurun dan dapat menjadi boomerang memperparah kondisinya. Belum lagi efek samping bila steroid digunakan dalam jangka waktu yang lama. Inilah mengapa pemberian obat kortikosteroid selalu menjadi dilema; dilema pedang bermata dua.
Kortikosteroid yang sedang kita bahas di sini dan jenis steroid anabolik, keduanya disebut sebagai “steroid,” Tapi sebenarnya tidak sama. Steroid anabolik dibuat meniru testosteron yang termasuk dalam human growth hormone. Biasa digunakan sebagai terapi sulih hormon (hormon replacement therapy) untuk gangguan pertumbuhan dan beberapa penyakit lainnya. Tetapi steroid anabolik sering disalahgunakan dalam dosis tinggi oleh para atlit dan praktek body building untuk memperbesar massa otot dan menambah kekuatan, yang disebut sebagai obat peningkat kinerja atau performance-enhancing drugs. Oleh karena itu penggunaannya dilarang dalam kompetisi olahraga dan atlit yang bersangkutan dapat terkena diskualifikasi.
Pada praktek pengobatan dalam ilmu kedokteran, steroid digunakan pada hampir setiap jenis spesialisasi. Tidak hanya pada pengobatan modern, dalam ramuan tradisional pun seperti jamu dan obat sinse terdapat bahan obat yang memiliki efek seperti steroid. Steroid bekerja seperti hormon cortisol di dalam tubuh, hormon yang memegang peranan pada banyak proses biologis termasuk metabolisme, respon imunitas, dan stres. Karena steroid dapat meredakan peradangan dan iritasi, dokter sering meresepkannya untuk mengatasi berbagai kondisi penyakit yang disertai dengan peradangan.
Steroid digunakan untuk mengatasi kasus dari yang ringan sampai yang berat, dari alergi sampai inflamasi pada organ yang mengancam jiwa. Mulai dari mengatasi reaksi alergi dengan manifestasi pada kulit, saluran pernafasan, atau saluran pencernaan, sampai mengatasi eksim, asma ringan sampai berat, bronkhitis, radang sendi, hingga penyakit-penyakit autoimun seperti IBS, lupus, multiple sclerosis, dll. Khusus untuk penyakit autoimun yang terjadi karena tubuh menjadi over reaktif sehingga menyerang tubuh sendiri, maka pemberian steroid dapat menekan reaksi berlebih dari aktivitas sistem imunitas tersebut. Steroid juga diberikan pada pasien yang baru mendapatkan transplantasi organ agar tidak terjadi reaksi penolakan. Untuk penderita COVID-19 pemberian steroid dapat menurunkan tingkat kematian akibat peradangan paru yang berat.
Bentuk dan Cara Penggunaan Kortikosteroid
Bentuk steroid sangat beragam sesuai dengan tujuannya dan cara penggunaan steroid yang juga sangat luas. Dibagi menjadi cara penggunaan sistemik yang berefek pada seluruh tubuh dan cara penggunaan yang terlokalisir pada organ atau area tertentu saja. Untuk yang terlokalisir penggunaan steroid terdapat dalam bentuk krim atau zalf yang dioleskan di kulit, tetes mata, tetes telinga, dan inhaler. Sementara penggunaan sistemik steroid terdapat dalam bentuk obat yang diminum peroral, disuntikkan pada otot, dan melalui infus atau suntik langsung ke dalam pembuluh darah vena.
Jenis Steroid yang Umum
Jenis steroid juga cukup banyak. Yang umum diresepkan oleh dokter dalam berbagai bentuk adalah:
- Prednisone
- Prednisolone
- Cortisone
- Hydrocortisone
- Triamcinolone
- Dexamethasone
Sebagai Anti Radang & Anti Nyeri
Dari semua tujuan penggunaan steroid, yang paling sering adalah sebagai anti radang dan anti nyeri. Untuk tujuan ini steroid bekerja dengan cara menekan dan pada akhirnya mengurangi respon radang dari sistem imunitas. Sehingga dapat mengurangi sampai menghilangkan peradangan. Juga sampai bisa mengurangi dan menghilangkan nyeri karena rasa nyeri juga muncul karena adanya iritasi dan/atau peradangan. Dokter akan memulai dengan cara meresepkan dari dosis terkecil yang dapat memberikan efek mengurangi radang atau nyeri. Baru bila efeknya belum seperti yang diharapkan, dosisnya ditingkatkan. Namun sudah pasti peningkatan dosis juga meningkatkan efek samping steroid yang dibahas di bawah.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
Dari semua jenis radang, radang tenggorokan adalah kasus yang terbanyak diresepkan steroid oleh dokter. Dokter biasanya hanya meresepkan bila peradangannya sangat signifikan seperti terdapat nyeri yang sangat, kesulitan bicara atau menelan, disertai reaksi alergi, atau disertai radang amandel (tonsillitis). Namun karena radang tenggorokan lebih sering disebabkan oleh infeksi, maka pemberian steroid dapat memperlambat kesembuhan. Karenanya bila disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter selalu mendampingkan pemberian steroid dengan antibiotik. Sementara bila disebabkan oleh infeksi virus, sering didampingi dengan obat pencegah replikasi virus seperti methisoprinol. Dari semua jenis steroid yang paling sering digunakan untuk radang tenggorokan adalah prednisone, dexamethasone, dan prednisolone.
Penyuntikan Kortikosteroid untuk Nyeri Sendi
Satu lagi penggunaan steroid yang sering dilakukan adalah dengan cara disuntik langsung pada sendi yang meradang, yang disebut dengan suntikan intra articular. Tujuannya adalah menghilangkan atau setidaknya mengurangi rasa nyeri yang sangat mengganggu seperti pada penderita penyakit osteoarthritis. Terapi suntik steroid ini bukan untuk menyembuhkan osteoarthritis, melainkan untuk mengurangi peradangan, mengurangi keluhan, membuat sendi bebas kembali untuk digerakkan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup penderitanya. Efek penyuntikan ini dapat bertahan hingga beberapa bulan, sebelum harus disuntik ulang kembali. Biasanya dokter memberi jarak 3 bulan di antara suntikan dan membatasi 1 sendi maksimal disuntik 3 kali dalam 1 tahun.
Efek Samping Kortikosteroid
Semua jenis dan cara penggunaan steroid dapat menimbulkan efek samping terutama penggunaan lama dan/atau dosis tinggi. Namun tidak semua orang memberikan efek samping yang sama. Efek samping yang dapat muncul sbb.:
Efek samping steroid oral (diminum):
- Meningkatkan risiko kejadian infeksi
- Peningkatan tekanan darah
- Peningkatan gula darah
- Osteoporosis
- Glaucoma
- Perubahan mood
- Meningkatkan selera makan
- Mual dan muntah
- Iritasi lambung, dan kambuh penyakit maag
- Skin and muscle atrophy (pengecilan massa kulit dan otot)
- Bengkak pada muka dan bagian tubuh lain akibat retensi cairan
- Mencetus kencing manis
- Meningkatkan berat badan
- Depresi
- Patah tulang
- Batuk
- Susah bicara (dysphonia)
- Sariawan banyak
- Timbul jerawat
- Muncul infeksi jamur di kulit
- Kemerahan di kulit (rosacea)
- Stretch marks (singkayo)
- Perioral dermatitis (radang kulit sekitar mulut)
- Perlambatan kesembuhan luka di kulit
Efek samping steroid suntik:
- Kulit memutih pada area suntikan
- Merah pada muka
- Insomnia
- Infeksi pada area suntikan
- Mempercepat degenerasi tulang rawan
- Peningkatan gula darah
- Osteoporosis
Efek Samping Kortikosteroid per Kelompok Pasien
- Pada orang dewasa paling sering efek samping adalah Peningkatan gula darah, osteoporosis, serta pada wanita meningkatkan risiko terkena penyakit tulang.
- Pada anak dapat menekan pertumbuhan, dan meningkatkan risiko terkena infeksi campak dan cacar air yang lebih parah dari anak lainnya.
- Pada wanita hamil dan menyusui steroid dapat sampai ke bayinya melalui plasenta atau ASI, terutama steroid penggunaan oral dan suntik, sementara untuk pemberian topikal dan inhaler lebih aman.
Interaksi Kortikosteroid
Penggunaan steroid berinteraksi pada peminum alkohol atau perokok yang dapat memperberat efek buruk dari alkohol dan tembakau. Penggunaan steroid juga harus berhati-hati pada penderita:
- HIV atau AIDS
- Infeksi herpes
- TBC paru dan TBC luar paru
- Gangguan pencernaan
- Kencing manis
- Hipertensi
- Glaucoma
- Semua penyakit jantung, liver, ginjal, dan tiroid
- Sedang menderita infeksi virus, bakteri, jamur
- Penderita luka berat, atau pasca operasi.
Tips Mengurangi Efek Samping Kortikosteroid
Berikut ini adalah beberapa tips yang dapat mengurangi efek samping dari penggunaan kortikosteroid:
- Selalu mengikuti saran penggunaan dari dokter
- Bila harus digunakan dalam waktu yang lama, diskusi-kan dengan dokter untuk dosis intermittent
- Lakukan pemeriksaan rutin kesehatan secara reguler
- Awasi tekanan darah dan gula darah bila menggunakan steroid dosis tinggi atau waktu yang lama. Bila terjadi peningkatan signifikan, segera hentikan tanya ke dokter
- Kurangi makanan dan minuman manis selama penggunaan steroid
- Selama penggunaan steroid, konsumsi makanan tinggi kalium seperti kurma, madu, pisang, dan buah lainnya
- Konsumsi calcium secara rutin, apa lagi bila sedang mengkonsumsi steroid
- Cukupkan asupan protein untuk menjaga kesehatan sistem imunitas.
©IKM 204-06