Di Indonesia sepertinya hampir semua orang mengenal penyakit TBC, tapi tidak terlalu banyak yang paham bahwa TBC tidak hanya terjadi di paru-paru, namun bisa juga terjadi di luar paru-paru. TBC merupakan singkatan dari tuberculosis, mendapatkan namanya dari bakteri penyebab penyakit menular ini yaitu bakteri Mycobacterium tuberculosis. Memang utamanya infeksi terjadi di dalam paru-paru, tapi sangat bisa menyebar ke organ lain di luar paru-paru dengan insidensi seperempat dari total kasus infeksi TBC di dunia. Bila ini terjadi disebut sebagai “TBC luar paru” atau extrapulmonary TBC yang sering disingkat EPTB. Organ yang bisa juga terinfeksi kuman penyebab TBC ini adalah kelenjar getah bening, tulang, selaput otak, ginjal, dll. Semua orang beresiko terkena TBC, namun yang memiliki sistem imun yang lemah memiliki resiko yang lebih besar.
Untuk TBC paru, bisa di baca di dalam artikel sebelumnya, karena alam artikel ini kita akan membahas TBC yang terjadi selain di paru-paru dan ternyata tidak sedikit jenisnya, seperti di bawah ini:
- Lymphadenitis TB atau TBC kelenjar getah bening
- Meningitis TB atau TBC selaput otak
- Peritonitis TB atau TBC pembungkus organ perut
- Pericarditis TB atau TBC pembungkus jantung
- Skeletal TB atau TBC tulang
- Genitourinary TB atau TBC organ reproduksi-saluran kemih
- Gastrointestinal TB atau TBC organ pencernaan
- Liver TB atau TBC hati
- Cutaneous TB atau TBC kulit
- Miliary TB yaitu TBC yang mengenai banyak organ sekaligus
Seluruh TBC yang terjadi pada organ selain paru-paru dapat muncul setelah terlebih dahulu terjadi TBC paru (kecuali genitourinary TB). Kuman TBC masuk pertama kali melalui udara berasal dari droplets yang terhirup. Namun kontak sekali atau jarang tidak membuat seseorang langsung tertular, karena dibutuhkan riwayat kontak lama yang berulang untuk menularkan kuman penyebab TBC. Setelah terkena TBC paru, kuman dapat menyebar ke organ lain melalui peredaran darah atau saluran getah bening. Dari semua organ selain paru yang paling mudah terinfeksi adalah selaput-selaput pembungkus organ sehingga membuat kasusnya lebih banyak, seperti selaput otak dan sumsum tulang (meningen), selaput pembung-kus organ perut (peritonium), dan selaput pembungkus jantung (pericardium). Faktor resiko seseorang terkena EPTB adalah: manula, diabetes, lemah sistem imun, kanker, dan HIV/AIDS.
Lymphadenitis TB
Merupakan TBC yang menginfeksi kelenjar getah bening (KGB), sehingga di Indonesia dikenal dengan istilah “TBC kelenjar”. Jenis ini merupakan jenis EPTB yang paling sering terjadi. Semua KGB bisa terinfeksi, namun yang paling sering adalah KGB di leher (cervical lymph nodes). Gejala yang muncul bila seseorang terkena TB kelenjar adalah terlihat adanya pembengkakan dari KGB, demam, lemah, berat badan turun tanpa alasan, serta muncul keringat malam.
Meningitis TB
Juga disebut sebagai meningeal tuberculosis yang merupakan TBC yang menginfeksi organ selaput pembungkus otak dan sumsum tulang belakang (spinal cord). Karenanya sering juga didengar sebutan “TBC sumsum tulang belakang”. Tidak seperti jenis lain dari meningitis yang menjadi berat dalam waktu yang cepat, perjalanan penyakit meningitis TB terjadi secara pelan dan bertahap. Pada awal terjadinya infeksi, penderita akan mengeluhkan nyeri-nyeri di tubuh, lemah, hilang nafsu makan, sakit kepala yang tidak kunjung hilang, demam tapi tidak begitu tinggi, serta mual dan muntah. Seiring dengan perjalanan penyakitnya, maka dapat muncul keluhan sakit kepala berat, kaku pada leher, dan penderita sensitif bila melihat cahaya.
Peritonitis TB
Seperti namanya, jenis TBC ini menginfeksi selaput pembungkus organ pencernaan (peritonium) yang terjadi pada 3.5% penderita TBC paru, dan 58% dari jenis TBC yang terjadi di wilayah perut (abdominal TB). Gejala paling utamanya adalah terjadinya akumulasi cairan antara dinding perut dan organ pencernaan yang dikenal dengan istilah ascites. Lalu ada juga keluhan seperti demam, hilang nafsu makan, serta mual dan muntah. Seiring dengan bertambah banyaknya cairan ascites, perut penderita akan membesar seperti balon yang berisi air.
Pericarditis TB
Jenis TBC ini menginfeksi selaput pembungkus jantung (pericardium). Karena jantung terletak sangat dekat dengan paru-paru, maka tidak sulit bagi kuman penyebab TBC untuk menyebar sampai ke pericardium yang terdiri dari dua lapis selaput di mana terdapat sedikit cairan pelumas di antaranya untuk melindungi jantung. Selaput dan cairan tersebutlah yang terinfeksi dan dapat menyebabkan tiga jenis peradangan selaput pembungkus jantung; yaitu constrictive pericarditis yang membuat jantung tertekan, pericardial effusion di mana terjadi penumpukan cairan di antara dua selaput pericardium, atau gabungan keduanya: effusive-constrictive pericarditis. Gejala yang dikeluhkan penderita adalah nyeri dada, demam, palpitasi (jantung berdegup kencang), nafas pendek, dan batuk. Gejala ini agak mirip dengan awal terjadinya serangan jantung, sehingga harus segera di bawa ke rumah sakit untuk memastikannya.
Skeletal TB
Dikenal juga dengan nama bone TB atau TBC tulang. Semua tulang di tubuh dapat terinfeksi kuman penyebab TBC, tapi yang paling sering adalah tulang punggung dan persendian. TBC tulang kasusnya tidak begitu tinggi, tapi sekarang terjadi peningkatan kasus pada negara-negara dengan kasus HIV/AIDS yang tinggi, dimana penyakit tersebut membuat sistem imun penderita menjadi lemah. Pada tahap awal, TBC tulang tidak menimbulkan gejala sama sekali, tapi seiring dengan perjalanan penyakitnya, penderita akan mengeluhkan sakit yang sangat pada tulang punggung, nyeri dan bengkak pada persendian yang terkena, bisa terjadi deformitas (perubahan bentuk) pada tulang, dan bisa terjadi abses (nanah) pada tulang yang terkena.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
Jenis TBC ini dapat mengenai seluruh organ genital dan saluran kemih, namun paling sering terjadi pada ginjal. Selain kuman dapat menyebar melalui peredaran darah dan saluran getah bening, walaupun jarang penyakit ini juga bisa menyebar melalui hubungan kelamin dari pasangan seks yang sudah lebih dulu menderita genitourinary TB. Bila terjadi pada organ genital, penderita dapat mengeluhkan borok pada penis atau labia mayora dan minora. Keluhan lain yang muncul tergantung pada organ terjadinya infeksi, seperti pembengkakan testis, nyeri buang air kecil (BAK), keluarnya urin saat BAK terhambat, nyeri pada pelvis (perut bawah), nyeri pada punggung, berkurangnya jumlah semen, sampai bisa menyebabkan kemandulan.
Gastrointestinal TB
Merupakan TBC yang mengenai organ-organ pencernaan. Semua organ pada saluran pencernaan dari mulut sampai anus bisa terkena gastrointestinal TB. Keluhan yang bisa diderita adalah nyeri pada perut, hilang nafsu makan, berat badan turun tanpa sebab, terjadi diare atau konstipasi, mual dan muntah, serta bisa merasakan benjolan pada dinding perut yang dapat teraba dari luar. Benjolan tersebut adalah kelenjar getah bening yang membesar mengkompensasi infeksi yang terjadi pada organ-organ perut tersebut.
Liver TB
Dikenal juga dengan sebutan hepatic TB (TBC hati) yang terjadi saat kuman penyebab TBC menginfeksi hati. Kasusnya tidak banyak, hanya kurang dari 1% dari seluruh kejadian TBC. Karenanya TBC hati ini tidak begitu dikenal dan banyak orang yang tidak mengetahuinya. Selain kuman menyebar melalui peredaran darah dan kelenjar getah bening, TBC hati dapat terjadi menyusul kejadian gastrointestinal TB karena liver masih merupakan organ pencernaan di dalam tubuh manusia. Gejala yang bisa dikeluhkan penderita adalah demam yang tinggi, nyeri perut bagian atas, pembesaran liver, dan terjadi jaundice atau kuning pada mata, kuku, dan kulit seperti sakit kuning.
Cutaneous TB
Merupakan TBC yang menginfeksi kulit dan merupakan kasus EPTB yang paling jarang terjadi, bahkan pada negara dengan angka insidensi TB tinggi sekali pun. TBC kulit dapat terjadi pada setiap permukaan kulit di tubuh. Daerah yang umum terjadi adalah siku, tangan, bokong, belakang leher, dan kaki. Gejala yang terjadi adalah muncul lesi pada kulit dengan ciri-ciri berbeda seperti: lesi rata yang terasa nyeri, lesi berwarna keunguan atau merah kecoklatan, terkadang terlihat seperti kutil, juga dapat terlihat seperti bentol-bentol kecil, namun dapat juga menjadi seperti bisul yang mengeluarkan nanah.
Miliary TB
Merupakan jenis TBC yang menyebar di tubuh, mengenai beberapa organ sekaligus. Di Indonesia disebut sebagai “TBC milier”, dengan yang paling sering terjadi adalah infeksi bersamaan pada organ paru-paru, sumsum tulang, dan organ pencernaan. Dalam perjalanan penyakitnya bisa juga menyebar ke tulang punggung, otak, dan pericardium. Gejalanya sudah tentu sangat beragam tergantung organ yang terinfeksi seperti yang diuraikan di atas.
Active TB vs. Latent TB
Infeksi kuman TBC dapat bersifat aktif atau laten. TBC aktif merupakan infeksi TBC yang muncul dan dikeluhkan oleh penderita sehingga disebut juga sebagai “penyakit TBC” seperti TBC paru dan EPTB yang diuraikan di atas. Sementara TBC laten adalah infeksi yang terjadi tanpa adanya gejala dan tidak menular. Pada kasus TBC laten, seseorang memiliki bakteri penyebab TBC di dalam tubuhnya yang didapat dari orang lain penderita TBC; namun bakteri tersebut di dalam tubuhnya sedang tidak aktif. Yang bersangkutan seperti orang sehat dan tidak menularkannya kepada orang lain. Namun bila dilakukan tes kulit, maka akan terdeteksi positif. TBC laten dapat menjadi aktif pada 5-10% kasus. Berubahnya status TBC laten menjadi aktif ini terjadi ketika yang bersangkutan sedang turun daya tahan tubuhnya karena sedang menderita penyakit lain, terkena kanker, penyakit autoimun, atau terkena HIV/AIDS.
Pemeriksaan TBC
Seluruh jenis TBC dapat diperiksa dengan pemeriksaan yang sama, sbb.:
- Mantoux tuberculin skin test (TST) yang di Indonesia dikenal dengan sebutan “tes kulit”. Sejumlah kecil tuberculin disuntikkan ke dalam kulit. Tuberculin adalah purified protein derivative (PPD) yang diekstrak dari bakteri Mycobacterium tuberculosis. Karenanya dikenal juga dengan “test PPD”. Setelah tuberculin disuntikkan, akan ditunggu 48-72 jam, lalu diamati reaksi yang terjadi pada area suntikan yang dapat mengindikasikan telah terjadinya paparan terhadap kuman penyebab TBC. Paparan tersebut bisa berarti terjadi TBC aktif maupun TBC laten.
- Tes darah adalah tes yang dapat membedakan antara kasus TBC aktif dengan TBC laten. Biasa dilakukan sebagai lanjutan pemeriksaan setelah tes PPD di atas. Ada dua jenis pemeriksaan reaksi sistem imun terhadap bakteri TB ini yaitu T-SPOT TB Test (T-Spot), dan QuantiFERON-TB Gold In-Tube test (QFT-GIT).
- Imaging test: Foto X-ray paru-paru atau CT-scan pada organ yang dicurigai terkena untuk memperkuat diagnosis.
- Sputum test atau tes dahak. Tes ini merupakan tes pasti adanya bakteri TB di dalam paru-paru. Selain untuk mendeteksi keberadaan bakteri, tes dahak digunakan juga untuk menguji sensitivitas terapi antibiotik yang akan diberikan sehingga terapi akan lebih efektif.
Penutup
TBC masih merupakan masalah kesehatan umum di Indonesia, karena kasusnya terbilang tinggi. Kasus EPTB juga cukup tinggi di Indonesia dengan gejala yang tidak spesifik, membuat screening dan deteksi dini menjadi sangat penting. Menjaga kepatuhan minum obat bagi penderita TBC juga sebuah tantangan yang harus dihadapi, karena obat harus diminum setiap hari minimal 6 bulan, bahkan bisa 9-12 bulan. Bila TBC tidak ditangani secara baik, dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya bahkan dapat menyebabkan kematian.
©IKM 2023-02