Dr. Indra K. Muhtadi - "dokter plus"
  • Home
    • My Curriculum Vitae
    • Dr. Indra on Media
  • What's New
  • Health & Wellness Influencer & Motivator
    • Retirement Preparation from Health Point of View
    • Stres untuk Hebat
    • Health Topic Seminars
    • The Secret of Healthy Life Style
    • Company Health Management
    • Stop Smoking Course
    • Quality Service Excellent
    • Change Leadership Training and Self Improvement
    • Smile in Assertive Communication
    • Assertive Communication Skills
    • Employee Counseling for Productivity
    • Managerial Skills and Self Leadership Skills
    • Motivation and Job Satisfaction
  • Dr. Indra's Books
    • Book: "SEHAT untuk HEBAT"
    • Book: "STRES untuk HEBAT"
    • Book: "Revolusi Mental"
  • Blog: Medical Articles
    • Blog Index (A to Z)
    • Blog Index (by category)
    • Blog Articles: 2023
    • Blog Articles: 2022
    • Blog Articles: 2021
    • Blog Articles: 2020
    • Blog Articles: 2019
    • Blog Articles: 2018
    • Blog Articles: 2017
    • Blog Articles: 2016
    • Blog Articles: 2015
    • Blog Articles: 2014
    • Blog Articles: 2013
    • Blog Articles: 2012
    • Blog Articles: 2011
    • Blog Articles: 2010
  • Health Consultant (Praktek)
    • Location
    • Adult Vaccination
  • Health Tips Video
  • Health Calculator
    • BMI Calculator
    • Advanced BMI Calculator
    • BMI Calculator for Children
    • Ideal Body Weight Calculator
    • Exercise Calorie Calculator
    • Daily Calorie Calculator
    • Liquid Calorie Calculator
  • Health Pictures
  • My Travel and Other Blog
  • ABN Group
  • References & Partners
  • Contact Me

Topik ke-394: Vaksin CoronaVac dari Sinovac

15/1/2021

1 Comment

 
Picture
Pendahuluan
Sejak tanggal 13 Januari 2021, Indonesia memasuki bab baru dalam buku sejarah pandemi COVID-19 (C19) di tanah air. Penyuntikan pertama vaksin C19 untuk tujuan vaksinasi masal sudah dilakukan yang disuntikkan kepada presiden RI, Bapak Joko Widodo. Kita harapkan babak baru pertarungan melawan virus SARS-CoV-2 penyebab C19 ini akan dimenangkan secara perlahan oleh kita. Tapi sebelum kita mencapai kemenangan tersebut, kita harus mengetahui dulu senjata kita dalam melawannya, yaitu vaksin itu sendiri. Memang Kementrian Kesehatan memiliki roadmap panjang mengenai vaksinasi C19 ini Indonesia, tapi vaksin pertama yang kita dapatkan adalah CoronaVac dari Sinovac, yang akan kita bahas dalam artikel ini.

Fakta Vaksin CoronaVac dari Sinovac
  • Merupakan tipe whole virus vaccine atau yang lebih dikenal dengan istilah inactivated vaccine (virus yang dilemahkan).
  • Memerlukan 2 dosis penyuntikan pada otot (intra muscular) dengan jarak penyuntikan 14-21 hari.
  • Dapat disimpan pada lemari pendingin biasa (refrigerator) pada suhu 2-8 derajat C, dan dapat tetap stabil disimpan sampai dengan 3 tahun.
  • Sample SARS-CoV-2 yang digunakan bukan hanya dari China, tapi juga dari Inggris, Italia, Spanyol dan Swis.
  • Selain di China akan diproduksi juga di Indonesia dan Brazil.
  • Akan digunakan setidaknya di 17 negara selain China.
Sinovac Biotech
Sinovac Biotech yang terletak di Beijing, China ini adalah perusahaan biopharmaceutical asal dan yang meneliti serta memproduksi vaksin CoronaVac. Merupakan perusahaan yang memang memfokuskan dirinya pada penelitian, pengembang-an, manufaktur, dan penjualan vaksin. Vaksin yang sudah beredar hasil produksi perusahaan ini adalah Healive (hepatitis A), Bilive (gabungan hepatitis A dan B), Anflu (influenza), Panflu (H5N1), dan Panflu.1 (H1N1). Tahun 2003 Sinovac merupakan perusahaan pertama di dunia yang membuat vaksin percobaan terhadap SARS. Sebelum pandemi Sinovac juga sedang mengembangkan Universal Pandemic Influenza Vaccine, vaksin Japanese encephalitis, vaksin enterovirus 71, dan vaksin rabies. Pada pertengahan April 2020, China mengizinkan uji klinis calon vaksin COVID-19 yang diberi nama CoronaVac.
 
Proses Pembuatan CoronaVac
Untuk membuat CoronaVac, peneliti Sinovac pada Januari 2020 yang lalu memulainya dengan mengambil contoh SARS-CoV-2 dari pasien di China, Inggris, Italia, Spanyol dan Swis. Yang dari China menjadi basis atau dasar dari vaksin karena berasal dari ground zero. Virus kemudian ditanam pada sel ginjal satu spesies kera. Setelah dipanen, virus “dibunuh” atau tepatnya diinaktivasi dengan zat kimia bernama ­beta-propiolactone dengan cara menyatukan gen-gen mereka. Virus yang sudah diinaktivasi menjadi tidak dapat mereplikasi kembali, tapi protein mereka, termasuk spike protein tetap ada. Virus kemudian dicampur dengan jumlah kecil larutan berbasis aluminium yang disebut adjuvant yang berfungsi menstimulasi sistem imun untuk mem-boost respon imun tubuh terhadap vaksin. Metoda ini sudah digunakan lebih dari 100 tahun di dunia. Pertama kali digunakan pada tahun 1950 oleh Jonas Salk saat membuat vaksin polio.
 
Mendorong Respon Imun – Membuat Antibodies
Karena virus sudah tidak aktif atau mati, mereka dapat disuntikkan tanpa membuat seseorang menjadi sakit. Setelah masuk ke dalam tubuh, beberapa virus ditelan oleh salah satu tipe sel sistem imunitas kita yang bernama antigen-presenting cell. Cel ini akan merobek virus agar potongannya dapat dikenali oleh sel lain bernama helper T cell. Bila potongan ini cocok untuk “cetakan” yang ada, akan membuat T cell aktif dan dapat menggalang bantuan sistem imun lainnya untuk melawan virus. Tipe lain dari sel imunitas bernama B cell juga akan bertemu dengan virus yang sudah “mati” tersebut. B cell memiliki banyak sekali surface protein dalam bentuk “cetakan” yang beragam. Ketika “cetakan” terkunci pada spike protein dari virus; singkat cerita, akan merangsang keluarnya antibodies dalam jumlah besar untuk menyerang virus.
 
Mengenali dan Membunuh Virus
Setelah dikenalkan pertama kali oleh vaksin, sistem imun kita dapat ber-respon terhadap virus hidup yang sebenarnya. Antibodies akan langsung mentarget pada spike protein pada virus dengan proses yang lebih cepat dibandingkan yang “belum kenal”. Hal ini membuat virus tidak dapat masuk ke dalam sel tubuh orang yang sudah divaksin. Namun karena vaksin ini baru, belum ada yang dapat memastikan berapa lama “ingatan” pada sistem imun tubuh kita bertahan. Kemampuan B cell sendiri dapat mengenali virus sampai berpuluh tahun, tapi kita belum tahu kondisinya pada SARS-CoV-2 yang rajin bermutasi ini.

Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
Picture
Uji Klinis CoronaVac
Uji klinis fase I dan II CoronaVac untuk kelompok usia 18-59 tahun, diselesaikan pada Juli 2020 dan di-published di jurnal The Lancet. Dilaporkan di sana CoronaVac memiliki imunogenisitas menciptakan kondisi seroconversion of neutralizing antibodies untuk 109 dari 118 subjek penelitiannya (92%) pada grup dosis 3 μg dan 117 dari 119 subjek (98%) pada grup dosis 6 μg; bila dijarak antara 2 suntikan selama 14 hari. Pada jarak suntikan 28 hari, seroconversion terjadi untuk 114 dari 117 subjek (97%) pada grup dosis 3 μg dan 118 dari 118 subjek (100%) pada grup dosis 6 μg. CoronaVac kemudian mulai disuntikkan di China dengan EUA (emergency use authorization) pada ribuan petugas medis di Agustus 2020 dan kepada para pekerja esensial di Oktober 2020. Sudah dimulai juga di sana uji klinis fase I dan II untuk usia >59 tahun di bulan Mei 2020 dan September 2020 untuk usia 3-17 tahun. Namun hasilnya belum dilaporkan.
 
Uji Klinis Fase III
Untuk uji klinis fase III-nya sendiri dilakukan di luar China, karena uji klinis fase III idealnya dilakukan di tempat yang kasus paparannya masih tinggi, sbb.:
  • Di Brazil. Mulai dilakukan pada akhir Juli 2020, pada 9.000 orang relawan yang merupakan tenaga medis, bekerja sama dengan Butantan Institute. Pada Oktober 2020 jumlah relawan ditambah lagi dengan 3.508 masyarakat umum. Di sana CoronaVac dilaporkan pada 12 Januari 2021, 100% efektif mencegah kasus sedang dan berat, 78% efektif mencegah kasus ringan, dengan efikasi secara keseluruhan vaksin berada pada angka 50.38%.
  • Di Chile. Bekerja sama dengan Pontificial Catholic University of Chile dimulai pada Agustus 2020, mengikutkan 3.000 orang relawan berusia 18-65 tahun. Sampai tengah Januari 2021 ini, hasilnya belum dilaporkan. Sebagai tanda terima kasih Sinovac kepada Chile, negara ini akan mendapatkan 20 juta dosis CoronaVac yang akan mulai disuntikkan bila uji klinisnya selesai.
  • Di Turki. Berencana mengikutsertakan 13.000 orang relawan, bekerja sama dengan 25 pusat penelitian di 12 kota di sana. Tapi yang terlaksana hanya 7.371 orang saja, dan sebagian besar adalah tenaga medis dan dokter. Hasilnya telah diumumkan pada 24 Desember 2020 dengan  efikasi vaksin ada pada angka 91.5%; yaitu hasil dari 1.322 orang relawan gelombang pertama.
  • Di Bandung. Dimulai pada Agustus 2020 bekerja sama dengan Biofarma dan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK Unpad) yang mengikutsertakan 1.620 orang relawan. Laporan awal (preliminary report/interim report) dilakukan pada 11 Januari 2020 dengan efikasinya 65,3% untuk 540 relawan gelombang pertama yang memfokuskan pada uji imunogenisitas. Seluruh penelitian baru akan selesai pada tengah tahun 2021 nanti. Dari 540 relawan tersebut dengan jarak dua suntikan selama 2 minggu, didapatkan imunogenisitas lebih dari 99%, dengan efikasi pada angka 65,3% (dijelaskan selanjutnya).
  • Di Saudi Arabia. Dilakukan pada 7.000 orang relawan tenaga medis yang bekerja sama dengan Saudi Arabian National Guard. Hasilnya belum dilaporkan.
  • Di Banglades. Rencana mengikutsertakan 4.200 orang relawan, tapi sampai tengah Januari 2020, belum dimulai.
 
Kapasitas Produksi
Sebuah pabrik baru di Beijing di atas lahan 2 hektar sengaja didirikan untuk memproduksi CoronaVac dengan kapasitas 600 juta dosis per tahun. Pembangunan pabrik ini sudah selesai akhir 2020 yang lalu. Sementara di Bandung, Bio Farma siap memproduksi 250 juta dosis dalam setahun. Brazil juga tidak mau ketinggalan dan membangun pabrik baru di São Paulo dengan kapasitas 100 juta dosis per tahun. Kapasitasnya akan ditingkatkan perlahan sampai dengan 1 juta dosis pertahun untuk menyuplai negara tetangganya seperti Honduras, Paraguay, Peru, Uruguay dan Argentina. Sampai pabrik di Brazil tersebut berdiri, Brazil akan membeli total 60 juta dosis dari Sinovac. Turki tidak berencana membuat pabrik, hanya membeli langsung dari Sinovac sebanyak 50 juta dosis pengiriman Desember 2020 sd. Februari 2021.
 
Negara-Negara yang akan menggunakan CoronaVac
Sampai dengan pertengahan Januari 2021 ini, tambah banyak negara yang akan menggunakan CoronaVac sbb.:
1. Negara tempat dilakukannya uji klinis:
  • China
  • Brazil
  • Chile
  • Turki
  • Indonesia
  • Saudi Arabia
  • Banglades
2. Negara bukan tempat uji klinis dan akan membeli langsung dari Sinofac China:
  • Filipina sebanyak 25 juta dosis
  • Hong Kong sebanyak 7.5 juta dosis
  • Thailand sebanyak 2 juta dosis
  • Bolivia sebanyak 2 juta dosis
  • Ukraina sebanyak 1,8 juta dosis
  • Singapura (jumlahnya tidak dilaporkan)
3. Negara bukan tempat  uji klinis dan akan membeli dari pabrik di Brazil:
  • Honduras
  • Paraguay
  • Peru
  • Uruguay
  • Argentina
 
CoronaVac di Indonesia
Selain rencana Biofarma untuk memproduksi 250 juta dosis per tahun, untuk tahap awal Indonesia sudah membeli 50 juta dosis dengan periode pengiriman November 2020 sd. Maret 2021. Angka ini mungkin ditingkatkan menjadi 140 juta dosis. Harga CoronaVac di Indonesia sekitar Rp 200 ribu per dosis. Pada 6 Desember 2020 datang 1,2 juta dosis pertama, 15 juta dosis sampai akhir Desember 2020, dan 30 juta dosis di Januari 2021. CoronaVac sudah mendapatkan sertifikat Halal dari MUI pada 9 Januari dan mendapatkan EUA dari BPOM pada 12 Januari 2021. Sediaan CoronaVac yang dibuat untuk di Indonesia adalah dalam bentuk vial, bukan unijack seperti yang banyak beredar di media sosial, seperti pada gambar di bawah.
  • Tahap pertama penyuntikan adalah pada sekitar 1,48 juta tenaga medis sampai dengan akhir Februari 2021.
  • Tahap kedua untuk 17,8 juta frontline workers (petugas garda terdepan dan pegawai pemerintahan) sampai dengan akhir April 2021.
  • Tahap ketiga (bila didapatkan EUA-nya) untuk 21,5 juta orang > 59 tahun dan 63.9 juta orang beresiko tinggi sekitar Mei 2021 nanti. Untuk tahap ketiga ini bisa menggunakan CoronaVac, dapat juga menggunakan vaksin yang lain bila vaksin sudah tersedia, serta mendapatkan EUA dari BPOM dan sertifikasi halal dari MUI.
  • Tahap keempat untuk masyarakat lainnya secara bertahap menggunakan CoronaVac hasil produksi Biofarma dan beberapa jenis vaksin lainnya.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
Picture
Imunogenisitas dan Efikasi Sebuah Vaksin
Imunogenisitas adalah kemampuan sebuah vaksin untuk menciptakan kondisi seroconversion of neutralizing antibodies. Atau bila dijelaskan adalah kemampuan sebuah vaksin untuk merangsang kekebalan di dalam tubuh orang yang divaksin. CoronaVac memiliki angka yang sangat tinggi, bahkan sampai 100% seperti pada uraian di atas. Sementara efikasi adalah kemanjuran/kemampuan sebuah vaksin membuat benteng pertahanan pada komunitas, di mana terdapat kekebalan pada sekelompok orang dalam komunitas tersebut. CoronaVac di Indonesia melalui interim report FK Unpad yang melakukan uji klinis fase III-nya berada pada angka efikasi (kemanjuran) 65,3%.
 
Vaksin dengan efikasi 65,3% dalam uji klinik dengan kondisi terkontrol, artinya terjadi penurunan 65,3% kasus penyakit pada kelompok yang divaksinasi dibandingkan dengan kelompok yang tidak divaksinasi (atau placebo). Jadi misalnya pada interim report uji klinik Sinovac di Bandung hasil dari 540 orang relawan, terdapat 270 relawan disuntik vaksin, dan 270 relawan disuntik placebo. Maka angka 65,3% berarti 7 orang pada kelompok divaksin tetap terinfeksi (2,59%), sedangkan dari kelompok placebo ada 20 orang yang terinfeksi (7,41%), maka (7,41 – 2,59)/7,41 x 100% ≈ 65%. Jadi yang menentukan efikasi vaksin pada uji klinis adalah perbandingan antara kelompok yang divaksin dengan kelompok yang tidak.
 
Efikasi ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, misal dari tingkat risiko infeksi tempat uji,  karakteristik relawannya, pola kesehatan masyarakat, dll. Jika relawannya adalah kelompok risiko tinggi, maka kemungkinan kelompok placebo akan lebih banyak yang terpapar, sehingga perhitungan efikasinya menjadi meningkat. Ini yang terjadi di Turki yang menggunakan lebih banyak tenaga medis dan dokter sebagai relawan uji klinisnya, dibandingkan dengan Indonesia yang menggunakan masyarakat umum di Bandung dengan resiko paparan lebih rendah. Kita tahu kelompok tenaga medis adalah kelompok beresiko tinggi. Bila misalnya uji klinis di Bandung kita samakan modelnya seperti Turki, (menggunakan banyak tenaga medis juga), maka dari 570 orang hitungannya bisa menjadi kelompok vaksin tetap ada 7 yang terinfeksi, sedangkan kelompok placebo akan bertambah menjadi 82 yang terinfeksi; maka efikasinya menjadi sekitar 91.5%, didapat dari (82 – 7)/82 x 100% ≈ 91.5%.
 
Sebaliknya bila uji klinis dilakukan pada kelompok masyarakat dengan kepatuhan yang tinggi terhadap protokol kesehatan seperti di Jepang atau China misalnya, maka efikasi yang didapatkan bisa rendah. Katakanlah pada model di atas misal pada kelompok vaksin tetap ada 7 yang terinfeksi,  sedangkan di kelompok placebo hanya 10 orang saja karena menjaga protokol kesehatan dengan ketat; maka efikasi vaksin bisa hanya menjadi 30% saja, yaitu dari hitungan (10 - 7)/10 x 100% = 30%.
 
Efikasi Vaksin Menurunkan Kejadian Infeksi
Penurunan kejadian infeksi sebesar 65,3% secara populasi tentu akan tetap sangat bermakna dan memiliki dampak panjang yang baik. Katakanlah dari 270 juta penduduk Indonesia terjadi paparan 12% (seperti rata-rata dunia), jika tanpa vaksinasi akan ada 32,4 juta yang terinfeksi. Maka jika program vaksinasi berhasil dengan efikasi 65,3%, berarti hanya 11,232 juta (4,16%) yang akan terinfeksi, (12 – 4,16)/12 x 100% = 65,3%. Ini artinya akan ada 21,168 juta kejadian infeksi yang dapat dicegah. Mencegah lebih dari 21 juta kejadian infeksi tentu akan sudah sangat bermakna. Bayangkan berapa banyak kematian yang dapat dicegah, berapa banyak tenaga medis yang tidak harus meninggal, dan mungkin kita bisa mulai mengurangi WFH, serta anak-anak bisa bersekolah tatap muka kembali.
 
Bila Disiplin Setelah Vaksinasi
Jadi efikasi 65,3% tidak usah membuat kita kecewa, karena angka ini akan bisa naik pada vaksinasi masal bila semua bisa disiplin setelah vaksinasi. Jelas dari hitung-hitungan di atas angka efikasi bisa naik bila semua yang sudah mendapatkan vaksinasi bisa menjaga agar tidak tertular sampai dengan 2 minggu setelah suntikan kedua, yaitu sampai kekebalan itu terbentuk. Apa lagi CoronaVac ini memiliki Imunogenisitas yang tinggi, bahkan sampai > 99% dapat memicu kekebalan orang yang divaksin. Artinya Anda yang divaksin, hampir pasti mendapatkan kekebalan yang kita harapkan.
 
Kekebalan Komunitas dari Vaksin
Kekebalan komunitas atau herd immunity dari vaksin di Indonesia bisa cukup lama baru terbentuk, karena harus berada pada setidaknya 70% dari seluruh orang Indonesia. Agar bisa diharapkan bisa secara tidak langsung mencegah penularan kepada orang-orang yang tidak atau belum mendapatkan vaksin. Sekarang mari kita main matematika lagi. Dari 270 juta penduduk Indonesia. Berarti harus ada 189 juta orang yang kebal. Sementara yang bisa divaksin C19 saat ini hanya kelompok umur 18-59 tahun yang hanya berjumlah 181 juta orang saja. Itu pun ada kecendrungan hanya sekitar 64,8% saja yang mengatakan bersedia divaksin. 27,6% masih ragu, sementara 7,6% menyatakan tidak mau. Seandainya saja yang ragu bisa diyakinkan sehingga total menjadi 92,4% x 181 juta = 167,2 juta. Dengan imunogenisitas terjadi maksimal pada 167,2 juta orang tersebut, berarti 61.9% orang Indonesia akan kebal C19. Asal mereka semua memang mau divaksin dan disiplin menjaga diri agar tidak tertular sampai kekebalan itu terbentuk. Bila tidak, katakan saja selamat tinggal kepada hidup normal yang dulu pernah kita jalani.
1 Comment
Hendra Carlozz
15/1/2021 15:49:27

Terima kasih infonya dok

Reply



Leave a Reply.

    Home >> Medical Articles >> 2021

    Medical Articles 2021

    Picture
    Lihat daftar artikel lainnya, click pada gambar

    Picture
    Maknai stres, untuk membuat hidup menjadi lebih hebat. Baca di sini.

    Bila Anda suka dengan blog ini, silakan "like" artikelnya di bagian bawah setiap artikel dan silakan menikmati artikel lainnya pada blog tahun 2020. Click di sini.

    Picture

    Author

    Dr. Indra K. Muhtadi adalah seorang Health Influencer dan konsultan pada berbagai professional training di Indonesia.

    Selama pandemi COVID-19, Dr. Indra juga aktif sebagai New Normal Consultant (Konsultan Adaptasi Kebiasaan Baru) di beberapa perusahaan.

    Sebagai dokter, ia sangat piawai memberikan konsultasi kesehatan dengan bahasa ringan sehingga membuat masalah medis menjadi sesuatu yang mudah untuk dipahami.

    Click di sini untuk berkonsultasi dengan Dr. Indra

    These Blogs are written in Bahasa Indonesia. I hope these blogs can help those who search the information about the topic discussed in the radio.  Feel free to give comments and if you need an English version of the content from these blogs, please don't hesitate to
    contact me.


    Instagram Follow Dr. Indra on Instagram
    Follow @indrakm

    Archives

    December 2021
    November 2021
    October 2021
    September 2021
    August 2021
    July 2021
    June 2021
    May 2021
    April 2021
    March 2021
    February 2021
    January 2021

    Categories

    All
    Alkaline Food & Drinks Vs. Asam-Basa Tubuh
    Ancaman Hipertensi Pasca Lebaran
    Angklung Dan Kesehatan
    Anosmia Dan Ageusia Pada COVID-19
    Badai Sitokin Pada COVID-19
    Berdamai Dengan Sakit Lambung Saat Berpuasa
    Berolahraga Aman Setelah PPKM
    Berpuasa & COVID-19
    Body Goal Di Tahun Baru
    Booster Vaksin C19
    COVID-19 & Kerusakan Ginjal
    Diet Sehat Alami
    Gerakan Anti Vaccine
    Hidup Normal Setelah Vaksinasi COVID-19
    Isolasi Mandiri
    Kanker Dan COVID-19
    Kanker Payudara Dan Diet Anda
    Kembali Ke Sekolah Di Masa Pandemi
    Long-Haul COVID-19
    Macrobiotic Diet
    Membongkar Hoax Vaksin C19
    Memulai Dan Selesainya
    Merdeka Dari Rasa Takut Di Masa Pandemi
    Pandemic Fatigue
    PCR Vs. Antigen Test Untuk C19
    Penyakit Jantung Pada Anak
    Post COVID-19 Syndrome
    Rahasia Kulit Sehat & Awet Muda
    Rasa Umami Pada Diet Kita
    Terapi Plasma Konvalesen Untuk Pasien C19
    Vaksin C19 Dari Oxford-AstraZeneca
    Vaksin CoronaVac Dari Sinovac
    Vaksin COVID-19 Untuk Anak
    Varian Berbahaya SARS-CoV-2 (Varian Of Concern)
    Varian Omicron COVID-19


    Disclaimer
    All data and statements in all articles in these blogs on this website were true at the time of writing. Some update may be required.

    The Content is not intended to be a substitute for professional medical advice, diagnosis, or treatment. Always seek the advice of your physician or other qualified health provider with any questions you may have regarding a medical condition.

    Picture
    Terima kasih untuk mendukung usaha saya dan berbagi informasi
    Thank you for supporting my effort and sharing my knowledge

    Picture

    Picture of the week
    Picture
    Body Goal di Tahun Baru - New' Years Body Goal

    Navigation:
    Back to Blog Main Page
    Back to Blog Index

Proudly powered by Weebly