Kelihatannya di Indonesia bila kita lihat masyarakat di jalan dan di tempat umum, sudah semakin biasa dengan adanya pandemi COVID-19 (C19). Dulu hanya 2 orang saja terkonfirmasi positif di Depok, satu negara sibuk dan panik. Kini bahkan diri kita atau keluarga sendiripun sudah pernah terkena. Bahkan mungkin ada di antara kita yang sudah kehilangan orang terdekat karena penyakit ini. Sayangnya hal ini menjadi semakin biasa, sehingga kita menurunkan kewaspadaan. Salah satunya ketika berolahraga. Suatu aktivitas yang dilakukan untuk kesehatan, ironisnya malah mengabaikan protokol kesehatan. Sampai awal September 2021 ini masih belum bisa diprediksi kapan pandemi akan berakhir. Karenanya di setiap aktivitas termasuk olahraga, kita harus senantiasa waspada bahkan bila PPKM sudah selesai.
Sebagian orang tetap bisa melakukan olahraga di masa pandemi dan PPKM, tapi sebagian besarnya justru tidak. Banyak yang baru mau memulai berolahraga kembali setelah mungkin lebih dari satu tahun menjalani gaya hidup sedentary (malas bergerak) yang dikenal dengan “mager” oleh anak sekarang. Setidaknya harus diapresiasi yang sudah berniat untuk kembali berolahraga. Tapi agar olahraganya tidak menjadi bahaya dan terjadi cedera, porsinya harus diatur sesuai kemampuan, jangan set target terlalu tinggi. Walaupun dulunya sangat aktif berolahraga, namun bila sudah berhenti terlalu lama, tidak bisa langsung mencapai ritme seperti ketika aktif dulu. Perlahan dengan meningkatknya ketahanan fisik dan kekuatan otot, ritme olahraga bisa kembali tinggi seperti yang biasa dilakukan.
Apa lagi bagi mereka yang sempat terkena C19, maka memulai kembali berolahraga harus diiringi dengan pemahaman bahwa tubuh bisa saja mengalami kemunduruan secara fisik. Olahraga bagi penyintas C19, harus dilakukan lebih hati-hati, terutama yang sampai menderita C19 sedang atau berat. Gejala sisa dari C19 itu sendiri bisa bertahan berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan setelah dinyatakan sembuh. Jadi jangan memiliki ekspektasi terlalu tinggi untuk mencapai ritme olahraga seperti sebelum sakit. Penyintas C19 dengan gejala sedang atau berat, sering menyisakan masalah di paru-paru yang tak jarang bisa bertahan sangat lama. Walaupun sudah tidak ada keluhan, bila dibawa olahraga terlalu berat, penyintas C19 sedang atau berat tersebut sering mengeluhkan sesak atau menjadi tidak bebas bernafas saat melakukan gerakan olahraga.
Mengelola Ekspektasi
Ekspektasi untuk langsung bisa berolahraga seperti sebelumnya sudah pasti sangat diharapkan setiap orang. Tapi kondisi fisik yang sudah lama tidak berolahraga, ditambah lagi bila merupakan seorang penyintas C19, maka yang bersangkutan harus bisa mengelola dan menge-set ekspektasi atau harapan sesuai dengan kemampuan fisiknya. Tak jarang kini ditemukan orang yang sampai menderita stres dan frustrasi akibat tidak bisa berolahraga dengan ritme seperti sebelumnya. Dokter Christina Frederic, seorang pengajar Psychology and Human Factors di Embry-Riddle Aeronautical University, Daytona Beach, Florida, AS mengatakan bahwa kekesalan dan frustrasi tersebut bisa sampai menghilangkan sama sekali motivasi untuk kembali berolahraga. Inilah yang harus dihindari.
Menghindari Cedera
Kunci agar bisa berolahraga aman setelah PPKM ini bukan langsung berolahraga, tapi dimulai dengan merubah aktivitas rutin untuk lebih aktif setiap harinya. Lebih sering untuk membersihkan rumah atau mencuci kendaraan misalnya, atau bisa juga dengan berkebun; agar tubuh merasakan kebutuhan untuk memperkuat dirinya sehingga bisa dibawa untuk gerakan yang lebih berat dan berulang ketika berolahraga. Kemudian yang juga tidak kalah penting adalah jangan membandingkan diri dengan orang lain, karena tidak satupun orang yang persis sama. Di saat ada yang hanya butuh waktu sebentar untuk bisa berolahraga seperti dulu, namun tidak sedikit yang masih belum bisa menyamai ritme olahraganya yang dulu. Apa lagi yang bersangkutan merupakan seorang penyintas C19.
Bila Tetap Terjadi Cedera
Cedera ketika berolahraga memang lumrah terjadi, bahkan dalam kondisi normal sekalipun. Jadi saat kembali aktif berolah-raga setelah PPKM, walaupun sudah memulainya secara bertahap, cedera olahraga masih mungkin terjadi. Jangan putus asa, dan segeralah berhenti gerakan olahraga saat dirasakan ada yang sakit pada tubuh. Segera lakukan relaksasi, tenangkan diri, dan bisa meminum obat anti inflamasi yang dijual bebas seperti ibuprofen. Bila sakit berlanjut periksakanlah ke dokter. Semakin tua umur, maka semakin rentan untuk mengalami cedera karena berolahraga. Ambillah waktu seminggu untuk beristirahat sambil memulihkan diri sebelum kembali mencoba berolahraga. Selama waktu pemulihan tersebut, harus tetap aktif bergerak dengan kegiatan sehari-hari atau mengganti olahraga Anda. Misal bila cedera terjadi di tungkai akibat berlari, maka bisa diganti dengan olahraga seperti berenang.
Agar Tetap Termotivasi dan Mengajak Keluarga
Ketika berolahraga, antara fikiran dan mindset harus sejalan dengan fisik. Jangan melakukan olahraga yang tidak disukai. Dengan melakukan olahraga yang disenangi, maka endorphin atau hormon bahagia akan tambah bisa memotivasi Anda untuk rutin melakukan olahraga tersebut. Ajaklah keluarga yang tinggal serumah untuk berolahraga bersama. Hindari selama pandemi ini untuk berolahraga bersama orang lain yang tidak tinggal serumah, karena resiko untuk tertular virus SARS-CoV-2 penyebab C19 masih tetap mengancam. Ajaklah anak-anak berolahraga bersama, karena pertumbuhan anak-anak juga terkena efek negatif dari pandemi. Mereka harusnya aktif bergerak untuk merangsang pertumbuhan yang optimal, tapi kini harus menjalani pelajaran jarak jauh (PJJ) yang minim sekali aktivitas fisik, mungkin hanya pada saat pelajaran olahraga saja.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
Di Indonesia, pemerintah sudah membuat suatu aplikasi Peduli Lindungi yang belum dimanfaatkan maksimal oleh masyarakat. Seringnya hanya digunakan ketika akan bepergian atau ketika akan masuk ke ruang publik saja seperti mall, taman, dll. Padahal kita bisa juga memanfaatkan aplikasi tersebut untuk memilih lokasi olahraga yang aman. Bisa dilihat pada aplikasi Peduli Lindungi lokasi yang akan dikunjungi. Pilihlah lokasi berolahraga yang bukan pada zona merah. Kalau bisa pilihlah hanya pada zona hijau atau setidaknya kuning. Dengan demikian, bila masih harus bertemu dengan orang lain di lokasi tersebut, lebih kecil resikonya untuk beresiko terpapar virus SARS-CoV-2 penyebab C19 ini. Bila ingin gowes, rencanakan terlebih dahulu jalur yang ingin dijalani. Hindari jalur yang melintasi zona merah dan orange.
Tetap Mempraktekkan Protokol Kesehatan
Walaupun pada awal September ini kasus baru dan angka kematian C19 semakin rendah di Indonesia, bukan berarti kita sudah keluar dari pandemi. Masih terlalu besar resiko untuk kasus kembali naik dengan korban nyawa yang tinggi bila kita langsung berhenti mempraktekkan protokol kesehatan. Harus tetap bersabar sampai WHO mengatakan bahwa dunia sudah dinyatakan keluar dari pandemi. Sampai waktu itu tiba dalam setiap aktivitas keseharian kita di ruang publik termasuk berolahraga harus senantiasa mempraktekkan protokol kesehatan. Bawalah selalu hand sanitizer ketika berolahraga dan rajinlah mencuci tangan setiap menyentuh benda yang banyak disentuh orang lain. Lalu harus senantiasa menjaga jarak dengan orang yang tidak tinggal serumah serta hindari tempat olahraga yang padat pengunjung.
Memakai Masker Ketika Berolahraga
Mungkin hanya ketika berolahraga di rumah atau tempat pribadi, kita baru bisa melepas masker. Sebaliknya, selama olahraga tersebut dilakukan di ruang publik, maka selama itu pula masker tidak boleh dilepas. Bila olahraga yang dilakukan adalah olah raga air seperti berenang dan sebagainya, barulah masker bisa dilepas. Itupun harus langsung dipakai kembali bila keluar dari kolam atau berada di tempat kering. Memang akan terasa lebih sulit bernafas berolahraga bila sambil menggunakan masker, seperti ketika jogging atau gowes. Tapi ingatlah bahwa alasan nomor 1 menggunakan masker ketika berolahraga adalah untuk melindungi orang lain dari Anda, karena siapa tahu Anda seorang OTG yang sedang terpapar virus dan dapat menulari ke orang lain. Jangan jadikan aktivitas olahraga menjadi menzolimi atau mencelakai orang lain.
Menggunakan masker ketika berolahraga memang harus dilatih dan dibiasakan. Seorang yang sehat akan mudah beradaptasi. Untuk melatihnya, mulailah dengan ritme yang ringan sampai Anda bisa secara rileks bernafas sambil memakai masker. Jelas tidak akan bisa melakukan ritme seperti tidak menggunakan masker. Artinya memang selama kita masih belum keluar dari pandemi ini, maka selama itu pula gerakan dan ritme olahraga harus disesuaikan. Bukan hanya harus disesuaikan dengan ketahanan dan kekuatan fisik, tapi juga disesuaikan dengan kenyataan bahwa kita selalu harus menggunakan masker.
Bila Orang Lain yang Tidak Patuh
Anda sudah patuh menerapkan protokol kesehatan dan menggunakan masker, tapi besar kemungkinan masih ada orang yang abai. Tidak perlu emosi dan memulai perdebatan, cukup ingatkan orang tersebut dan semoga ia mau menerima saran. Tapi bila tidak, hindari saja orang-orang yang tidak peduli seperti itu, biarlah Tuhan yang akan membalasnya. Yang penting Anda harus menjaga jarak cukup jauh dan hindari berada di belakang mereka. Anda harus ada di depan atau di sampingnya. Masker Anda juga bisa menolong untuk mencegah menghirup droplets dari orang lain yang berolahraga di dekat Anda.
Berolahraga Tanpa Masker
Bila Anda tetap tidak ingin menggunakan masker ketika berolahraga, maka lokasi atau waktu olahraganya yang harus Anda pilih. Seperti yang sudah disinggung di atas, hanya bisa bila Anda berolahraga di tempat pribadi seperti di dalam rumah atau masih di dalam pekarangan rumah Anda. Bila dilakukan di ruang publik, pilihlah waktu yang tidak ada orang lain seperti waktu setelah subuh atau malam hari. Maka Anda bisa jogging di taman umum tanpa menggunakan masker pada waktu-waktu tersebut. Itupun Anda harus tetap mengantungi masker, yang tetap harus Anda gunakan, bila ternyata ada orang lain di sana yang mungkin memiliki pemikiran yang sama dengan Anda.
Kapan Melepas dan Mengganti Masker
Seiring dengan meningkatnya intensitas dan ritme gerakan olahraga, bila dilakukan dengan menggunakan masker, sudah pasti pada suatu titik terasa sangat sulit dan Anda harus membuka masker agar bisa bernafas dengan baik. Karenanya jagalah intensitas dan ritme pada level yang masih bisa dilakukan dengan menggunakan masker. Tapi masker tetap harus dibuka bila Anda mengalami hal-hal seperti kesulitan bernafas, pusing, nyeri dada, dan berkunang-kunang. Carilah tempat yang lengang dan tidak banyak orang, cobalah tetap tenang, duduk dengan meluruskan kaki, dan lepas masker Anda. Bila masker Anda menjadi terlalu lembab dan basah dengan keringat, maka juga merupakan tanda harus diganti. Jadi bawalah selalu masker cadangan ketika Anda berolahraga.
Memilih Masker untuk Olahraga
Masker yang digunakan adalah masker medis atau masker olahraga yang dibuat khusus. Jangan menggunakan masker kain, masker scuba, atau balaclava karena tidak efektif menahan droplets. Tapi juga jangan menggunakan respirator N95, karena tidak dibutuhkan dan dapat membuat lebih sulit bernafas. Pilihlah ukuran dan bentuk masker yang terpasang pas di muka Anda, menutupi dari batang hidung sampai ke dagu tanpa ada celah pada sisinya. Juga pilih masker yang menggunakan kawat pada bagian hidung agar bisa diatur sesuai bentuk hidung Anda. Masker medis tidak perlu yang tebal, tidak perlu juga untuk di-double. Tapi pilihlah produsen yang memang melakukan uji untuk efektifitasnya menyaring droplets. Anda bisa dapatkan informasi ini pada website produsennya.
Menonton Pertandingan Olahraga
Bila Anda ingin menonton pertandingan olahraga, pastikan memang diizinkan oleh pihak yang berwenang. Gunakan aplikasi Peduli Lindungi untuk memastikan di wilayah itu benar dalam keadaan rendah kasusnya. Di tempat pertandingan, Anda tetap harus mematuhi protokol kesehatan, dan jangan lupa untuk senantiasa menggunakan masker medis yang baik, rajin mencuci tangan, dan menjaga jarak dengan orang yang tidak serumah dengan Anda.
©IKM 2021-09