Vaksin COVID-19 (C19) sudah mulai disuntikkan kepada tenaga medis sejak pertengahan Januari 2021. Terlepas dari maraknya penolakan dan isu miring serta hoax yang beredar terhadap vaksin tersebut, vaksinasi tetap berjalan untuk mereka yang memang bersedia menerima vaksinasi. Mereka yang menerima tersebut adalah yang ingin hidupnya terlepas dari pandemi berkepanjangan agar angka pertambahan korban dan kematian dapat ditekan. Nanti pada gilirannya semua warga negara Indonesia akan mendapatkan vaksinasi. Lalu apakah yang harus kita ketahui dan lakukan sambil menunggu vaksinasi bisa tersebar rata, serta apa yang akan terjadi setelah vaksinasi tersebut? Akankah hidup kita kembali normal seperti dulu sebelum pandemi COVID-19?
- Dalam sebuah pandemi keberadaan vaksin tidak bisa secara cepat mengeluarkan kita dari pandemi tersebut. Tidak seperti membalikkan telapak tangan.
- Angka pertambahan kasus baru dan angka kematian karena C19 akan menurun, tapi tidak akan hilang sama sekali.
- Gaya hidup “new normal” bukan berarti berubah kembali menjadi “old normal” seperti dulu, karena masih akan tetap kita jalani, mungkin untuk selamanya.
- Perkembangan penelitian vaksin akan terus dijalankan untuk berpuluh tahun ke depan dengan tujuan mendapat-kan vaksin yang lebih baik.
Sebuah pandemi seperti C19 ini bisa berakhir bila sudah terbentuk kekebalan komunitas atau herd immunity. Yaitu bila 70% manusia pada komunitas tersebut sudah memiliki kekebalan terhadap virus penyebab penyakitnya. Kekebalan komunitas tersebut dapat diperoleh dengan 2 skenario:
- Dibiarkan virusnya menyebar. Yang tidak kuat akan meninggal dan dianggap sebagai pahlawan. Sementara yang kuat akan bertahan hidup dan menjadi kebal, sampai persentase mereka mencapai 70% dari total populasi. Dengan tiga kondisi yang harus dipenuhi seperti kekebalan terbentuk dari semua jenis mutasi virusnya, kekebalan bertahan lama agar melindungi dari paparan selanjutnya, serta mereka yang kebal tidak menularkan virusnya kepada yang belum kebal. Tiga kondisi yang amat sulit sekali terpenuhi pada pandemi C19. Baca di artikel sebelumnya.
- Melalui vaksinasi. Sehingga tidak perlu ada yang sampai sakit/meninggal, sampai persentase mereka yang terbentuk kekebalannya dari vaksinasi mencapai 70% dari total populasi. Suatu kondisi yang lebih mungkin untuk kita capai.
Konsep Dasar Kekebalan Karena Vaksin
Konsep dasar kekebalan yang diberikan oleh vaksin juga ada dua. Yang pertama memberikan kekebalan pada orang yang divaksin dan kedua pada komunitas seperti dijelaskan di atas:
- Pada orang yang divaksin, Vaksin akan melindungi dirinya sebelum ia terinfeksi penyakit dengan cara melatih sistem imunitasnya untuk mengenali dan menyerang si virus. Yang menentukan keberhasilannya adalah angka uji klinis untuk imunogenisitas dari sebuah vaksin. Misalnya pada vaksin CoronaVac dari Sinovac, imunogenisitasnya >99%. Artinya hampir pasti orang yang divaksin mendapatkan kekebalan.
- Pada komunitas. Vaksin akan melindungi komunitas dengan cara mengurangi kemungkinan penyebaran penyakit antara orang yang satu ke orang yang lain, karena banyak di antara mereka sudah mendapatkan vaksin. Yang menentukan keberhasilannya adalah angka uji klinis untuk efikasi dari sebuah vaksin. Misalnya pada vaksin CoronaVac, efikasinya 65,3%. Artinya dapat mencegah penyebaran virus sampai dengan 65,3%. Angka efikasi ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baca dalam artikel sebelumnya.
Kekebalan Komunitas dari Vaksin
Seperti yang diuraikan di atas, kekebalan komunitas atau herd immunity dari vaksin tersebut di Indonesia baru bisa terbentuk bila 189 juta orang Indonesia telah tercipta kekebalan di tubuhnya terhadap SARS-CoV-2, penyebab C19 ini. Yaitu 70% dari 270 juta penduduk Indonesia. Sementara kita tahu bahwa untuk tahap awal dari vaksinasi masal ini hanya kelompok umur 18-59 tahun yang bisa mendapatkan vaksin. Di mana jumlahnya sekitar 181 juta orang saja. Dari 181 juta orang, tidak semuanya pula boleh menerima vaksin, karena mereka yang memiliki penyakit comorbid dan kondisi medis lainnya, belum bisa divaksinasi. Katakan angkanya sekitar 10%. Berarti jumlahnya turun hingga sekitar 163 jutaan saja.
Itu pun ada kecendrungan hanya sekitar 64,8% saja yang mengatakan bersedia divaksin. 27,6% masih ragu, sementara 7,6% mengatakan tidak mau. Seandainya saja yang ragu, sete-ngahnya akhirnya bisa diyakinkan, maka total persentase yang dapat menerima vaksin = 64,8% + (27,6% dibagi 2) = 78,6%. Bila dikalikan dengan 163 juta x 78,6% = 128.118.000 orang. Angka ini hanya 47,5% saja dari total penduduk Indonesia. Itu pun mereka harus disiplin untuk menjaga diri agar tidak terpapar virusnya sampai kekebalan terbentuk, yaitu paling cepat 2 minggu dari suntikan kedua. Katakanlah seluruhnya mendapat-kan kekebalan, tetap saja angka 47,5% itu sangat jauh dari 70% syarat minimal untuk terciptanya kekebalan komunitas.
Yang Akan Terjadi Bila Belum 70%
47,5% bukan angkanya yang kecil, jadi tetap lebih baik dari pada tidak sama sekali. Tapi bila mengacu pada kekebalan komunitas, berikut yang akan terjadi bila belum mencapai 70%:
- Laju penyebaran COVID-19 akan menurun, membuat angka pertambahan kasus baru juga akan menurun. Tapi bukan berarti akan hilang sama sekali. Masih akan ditemukan kasus-kasus COVID-19 baru. Mereka adalah yang tidak mau divaksin atau belum boleh menerima vaksinasi.
- Angka kematian karena COVID-19 juga akan menurun, tapi juga belum akan hilang sama sekali. Masih akan kita dengar banyak orang yang meninggal karena COVID-19, yang sudah pasti adalah mereka yang tidak mau divaksin atau karena kondisinya belum boleh menerima vaksinasi.
- Dengan berkurangnya pertambahan kasus baru dan kematian, maka pusat-pusat pelayanan kesehatan bisa sedikit menarik nafas lega, walaupun hari-hari masih akan dipenuhi oleh pasien COVID-19.
- Jumlah pengangguran baru mulai berkurang, walaupun untuk mencari pekerjaan baru masih relatif sulit.
- Aktivitas yang berpotensi mengundang kerumunan masih akan dibatasi.
- Pembatasan orang untuk bepergian ke luar negeri dan datang dari luar negeri juga masih akan terus diberlakukan, walaupun sudah mulai menjadi lebih ringan.
- Cara kita bepergian naik transportasi umum baik itu udara, laut dan darat, juga akan masih diatur ketat.
- Cara kita bekerja dan anak-anak sekolah juga akan belum kembali seperti dulu lagi. Mungkin sebagian sudah bisa tatap muka yang diselingi dengan pertemuan virtual. Tapi mungkin juga pada daerah yang berzona merah masih akan tetap meneruskan dengan cara virtual.
- Kebiasaan menjaga kesehatan 3M atau bahkan 5M akan tetap senantiasa harus dilakukan. Kita belum bisa melepas masker seperti dulu, kita tetap harus rajin mencuci tangan, kita harus tetap menjaga jarak, menghindari kerumunan, serta mengurangi mobilitas kita.
Jadi Apa Gunanya Vaksinasi
Kalau memang berharap vaksinasi bisa membuat kita secara instan keluar dari pandemi ini, pasti Anda akan kecewa. Karena untuk bisa keluar dari sebuah pandemi akan memakan waktu bertahun-tahun, walaupun dengan keberhasilan vaksinasi yang tinggi. Apa lagi dengan skenario banyak yang tidak mau dan belum bisa divaksinasi seperti yang diuraikan di atas. Maka akhir dari pandemi C19 akan semakin bertambah jauh saja. Tapi dengan vaksinasi, setidaknya orang yang divaksin hampir pasti akan membentuk kekebalan di tubuhnya terhadap SARS-CoV-2, dan untuk vaksin CoronaVac dari Sinovac ini angkanya >99%. Kita harapkan yang tidak divaksin mendapatkan benteng pertahanan dari orang yang sudah di vaksin di sekitar mereka. Walaupun benteng itu belum cukup kuat, setidaknya jumlah orang yang tidak divaksin terpapar C19 dan yang meninggal akan berkurang dari sebelumnya.
Pentingnya Anda Divaksin
Bagi Anda yang bisa divaksin, artinya tidak memiliki comorbid atau kondisi medis lain yang membuat Anda tidak boleh menerima vaksinasi; seharusnya mau untuk divaksin. Karena Anda akan menjadi benteng pertahanan bagi orang-orang terdekat Anda seperti anak-anak dan orang tua yang saat ini belum bisa divaksin. Begitu pula bila Anda seorang pengajar, Anda seharusnya mau divaksin, agar Anda menjadi benteng pertahanan bagi anak-anak didik Anda yang belum bisa divaksin. Bila Anda seorang dokter dan tenaga medis, bila Anda seorang pelayan publik, atau bila Anda seorang yang berprofesi banyak berinteraksi dengan orang lain; Anda seharusnya mau divaksin. Agar Anda menjadi benteng pertahanan bagi anak-anak dan orang tua yang anda temui karena mereka belum bisa divaksin.
Yang Masih Belum Diketahui
Memang sudah kita ketahui dari misalnya vaksin CoronaVac, memiliki imunogenisitas >99% dengan efikasi untuk pola habit atau kebiasaan masyarakat Indonesia sebesar 65,3%. Tapi masih cukup banyak yang belum kita ketahui dan pastikan sbb.:
- Vaksin memang dapat mencegah seorang yang sudah divaksin agar tidak sakit, tapi kita tetap harus mencari tahu apakah dapat melindunginya agar tidak terinfeksi ulang dan agar tidak menularkannya ke orang lain.
- Berapa lama kekebalan tersebut dapat bertahan. apakah bisa seumur hidup seperti vaksin campak, atau harus diulang setiap tahun seperti vaksin influenza.
- Haruskah kita divaksin dengan jenis vaksin yang berbeda untuk menciptakan kekebalan sempurna, atau cukup satu jenis vaksin saja.
Kehidupan Memang Akan Berubah
Tidak berbeda seperti masa pra dan pasca tragedi 911 di AS. Di mana sekarang ketika kita bepergian menjadi berbeda dengan sebelumnya. Sekarang di Bandara penuh dengan protokol pemeriksaan keamanan super ketat. Maka begitu pulalah nanti kehidupan kita setelah vaksinasi. Akan tetap ada protokol kesehatan yang ketat pada setiap kegiatan yang kita jalankan. Singkat kata, “tidak akan ada lagi hidup normal seperti dulu”, karena kita harus beradaptasi dengan perubahan tersebut. Misalnya sebelum pandemi, kalau Anda masuk ke bank dengan masker terpasang, staf keamanan akan memandang curiga dan meminta Anda melepas maskernya. Kini bila Anda tidak memakai masker, staf keamanan justru akan mengusir Anda.
Anda akan melihat masker akan menjadi bagian dari fashion. Bersalaman tangan akan menjadi sekedar catatan sejarah. Tempat cuci tangan akan tetap ada di setiap tempat keramaian. Sekat transparan pemisah di kasir dan di receptionist juga akan tetap terpasang. Jumlah orang di restoran dan ruangan pertemuan tetap akan dibatasi. Rapat di kantor juga tetap banyak yang masih dilakukan secara virtual, bahkan sekolah pun akan bertambah banyak yang tidak mengharuskan siswanya tatap muka. Orang di dunia nanti akan ter-label menjadi 2 jenis yaitu mereka yang mendapatkan vaksinasi dengan yang tidak. Label “sudah mendapatkan vaksinasi” tersebut akan menjadi “passport” dan “surat izin” jenis baru bagi seseorang untuk dapat diterima bekerja, mengurus visa, bepergian, dan berbagai aktivitas lainnya yang dulu pernah bebas kita lakukan.
Sabar dan Gigih – Sebuah Penutup
Dalam menjalani kehidupan kita selama masa vaksinasi 7,8 milyar umat manusia di dunia yang akan memakan waktu setidaknya 3,5 tahun, dan nantinya setelah terbentuk kekebalan di seluruh dunia di mana 70% dari setiap populasi sudah tercipta kekebalannya, serta mungkin bila vaksin C19 ini harus diulang setiap tahun agar pandemi tidak terjadi lagi; maka kuncinya ada di dua kata yaitu sabar dan gigih (persistent). Sabar dan gigih menjalani kehidupan dengan disiplin 5M, jangan mengendurkan semangat dalam menjalani dan mengajak orang lain ikut serta. Kita memang sudah mulai berlari meninggalkan pandemi, tapi garis finish masih sangat jauh sekali. Mungkin pandemi ini bukan akan menjadi yang terakhir karena para ahli memprediksi masa depan umat manusia akan sering dihadapkan dengan pandemi seperti ini. Semoga kita senantiasa diberikan semangat dan kekuatan untuk terus tetap berlari menuju garis finish tersebut.
©IKM 2021-01