Kerusakan ginjal setahun terakhir angkanya meningkat karena tingginya penderita COVID-19 (C19) yang mengalami kerusakan ginjal. Padahal sebelum terkena C19, ginjal mereka dalam keadaan sehat. Hal ini merupakan masalah yang cukup serius, terutama terjadi pada kasus C19 yang berat. Ribuan orang yang terkena kasus C19 yang berat beresiko untuk mengalami kerusakan ginjal, bahkan setelah virus dan penyakitnya sudah hilang dari tubuh penderita. Demikian pula halnya pada seseorang yang sebelumnya sudah memiliki penyakit ginjal atau faktor resiko terkena penyakit ginjal. Bila ia terkena C19, maka akan beresiko besar pula untuk menderita kerusakan ginjal.
- Kerusakan ginjal akut merupakan komplikasi yang semakin sering terjadi pada penderita C19 yang berat.
- Kepala bagian nefrologi di Montefiore Medical Center di Bronx, New York, Dr. Michale J. Ross sampai berani mengatakan angkanya bisa mendekati 50%.
- Karena 20-30% penderita C19 yang dirawat di ICU di sana membutuhkan dialisis untuk bertahan hidup.
- Prognosis akan tambah buruk bila penderita seorang yang obesitas, menderita kencing manis atau hipertensi.
Ginjal kita berfungsi untuk menyaring darah dari toksin dan hasil metabolisme juga dari elektrolit di dalam darah yang didapat dari makanan dan minuman atau sisa dari penguraian jaringan. Selain itu ginjal juga berfungsi sebagai regulator asam basa, regulator cairan dalam darah, dan berperan dalam metabolisme hormonal. Bila ginjal tidak berfungsi, maka seluruh tugas tersebut menjadi terganggu. Toksin akan menumpuk di dalam darah, terjadi ketidakseimbangan elektrolit, asam basa dan cairan; yang dapat membuat jantung bisa berhenti bekerja. Kerusakan ginjal juga menyebabkan kerja sistem hormon di dalam tubuh menjadi terganggu. Penderita C19 yang berat sangat beresiko untuk mengalami kondisi di mana ginjal tidak berfungsi sama sekali.
Patogenesis COVID-19 Merusak Ginjal
Sampai akhir Maret 2021 ini, cara bagaimana C19 bisa merusak ginjal belum sepenuhnya dimengerti. Tapi ada beberapa kemungkinan yang menjadi teori itu bisa terjadi yang disepakati para ahli, sbb.:
- Virus SARS-CoV-2 langsung menginfeksi ginjal.
- Tingginya konsentrasi sel-sel radang di dalam tubuh membuat kerja ginjal berat, hingga terjadi kerusakan.
- Terjadi microinflammation pada jaringan ginjal.
- Suplai oksigen ke ginjal yang kurang akibat paru-paru sedang terganggu fungsinya.
- Terjadi acute tubular necrosis atau kematian jaringan tubular di ginjal, yang bisa juga karena kekurangan oksigen.
- Pembuluh darah kapiler di ginjal tersumbat oleh bekuan-bekuan darah yang sering terjadi pada penderita C19.
- Terjadi peningkatan penguraian jaringan sehingga terjadi peningkatan toksin dalam darah, memperberat kerja ginjal.
COVID-19 dan Hyperkalemia
Hyperkalemia adalah kondisi yang ditandai oleh tingginya konsentrasi kalium (K) di dalam darah yang memerlukan tindakan koreksi segera karena merupakan kondisi yang dapat mengancam jiwa. Dalam kondisi normal tubuh memerlukan kalium namun akan membuang kelebihannya terutama melalui ginjal, sehingga bila ginjal rusak bisa terjadi hyperkalemia Karena C19 merusak ginjal, maka kejadian hyperkalemia ini sangat umum terjadi pada penderitanya. Dan sebaliknya orang yang sudah mengidap hyperkalemia sangat beresiko bila terkena C19, karena akan tambah memperburuk kondisinya. Mereka adalah yang memang sudah memiliki penyakit ginjal, gagal jantung, dan kencing manis.
COVID-19 dan PGK
Penyakit ginjal kronis (PGK) yang dalam bahasa Inggrisnya CKD (chronic kidney disease), adalah suatu kondisi di mana ginjal seiring waktu menderita kerusakan yang progresif dan irreversible atau tidak dapat membaik kembali. PGK bisa terjadi pada penderita yang perjalanan penyakitnya tidak terkendali dan tidak ditangani, yaitu penderita kencing manis, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bila ginjal rusak, maka akan terjadi penumpukan zat sisa metabolisme yang merupakan racun di tubuh sehingga dapat merusak organ-organ lainnya. Juga dapat pula mencetus penyakit seperti anemia[IKM1] , bahkan stroke.
Sebenarnya ginjal masih bisa berfungsi baik bila hanya menderita sedikit kerusakan. Dan tidak seluruh penderita PGK akan berakhir mengalami gagal ginjal. Menurut CDC (central of disease control and prevention) di AS, diperkirakan ada 37 juta orang dewasa di sana yang menderita PGK tapi tidak mengetahuinya. Baru ketika fungsi ginjal tersebut sudah <15%, pemiliknya sudah masuk ke dalam status penderita gagal ginjal. Yang bersangkutan akan membutuhkan tindakan cuci darah (dialysis) rutin atau transplantasi ginjal. Bila penderita PGK tersebut harus terpapar C19 maka kemungkinan besar harus dirawat di RS. Dan bila penyakitnya menjadi berat, maka yang bersangkutan akan sangat beresiko untuk menderita kematian.
Kombinasi Maut
Dari uraian di atas sangat jelas bahwa kombinasi antara C19 dan kerusakan ginjal merupakan kombinasi maut pengancam nyawa. Penelitian sudah menyimpulkan bahwa acute kidney injury (AKI) atau kerusakan ginjal akut angkanya sampai 40% terjadi pada penderita C19 yang dirawat di RS. Dan kematian C19 pada pasien yang rutin melakukan cuci darah (dialisis) karena kerusakan ginjal mencapai angka 79%. Kerusakan ginjal bila sampai menyebabkan hyperkalemia di dalam darah pada level 5 mmol/L atau lebih tinggi juga menjadi penyebab kematian 50% dari penderita C19.
Baca artikel lainnya di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
Karena hal-hal yang dijelaskan di atas, maka penanganan penderita C19 yang mengalami kerusakan ginjal menjadi harus mendapatkan perhatian khusus, baik didapatkan sebelum terkena C19 maupun yang terjadi karena infeksi C19-nya. Penanganannya akan sangat tergantung dengan kondisi dan keparahan gejala yang diderita, faktor resiko tambahan apa yang dimiliki penderita, serta organ apa saja yang sudah terpengaruh. Selain obat-obatan untuk mengatasi penyakitnya, dokter juga akan memberikan terapi suportif, seperti sbb.:
- Pemberian oksigen, bila perlu melalui alat ventilator.
- Mengontrol infeksi dengan antiviral.
- Memberikan kortikosteroid untuk menekan proses peradangan.
- Memberikan obat pengencer darah mencegah pembekuan.
- Terapi plasma konvalesen
- Melakukan dialysis atau cuci darah, bila diperlukan.
Mengelola PGK di Masa Pandemi COVID-19
Penyakit ginjal kronis harus dikelola dengan sangat baik di masa pandemi C19 ini baik oleh dokter, dan yang terpenting oleh penderitanya sendiri. Karena bagi penderitanya keberhasilan mengelola penyakit ini bisa menjadi perbedaan antara hidup dan mati. Kerusakan ginjal akut pada penderita C19 yang sebelumnya tidak memiliki penyakit ginjal, masih diharapkan bersifat reversible atau bisa sembuh lagi. Tapi bagi penderita PGK yang terkena C19, ceritanya bisa menjadi sangat berbeda. Karena pada penderita PGK, C19 bisa secara cepat memperburuk kondisi di ginjal. Penderita PGK 11 kali lebih besar kemungkinannya harus dirawat di RS bila terkena C19, dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki penyakit ginjal.
Resiko Terpapar C19 pada Penderita Penyakit Ginjal
Berita bagusnya, resiko seorang penderita penyakit ginjal untuk terpapar C19 tidak berbeda dengan orang lainnya. Bukan berarti kalau memiliki penyakit ginjal seseorang menjadi lebih beresiko terpapar C19, karena C19 tertular melalui droplets yang terhirup di udara. Namun karena kombinasi antara penyakit ginjal dan C19 merupakan kombinasi maut seperti yang diuraikan di atas, maka menjaga diri dengan 5M menjadi sangat penting bagi penderita penyakit ginjal. 5M tersebut yaitu:
- Memakai masker bila keluar rumah
- Mencuci tangan secara rutin
- Menjaga jarak dengan orang lain
- Menghindari kerumunan di manapun berada
- Menunda rencana-rencana bepergian yang tidak perlu.
Tips Untuk Penderita Penyakit Ginjal
Selain menjaga 5M seperti juga orang yang tidak memiliki penyakit ginjal, seorang penderita penyakit ginjal bisa melakukan hal-hal ekstra agar membuat dirinya menjadi lebih kuat di masa pandemi C19 ini, sbb.:
- Konsumsilah makanan dan minuman yang aman untuk ginjal (kidney-friendly food).
- Memastikan semua obat-obatan yang rutin dikonsumsi tercukupi stoknya. Komunikasikan dengan dokter Anda.
- Bila Anda termasuk penderita yang rutin mengkonsumsi kortikosteroid karena penyakit ginjal Anda, diskusikan pada dokter Anda untuk menguranginya selama pandemi.
- Rutinlah melakukan dialysis atau cuci darah sesuai jadwal yang sudah ditetapkan dokter, jangan melewatinya.
- Lalukan tindakan pencegahan infeksi lebih ketat dari sebelumnya ketika berada di RS atau klinik cuci darah.
Tips Untuk Penderita Penyakit Faktor Resiko
Bukan hanya penderita penyakit ginjal saja yang harus lebih menjaga diri selama pandemi ini. Mereka yang memiliki faktor resiko untuk terjadinya kerusakan ginjal bila terpapar C19, juga harus waspada. Mereka adalah yang memiliki penyakit kencing manis, tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan pembuluh darah (cardiovascular) lainnya, serta obesitas. Berikut tips yang dapat dilakukan:
- Harus tetap rutin kontrol ke dokter dan meminum obat yang biasa diberikan dokter. Lebih baik bila konsultasi dengan dokter bisa dilakukan secara daring (online). Diskusikan dengan dokter Anda untuk kemungkinan tersebut.
- Mengkonsumsi makanan sesuai dengan penyakitnya yaitu: diet untuk penderita kencing manis, diet untuk penderita tekanan darah tinggi, diet untuk penderita penyakit cardiovascular, dan diet menurunkan berat badan. Baca masing-masing cara diet tersebut dalam artikel lainnya.
Masa Depan Penderita Penyakit Ginjal Tekait COVID-19
Ketika ginjal tidak bisa berfungsi secara benar dan efektif, maka akan menciptakan efek domino kerusakan organ-organ tubuh lainnya. Organ tubuh yang paling beresiko untuk ikut rusak bila ginjal tidak berfungsi terutama jantung, paru-paru dan liver. Karena penelitian sudah menunjukkan bahwa PGK menjadi faktor resiko kunci penyebab kematian penderita C19, maka derajat kerusakan ginjal menjadi peran penting dalam menentukan prognosis kesembuhan penyakitnya. Bahkan tanpa adanya penyakit ginjal sebelumnya, masalah pada ginjal yang baru, bisa timbul saat seseorang terpapar C19. Hal ini sering terjadi pada penderita C19 yang berat. Sementara pada penderita C19 yang ringan, sudah tentu resikonya pun mengecil, walaupun tetap lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak terpapar C19 sama sekali.
Vaksinasi bagi Penderita Penyakit Ginjal
Secara teori, orang yang beresiko tinggi menjadi parah bila terpapar suatu penyakit, justru menjadi kandidat kuat sebagai penerima vaksin dari penyakit tersebut. Begitu juga dengan penderita gagal ginjal, seharusnya mendapatkan vaksin C19. Tapi karena semua tindakan atau terapi di dunia kedokteran itu harus berdasarkan bukti ilmiah, maka sampai akhir Maret 2021 ini pemberian vaksin C19 masih belum memungkinkan untuk para penderita gagal ginjal. Bila nanti penelitiannya sudah selesai dan terbukti aman dan efektif, maka vaksin C19 yang berkemungkinan besar dapat diberikan kepada penderita gagal ginjal adalah jenis vaksin genetik (mRNA vaccine), karena tidak mengandung fisik dari virusnya sehingga lebih aman. Pada orang yang tidak mengalami gagal ginjal, vaksin jenis apa pun aman dan efektif bagi mereka, sesuai hasil penelitiannya.
Penutup
Lebih baik mencegah dari pada mengobati. Hal ini sangat berlaku juga untuk kesehatan ginjal kita, terlebih lagi di masa pandemi C19 seperti sekarang ini. Jagalah ginjal Anda dengan mencukupkan hidrasi dan menghindari mengkonsumsi makanan dan minuman yang tidak sehat untuk ginjal. Baca dalam artikel lainnya mengenai hal ini di blog saya.
©IKM 2021-03