Sampai mendekati akhir Agustus 2021, masih belum bisa kita lihat ujung dari pandemi COVID-19 (C19) ini. Banyak di antara kita yang sejak lebih dari 1 tahun yang lalu mengucapkan “sampai jumpa lagi” kepada teman, saudara dan kerabat baik yang di tanah air apa lagi di luar negeri, tapi tidak tahu kapan waktu bisa berjumpa lagi tersebut. Vaksinasi sebagai usaha utama untuk mengakhirinya juga baru bisa diprediksi memberikan hasil antara 1 sampai beberapa tahun ke depan. Sekarang, jutaan orang di dunia mendapatkan vaksinasi C19 setiap hari. Rekomendasi dari WHO dan persatuan ahli medis di Indonesia tentang siapa yang bisa mendapatkan vaksinasi juga terus berkembang dan berubah seiring dengan tambah dimengertinya penyakit ini oleh dunia kedokteran. Wajar saja segala ketidakpastian tersebut bisa mencetus rasa takut di diri kita, namun kita juga tahu bahwa kita harus merdeka dari rasa takut saat menjalani keseharian kita di masa pandemi ini.
- Khawatir kehilangan lagi orang atau kerabat karena C19.
- Khawatir terhadap ekspektasi saat nanti bertemu orang yang sudah lama tidak bertemu.
- Khawatir masalah-masalah terkait pendidikan, pekerjaan, dan masalah keuangan.
- Khawatir terhadap yang akan terjadi di masa depan setelah pandemi C19 ini berakhir.
- Khawatir terhadap terjadinya penyakit dan pandemi serupa di masa yang akan datang.
Pandemi C19 memang membolak-balikkan hidup kita. Untuk sebagian orang bahkan sampai bisa mencetus trauma. Ada satu penelitian di China yang memberikan hasil 13% partisipan berusia 14-35 tahun menunjukkan PTSD (post traumatic stress disorder) bahkan baru 1 bulan saat dimulainya pandemi. Kemudian ada satu penelitian di Italia melaporkan bahwa trauma berasal dari rasa takut terkena infeksi, keharusan melakukan physical distancing, disebabkan oleh masalah ekonomi, dan kehilangan orang terkasih karena C19. Bukan hanya petugas di garda depan dan tenaga medis yang menyaksikan secara langsung pasien dan korban C19 saja yang dapat mengalami trauma, karena semua orang yang menyaksikannya di media dan memiliki kerabat yang sakit dan meninggal karena C19 berpotensi menderita trauma.
Walaupun nantinya tempat-tempat di ruang publik seperti taman, restoran, bioskop, dll. yang saat ini dikatakan tidak aman, pada saatnya nanti setelah kekebalan kelompok sudah mulai terbentuk karena keberhasilan vaksinasi; akan bisa kembali kita kunjungi dan berkumpul bersama teman dan kerabat di sana. Tapi tetap saja rasanya tidak akan pernah kembali sama. Tetap saja kita merasa bahwa itu “tidak atau masih kurang aman”. Itulah bentuk kecil dari rasa trauma yang kemungkinan besar dialami oleh orang di seluruh dunia. Rasa takut terhadap pandemi ini merupakan hal normal dan milik semua orang. Fikiran mengenai C19, sampai kapan pun akan tetap mewarnai hidup semua orang di dunia.
Social Anxiety Disorder
Sebagian orang di dunia malah bisa sampai menderita gangguan jiwa yang disebut sebagai social anxiety disorder (SAD). Yaitu orang yang bahkan bila berkumpul bersama teman dan kerabat sudah dianggap aman, tapi yang bersangkutan tetap merasa takut dan khawatir. Hal ini bisa dijelaskan secara hormonal, yaitu disebabkan oleh tingginya level hormon stres cortisol di dalam tubuh akibat rasa takut dan cemas yang berkepanjangan. Kadar SAD yang dialami akan berbeda pada setiap penderita. Dari yang ringan dan dapat diatasi dengan perlahan mencoba untuk bertemu orang banyak, sampai yang berat sehingga harus mendapatkan pengobatan. Gangguan jiwa karena pandemi C19 dan ringan atau beratnya gangguan tersebut sangat tergantung dari faktor predisposisi yang dialami seseorang, serta trauma apa yang pernah dan harus dia alami sepanjang pandemi ini.
Kapan Mencari Pertolongan Medis
Apa pun jenis kelaian jiwa, ringan atau berat, terjadi PTSD atau tidak; tetap saja hal tersebut harus mendapatkan perhatian dan harus ditangani. Dan seperti semua jenis kelainan jiwa, semakin cepat hal tersebut terdeteksi dan semakin cepat tertangani, makan akan semakin baik prognosis serta kesembuhannya. Jadi kita harus tahu tanda atau gejalanya, karena terkadang penderita tidak menyadari sampai semuanya sudah berlangsung cukup lama. Tanda yang paling sederhana adalah bila kecemasan dan kegelisahan yang ada sudah sampai mengganggu keseharian seseorang untuk berfungsi normal baik untuk dirinya mau pun di lingkungannya; maka itulah tandanya kecemasan dan kegelisahan tersebut sudah harus ditangani, dan sudah harus mendapatkan pertolongan medis.
Baca artikel lain di Blog Dr. Indra K. Muhtadi
Kita memang harus bisa merdeka dari rasa takut, tapi tetap tidak boleh menurunkan apa lagi menghilangkan kewaspadaan. Anda harus mengerti batasan toleransi-toleransi dari setiap resiko dalam menjalani aktivitas keseharian, bahkan bila Anda sudah mendapatkan vaksinasi. Kuncinya ada tiga yaitu:
1. Mengerti faktor resiko di diri Anda
Bukan hanya resiko seperti penyakit dan kondisi comorbid, karena hal itu sudah jelas. Tapi juga kesehatan Anda secara umum. Misal Anda baru saja begadang, kurang istirahat atau kecapean, maka Anda harus lebih waspada untuk berada di tempat keramaian dan di ruang publik.
2. Tinggi rendahnya kasus di area di mana Anda berada
Carilah informasi sebaik-baiknya tempat atau daerah yang akan Anda kunjungi terkait kasus C19 di sana. Bila rendah, maka resiko juga akan rendah, tapi bila tinggi mungkin sebaiknya menunda untuk datang ke tempat tersebut.
3. Tanggung jawab terhadap orang lain
Tidak semua orang mendapatkan vaksinasi. Seperti orang yang sangat sakit, penyakit autoimmune, atau bahkan anak kecil di bawah 12 tahun yang sampai saat akhir Agustus 2021 ini belum boleh divaksin. Maka bila mereka adalah orang yang akan Anda temui, Anda harus tetap menjaga protokol kesehatan, bahkan ketika Anda sudah divaksin, karena Anda bisa saja seorang OTG.
Apa yang Harus Dipertimbangkan saat Beraktivitas
Setiap aktivitas yang Anda lakukan pertimbangkan toleransi resiko dan kemungkinan adanya penularan penyakit C19. Perlu diingat bahwa yang dibahas di sini adalah dalam kondisi Anda sudah mendapatkan vaksinasi C19.
- Makan di restoran. Bila Anda tidak memiliki masalah medis dan merupakan orang beresiko rendah, maka makan di restoran relatif aman untuk dilakukan. Untuk yang beresiko tinggi pilihlah restoran di tempat terbuka atau outdoor.
- Berkumpul di tempat tertutup, seperti rapat, pesta pernikahan kecil, dll. Bila memang semua yang hadir sudah divaksin hal tersebut juga aman dilakukan, selama yang merasa sakit tidak ikut berkumpul. Karena bila belum semua divaksin atau ada yang sakit, berkumpulnya lebih baik dalam bentuk online saja.
- Pergi ke bioskop atau konser indoor. Selama varian dari SARS-CoV-2 masih “berkeliaran liar”, hal ini sebaiknya bisa dihindari dulu. Karena resiko terjadinya paparan masih sangat besar. Tapi bila aktivitasnya adalah dibuat sedemikian rupa di antara orang yang Anda kenal, mungkin bisa lebih aman.
- Berolahraga outdoor. Pilihlah olahraga yang dilakukan di tempat terbuka (outdoor) karena sudah pasti lebih aman. Pertimbangkan untuk tetap memakai masker bila jumlah orang yang berolahraga di tempat tersebut cukup banyak.
- Bepergian terutama naik pesawat terbang sudah dianggap aman, asal semua orang di dalam pesawat atau kendaraan lain yang digunakan sudah divaksin. Namun tatap disarankan bila menggunakan sarana transportasi umum, pastikan Anda senantiasa menggunakan masker.
Bila Masih Takut dan Khawatir
Masih khawatir? Jangan sedih, karena Anda tidak sendiri. Bahkan dari uraian di atas diakui atau tidak, sebenarnya dalam derajat yang beragam dari sangat ringan sampai sangat berat setiap orang di dunia pasti merasa khawatir terhadap C19.
- Lakukan secara bertahap. Setiap orang akan keluar dari krisis pandemi ini dengan kecepatan yang berbeda. Jadi pilihlah kecepatan Anda, tidak perlu terburu-buru. Tapi juga jangan jalan di tempat, karena dunia terus berputar dan Anda akan tertinggal bila tidak ikut melangkah.
- Secara objektif nilailah situasinya. Setiap saat merasa khawatir, kuatkan fikiran Anda dengan pernyataan positif seperti ‘saya sudah divaksin dan saya menjalankan protokol kesehatan yang dianjurkan’. Dengan ucapan penguatan tersebut, dapat mengurangi atau menghilangkan rasa khawatir yang ada.
- Komunikasikan dengan orang lain. Berbagi merupakan cara ampuh bila mengalami kekhawatiran. Jangan dipendam sendiri, karena banyak orang juga mengalami hal seperti Anda. Sampaikan kekhawatiran dan keraguan Anda agar teman dan kerabat juga tetap menjalankan protokol kesehatan saat mereka bertemu Anda.
Kapan Pandemi Berakhir?
Pertanyaan kapan pandemi berakhir, kini semakin sering kita dengar. Sebagian besar orang dan para ilmuan medis akan menjawab: bila kekebalan kelompok atau herd immunity sudah terbentuk. Tapi semuanya juga tahu bahwa saat waktu itu tiba, kita tidak serta merta langsung keluar dari kondisi pandemi, seperti semudah membalikkan telapak tangan. Karena bahkan bila saat 70% orang di suatu negara atau bahkan di dunia sudah kebal terhadap C19; cara kita menjalani hari-hari, cara kita bepergian ke luar negeri, cara kita diperiksa di bandara, cara kita berobat ke RS, bahkan cara kita ke kantor, anak-anak ke sekolah, main ke mall, ke bioskop, ke restoran, dll., tidak akan pernah seperti dulu lagi. Belum lagi tidak ada kepastian bahwa virus SARS-CoV-2 ini berhenti bermutasi dan tidak akan menimbulkan masalah kembali di masa yang akan datang.
COVID-19 akan Selalu Bersama Kita
Tidak akan pernah datang waktu di mana tidak ada sama sekali kasus C19 di dunia. Sama seperti penyakit yang pernah menjadi pandemi, seperti campak dan flu burung misalnya, kasusnya akan tetap ada, namun jumlahnya akan menjadi sedikit. Dengan rajinnya SARS-CoV-2 bermutasi, bahkan orang yang sudah divaksin pun mungkin akan tetap menderita sakit. Tapi tentunya dengan gejala yang ringan. Jadi mari kita samakan mindset kita di sini tentang skenario akhir dari pandemi ini. Kita harapkan vaksin C19 ini akan berhasil, tapi hasilnya bukan untuk menghilangkan penyakit C19 dari muka bumi. Melainkan untuk menghilangkan kematian karena C19 yang bisa dicegah, dan menghilangkan kejadian kasus berat saat seseorang tetap terpapar dan menderita sakit.
Harus Yakin Kepada Ilmu Pengetahuan
Tapi kita sudah di sini, di tengah pandemi, tidak ada cara untuk menghindar, selain harus dihadapi. Kita harus memiliki keyakinan dan kepercayaan penuh kepada ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia saat ini sebagai pemberian dari Tuhan, Allah SWT, menjadi modal kita untuk keluar dari pandemi ini, perlahan namun pasti. Karena penelitian berbasis ilmu telah membuktikan bahwa vaksin merupakan cara terbaik kita untuk dapat keluar dari pandemi; maka kita harus meyakininya. Bila kita yakin, berusaha mendapatkan vaksinasi, sambil tetap menjaga diri sedemikian rupa agar tidak terpapar infeksi C19 seperti yang diuraikan di atas; maka rasa takut itu bisa berkurang, bahkan berangsur hilang. Agar kita bisa merdeka dari rasa takut terhadap pandemi ini.
©IKM 2021-08