Pada tgl. 26 November 2021 yang lalu, WHO menetapkan varian dari SARS-CoV-2 penyebab penyakit COVID-19 (C19) dengan kode B.1.1.529 sebagai variant of concern (VoC) dan diberi nama Omicron. VoC adalah kategori untuk varian dari virus penyebab pandemi yang harus mendapatkan perhatian dunia (baca dalam artikel lain mengenai VoC). Keputusan ini diambil berdasarkan bukti yang dipresentasikan kepada TAG-VE (Technical Advisory Group on Virus Evolution) bahwa varian Omicron ini memiliki beberapa mutasi yang berkemungkinan memberikan efek virus tersebut berinteraksi dengan manusia, seperti kecepatan menular dan tingkat keparahan penyakit yang disebabkannya. Masih banyak yang belum diketahui oleh kita, namun dengan penetapan Omicron sebagai salah satu VoC, dunia harus waspada dan menanggapinya dengan serius.
Seperti yang sudah diketahui, WHO menggunakan nama abjad Yunani untuk penamaan varian SARS-CoV-2 yang mendapatkan perhatian dengan tujuan agar lebih mudah diingat dibandingkan menggunakan kode penomoran saja. Dimulai secara berurutan dari abjad pertama yaitu Alfa sampai dengan abjad terakhir yaitu Omega, walaupun tidak mengambil seluruh abjad yang ada. Sampai dengan awal Desember 2021 ini ada 5 yang dimasukkan ke dalam VoC (variant of concern) yaitu Alfa, Beta, Gamma, Delta, dan terakhir Omicron. Sebelum Omicron ada 2 yang di-label sebagai VoI (variant of interest), yaitu Lambda dan Mu. Selain VoC dan VoI ada juga varian yang diawasi namun tetap menggunakan kode penomoran, sebanyak 8 varian. Sampai dengan awal Desember 2021 ini sudah ada 23 varian dari hampir 5000 mutasi SARS-CoV-2, di mana 9 varian di antaranya sudah tidak ditemukan atau bisa dianggap punah.
Sebuah badan dibentuk saat pandemi C19 ini yang bertugas sebagai tempat berkumpulnya para ahli untuk mengeluarkan rekomendasi terkait penanganan pandemi. Badan tersebut adalah TAG-VE atau The Technical Advisory Group on SARS-CoV-2 Virus Evolution. Badan inilah yang selalu berkoordinasi dengan WHO dalam menentukan klasifikasi untuk varian B.1.1.529 sebagai VoC dan yang akhirnya diberi nama Omicron. Badan ini pulalah yang mendapatkan bahwa kasus varian B.1.1.529 ditemukan pertama kali di Afrika Selatan atas 1 sample pemeriksaan PCR yang diambil pada tgl. 9 November 2021.
Rekomendasi Untuk Pemerintah Negara
Setelah Omicron ditetapkan sebagai VoC oleh WHO, ada beberapa rekomendasi dari WHO yang harus dilakukan oleh setiap negara di dunia. Rekomendasi tsb. adalah sbb.:
- Meningkatkan pengawasan dan sequencing (pemeriksaan jenis varian virus) dari setiap kasus yang ada
- Berbagi informasi dari genome sequencing yang didapatkan menjadi database milik publik GSAID (https://nextstrain.org /ncov/gisaid/global)
- Melaporkan kasus dan cluster yang terjadi pada WHO
- Semua pemerintah harus meyakinkan semua warga negaranya tetap melaksanakan protokol kesehatan
- Menuntaskan secepat-cepatnya vaksinasi untuk seluruh warga negaranya yang bisa medapatkan vaksinasi
- Memperketat penjagaan di perbatasan dan melakukan karantina orang yang kembali dari bepergian
- Menjalankan penelitian lapangan untuk mengetahui 6 hal yang akan dijelaskan di bawah.
Rekomendasi Untuk Setiap Orang
Dalam menghadapi pandemi apa lagi saat adanya varian baru dari virus penyebab pandemi tersebut, setiap orang harus melakukan perannya ikut bertanggung jawab agar penularan dan penyebaran virus dapat dihambat. Tidak cukup bila hanya regulasi saja yang dibuat oleh pemerintah negara setempat, karena seluruh orang di wilayah negara tersebut harus melakukan protokol kesehatan 6M dan 1V. Memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, mengurangi mobilitas, dan mau untuk mendapatkan vaksinasi. Ada satu hal lagi rekomendasi WHO untuk setiap orang yaitu untuk tidak termakan hoax, apa lagi sampai harus menyebarkannya. Saringlah setiap informasi yang didapat sebelum di-sharing. Karena informasi salah dan menyesatkan malah akan lebih berbahaya dari pada pandemi itu sendiri.
Yang Harus Diketahui Mengenai Omicron
Varian Omicron dengan kode B.1.1.529 ini pertama ditemukan kasusnya di Afrika Selatan. Saat ini ilmuan di Afrika Selatan dan seluruh dunia melakukan berbagai penelitian dan uji agar lebih mengenal varian baru dari SARS-CoV-2 ini, sbb.:
- Transmissibility atau tingkat penularan yang masih harus ditentukan, apakah lebih mudah menular antar manusia dibandingkan varian sebelumnya. Tapi para ahli curiga memang lebih mudah menular karena memiliki spike protein yang sangat berbeda dengan pendahulunya.
- Severity of disease atau keparahan penyakit yang akan disebabkannya yang juga masih diteliti. Namun para ahli juga memperkirakan akan lebih bahaya dari sebelumnya. Belum ada informasi Omicron akan menyebabkan gejala yang berbeda. Namun yang pasti mereka yang tidak divaksin dan/atau punya comorbid menunjukkan gejala lebih berat.
- Efektivitas proteksi dari infeksi SARS-CoV-2 sebelumnya. Diduga oleh peneliti bahwa mereka yang pernah terinfeksi oleh varian sebelumnya tetap rentan untuk terinfeksi kembali dengan varian Omicron. Namun belum bisa dipastikan bagaimana proteksi itu berbeda antar individu.
- Efektivitas vaksin. Sudah diketahui bahwa vaksin efektif mencegah keparahan penyakit dan kematian untuk varian sebelumnya termasuk varian Delta. Tapi untuk Omicron masih belum bisa ditentukan efektivitasnya.
- Efektivitas pemeriksaan. Tes PCR dan antigen yang sudah lama digunakan selama pandemi ini harus dipastikan bisa efektif mendeteksi infeksi yang disebabkan oleh Omicron.
- Efektivitas pengobatan. Dan terakhir harus ditentukan apakah pengobatan yang sudah dijalankan untuk kasus C19 akibat varian sebelumnya, masih bisa efektif dan dapat digunakan menghadapi Omicron.
Walaupun dari saat artikel ini ditulis baru berusia kurang dari 1 bulan sejak ditemukan dan hanya terpaut kurang dari 2 minggu sejak diberi nama Omicron, namun ada beberapa hal yang sudah kita bisa ketahui mengenai varian Omicron ini, sbb.:
- Varian Omicron ini memiliki mutasi lebih banyak dari varian yang sudah ada sebelumnya.
- Mutasi Omicron terjadi pada spike protein-nya.
- Resiko reinfeksi lebih tinggi dibandingkan dengan VoC sebelumnya. Reinfeksi adalah infeksi ulang yang terjadi pada seseorang yang sebelumnya pernah terinfeksi C19.
- Kasus yang terkonfirmasi Omicron semakin banyak ditemukan terutama di Afrika Selatan, dan mulai ditemukan di belahan bumi lain, terutama di Eropa.
Kasus Terkonfirmasi Varian Omicron
Kasus terkonfirmasi disebabkan oleh varian Omicron semakin banyak ditemukan. Sampai awal Desember 2021 ini sudah ada 21 negara yang melaporkannya sbb.:
- Afrika Selatan, dengan peningkatan kasus dari 300 menjadi 10 ribu per hari karena Omicron.
- Botswana, terdapat 19 kasus positif Omicron.
- Belanda, adalah negara Eropa dengan kasus terbanyak, melaporkan 61 orang terkonfirmasi positif yang awalnya berasal dari 2 penerbangan Afrika Selatan.
- Portugal, 13 orang tim sepak bola terkonfirmasi setelah kembali dari Afrika Selatan yang berawal dari 1 orang.
- Israel, menemukan kasus positif pada 2 orang yang baru kembali dari Malawi.
- Inggris, melaporkan 2 kasus di mana keduanya baru kembali dari melakukan perjalanan ke Afrika Selatan.
- Jerman, mengumumkan adanya 2 kasus yang terjaring di Bandara Munich setelah mereka pulang dari Afrika Selatan.
- Denmark, mendeteksi 2 kasus pada warga negaranya yang baru datang dari Afrika Selatan.
- Belgia, menemukan 1 kasus dari orang yang baru pulang dari Mesir sebelas hari sebelumnya.
- Austria, melaporkan 1 kasus pada seorang turis yang baru kembali dari Afrika Selatan.
- Spanyol, melaporkan 1 kasus di Madrid yang merupakan pelancong dari Afrika Selatan.
- Italia, menemukan kasus di Milan pada 1 orang yang telah melakukan perjalanan ke Mozambik.
- Republic Ceko, menduga 1 kasus berasal dari pelaku perjalanan yang berasal dari Namibia.
- Swedia, mengkonfirmasi 1 warga negaranya positif.
- Kanada, melaporkan 2 kasus di Ottawa yang terjadi setelah mereka melakukan perjalanan ke Nigeria.
- Brazil, mengatakan bahwa 2 warga negaranya terkonfirmasi setelah baru tiba dari Afrika Selatan.
- Arab Saudi, mengkonfirmasi kasus pertama dari warga negaranya yang telah melakukan perjalanan ke negara-negara di Afrika bagian Utara.
- Australia, mendeteksi 2 kasus saat melakukan pengecekan penumpang yang berasal dari Afrika menuju Sydney.
- Hong Kong, menjadi negara pertama di Asia, yang mengkonfirmasi 1 pelancong dari Afrika Selatan yang berkemungkinan menularkan pada 12 orang lainnya.
- Jepang, kemudian menyusul melaporkan 1 kasus pertama yang merupakan seorang diplomat dari Namibia.
- Amerika Serikat, negara terakhir yang mengkonfirmasi kasus pertama pada 1 Desember 2021 yang lalu.
Travel Bans
Setiap kali ada varian baru yang berbahaya dan di-label sebagai VoC oleh WHO, artinya varian tersebut sangat berpotensi membuat pandemi ini akan bertambah lama. Kecuali bila kita melakukan sesuatu untuk mencegahnya agar tidak terjadi. Dari kasus yang sudah terkonfirmasi yang diuraikan di atas, terlihat jelas bahwa penyebaran terjadi akibat pergerakan manusia antar negara, terutama dari sumber asalnya yaitu di Benua Afrika, terutama negara Afrika Selatan. Itulah sebabnya setiap ada VoC baru, negara-negara di dunia termasuk di Indonesia menerapkan travel bans atau larangan bepergian, baik masuk atau keluar dari dan ke negara tertentu, yaitu negara yang memiliki kasus konfirmasi positif, apa lagi bila memiliki kasus yang tinggi. Travel bans inilah yang dapat membuat penyebaran dan VoC baru dapat ditahan. Sampai dengan awal Desember 2021 ini sudah ada 46 negara di dunia yang menerapkan travel bans akibat varian Omicron ini.
Harapan Terhadap Vaksin
Dr. Antony Fauci dari CDC (central of disease control and prevention) di AS mengatakan bahwa kita memiliki alasan untuk yakin bahwa vaksin C19 yang sudah beredar saat ini dapat melindungi kita dari varian hasil mutasi. Perkataan Dr. Fauci ini berdasarkan dari fakta bahwa vaksin yang tidak dibuat khusus untuk mencegah penularan varian Delta, tetap bisa memberi tingkat perlindungan terhadap varian Delta yang terjadi tengah tahun 2021 yang lalu. Mereka yang mendapatkan vaksinasi hampir selalu tidak bergejala atau setidaknya tidak sampai bergejala berat. Sehingga ia yakin bahkan dengan beragam mutasi yang tidak biasa seperti yang terjadi pada varian Omicron, vaksin masih memberikan tingkat perlidungan kepada orang yang sudah mendapatkan vaksinasi.
Bila Tidak di-Vaksin
Sebaliknya, bila virus SARS-CoV-2 menginfeksi orang yang tidak divaksin dan dirinya tidak memiliki kekebalan dari infeksi sebelumnya, maka akan bergejala berat dan bisa menyebabkan kematian. Pada sel tubuh orang tersebut virus ini juga akan dengan leluasa membelah diri, dan berpotensi untuk bermutasi kembali. Melalui mekanisme ini pulalah terjadinya mutasi varian Omicron ini pada tubuh seseorang di Afrika Selatan. Karenanya harus dipahami bersama bahwa keberhasilan umat manusia dapat bertahan dan melewati pandemi ini, memasukkannya ke dalam buku sejarah dan kembali hidup bebas seperti sebelum pandemi, sangat tergantung dari cakupan dan kecepatan program vaksinasi. Semakin lama waktu yang dibutuhkan, semakin besar pula resiko untuk nantinya akan ada VoC yang baru setelah varian Omicron ini yang mungkin lebih berbahaya.
Penutup
Para ahli epidemiologi di Indonesia menduga varian Omicron sudah ada di tanah air, walaupun sampai sekarang belum ada laporan konfirmasi positifnya. Varian Omicron akan membuat prediksi pandemi tahun 2022 akan menjadi kompleks, tapi kita dapat berusaha semaksimal mungkin dengan tetap menjaga protokol kesehatan dan mempercepat program vaksinasi.
©IKM 2021-12